Jumat, Oktober 30, 2015

Semoga...

Aku ada dimana?
Di ruang hampa tak bertepi
Aku merasakan kekosongan yang belum pernah aku miliki selama puluhan tahun hidup di bumi ini
Aku merasa kehilangan semuanya, segalanya
Ada kerapuhan yang tidak pernah terobati
Ada kejenuhan yang tak terakhiri
Waktu, bisakah berbuat sedikit baik kepadaku?
Putarlah ulang jejak-jejak itu...
Dan aku bersumpah, aku akan selalu sempurna untukmu
Tapi memang seperti kesempatan yang tak terulang
Waktupun tak mau kembali ke masanya
Yang aku harus lakukan hanyalah belajar berdamai dengan kehilangan
Maka salamku untukmu, untuk semua yang pergi
Untuk semua yang hilang
Aku akan selalu ada, dalam doa, dalam harap
Bukan untuk meraihnya lagi
Tapi untuk memastikan semuanya ada dalam kesempurnaan.
Semoga

Selasa, Juni 26, 2012

Bersama Waktu...

Hingga detik ini aku masih belajar dan aku hanya pembelajar. Aku belajar banyak untuk bisa memahami hidup, memahami cinta, memahami berkorban, memahami ikhlas, memahami kesejatian dan memahami kefanaan. Aku terlalu bodoh untuk disebut pintar, terlalu minim untuk disebut berpengalaman. Aku hanya pembelajar...

Dalam banyak hal aku hanya bisa terdiam memandangi hidup, memandangi perempuan yang saling berangkul tangan mesra dengan pasangannya, memandangi seorang ibu yang menyusui anaknya dalam sayang, memandangi pertengkaran yang membabibuta, memandangi peluk cium, memandangi cinta, memandangi benci, memandangi pernikahan, memandangi perceraian, memandangi kelahiran dan memandangi kematian. Untuk semua pemandangan itu, aku tak hanya terdiam, karena aku hanya pembelajar...

Dalam pembelajaranku, kutemukan bahwa....

Dunia terlalu luas untuk bisa dijelajahi

Hidup terlalu sarat makna untuk bisa ditafsir

Cinta terlalu kompleks untuk bisa dimengerti

Ada banyak hal yang kutakutkan tentang ini, cinta sesama jenisku, tapi pembelajaran memberi banyak makna bahwa cinta memiliki caranya sendiri untuk dinikmati, meski kadang cinta juga memiliki caranya sendiri untuk menyakiti.

Siapa yang jamin kalau aku meninggalkan cinta sesama jenisku berarti aku akan menjadi lebih bahagia?

Tapi...

Siapa yang jamin kalau menetap pada cinta sesama jenisku akan mendatangkan kebahagiaan?

Tak ada yang menjamin... Karena sekali lagi, pembelajaran itu mengajarkanku...

Dunia terlalu luas untuk bisa dijelajahi

Hidup terlalu sarat makna untuk bisa ditafsir

Cinta terlalu kompleks untuk bisa dimengerti

Untuk semua ketidaktahuanku tentang dunia, hidup dan cinta, akhirnya aku memilih untuk mengalir bersama waktu. Membiarkannya menerbangkanku ke langit atau menghempaskan aku ke jurang.

Terserah...

Senin, Oktober 10, 2011

Aku Akan Tetap Mencintaimu




Kekasih...

Bila nanti hariku berakhir, kuberitahu, kamu adalah satu-satunya orang yang akan memilin hati ini. Menahan jiwa dan ragaku untuk tetap tinggal bersamamu...

Semuanya, kisah yang telah kita lewati adalah bagian terindah dalam hidupku. Semuanya, akan menjadi beban di kakiku, ketika aku hendak terbang meninggalkanmu.

Raut wajahmu yang bersih, jelita dan penuh kesucian adalah magnet terbesar yang akan membawaku kembali kepadamu. Kembali, untuk menikmati wajahmu, senyummu, tawamu bahkan lirih dan tangismu, lagi, lagi dan lagi.

Dunia sudah mengingatkan kita bahwa setiap kisah pasti ada akhir, sayang...

Lupakah kita? Lupakah kau? Bahwa penguasa bumi ini, bukan kita, tapi Tuhan.

Ada banyak hal dalam hidup kita yang bekerja, berjalan, berlari dan terjadi diluar kontrol kita. Jika saat itu tiba kita hanya bisa jadi penonton, jika saat itu tiba, kita hanya bisa pasrah...

Jangan ragukan kekuatanku, sayang. Bukan setiap detik dan langkah hidup yang kulalui bersamamu adalah bukti kekuatanku? Adakah yang lebih kuat dariku? Tersenyum, selalu tersenyum, meski memanggul banyak tangis.

Tapi ada masanya, saat semua kekuatan seakan menjadi lumpuh, mati rasa, tak berdaya. ada masanya satria menjadi pecundang, ada masanya aku hanya bisa berbaring lemah tanpa kekuatan.

Ada masanya aku menjadi tak berdaya
Ada masanya aku sama sekali tak berkuasa

Tapi, jika masa itu tiba.
Jika aku hanya bisa berbaring lemah menunggu maut
Jika aku hanya bisa meneteskan air mata saat kata pisah di depan mata

Satu hal yang harus kamu tahu

Selemah apapun aku
Sepecundang apapun aku
Setidakberdaya apapun aku

Aku akan tetap mencintaimu, selamanya...

Jumat, Maret 18, 2011

Soal Symbol...











Beberapa hari yang lalu, saat hendak mengurus dokumen pribadi, aku terpaksa ngobrak-ngabrik lemari nyokap. Tiba-tiba aku menemukan sebuah dompet besar yang antik. Antik? Yaiyalah secara di dompet itu ada tulisan “Barang Berharga.” Kan aku jadi mendadak curiga kalau isi dompet ini adalah emas, surat tanah, or surat rumah. Hm… siapa tahu sebelum meninggal nyokap pernah beliin aku harta warisan tapi lupa bilang-bilang. Membayangkannya aku langsung cengar-cengir sendiri.

Butuh waktu lama dan tenaga besar untuk membuka dompet itu. Sumpah, setengah mati deh! Secara itu token pembuka dompet itu sudah karatan nggak jelas. Jadi ngebukanya aja bisa bikin tangan tetanus. Tapi demi masa depan, demi kesejahterahan, demi Indonesia, maka dengan segala upaya dan tenaga akhirnya. Ups! Dompet itu terbuka juga.

Dag

Dig

Dug

Deerrr. Terungkaplah isi dompet.

Astaga. Apaan nih? Kayak fosil pithecanthropus ereksi eh erectus, tapi kok kecil-kecil begini. Kuangkat tinggi-tinggi benda purbakala itu. Dan setelah melakukan penyelidikan secara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Akhirnya aku bisa memprokramirkan kemerdekaan Republik Indonesia, eh maksudnya aku sudah bisa memastikan benda antik apa gerangan. Ternyata benda dalam dompet itu adalah… TALI PUSAR… Ada dua, dan masing-masing bertuliskan namaku dan nama abangku.

GUBRAKKK!!! Nggak jadi kaya deh! Boro-boro ada yang mau bayarin nih tali pusat semilyar, diobral aja pada ogah. Kecuali, kalau tiba-tiba otakku sepintar Einstein yang bisa membuat penemuan produksi bahan bakar dengan menggunakan minyak jelanta bekas goreng ikan asin. Baru deh tuh pada rebutan untuk memiliki tali pusar si genius ini sebagai jimat. Gimana nggak pada rebutan, secara orang juga pada tahu soal kemampuan otakku yang pas-pasan.

Tapi… Lepas dari kecewa karena isi dompet itu bukan emas batangan atau surat tanah atau surat rumah, finally aku ngerasa senang juga. Untung aja isinya tali pusar, bukan Mas Yono sales panci presto yang kalau nawarin barang bisa memunculkan niat bunuh diriku dan untung aja isinya bukan surat utang keluarga yang perlu aku bayar. (jayus banget, kan? DeNi gitu loh!).

Biar bagaimanapun juga tali pusar itu telah menjadi saksi pengorbanan nyokap waktu melahirkan aku, dan juga telah menjadi saksi lahirnya orang keren dan imut ke muka bumi yang fana ini. Fiuh!

Jadi untuk menghargai penemuanku itu, aku punya ide untuk membuat plakat yang didalamnya ditaruh tali pusar milikku dan milik abangku. Kan jadi keren tuh kalau dipajang. So, besoknya aku langsung membawa kedua tali pusar itu ke tukang plakat dengan penjelasan:

“Tolong ya Bang. Tali pusar ini di masukin ke dalam plakat terus dibawahnya ditulis nama saya, terus tanggal lahir dan nama mama dan papa saya. Oh iya jangan lupa symbol jenis kelaminnya ya. Oke. Jangan salah ya Bang. Awas loh kalau salah,saya nggak akan ke Taman Safari lagi.”

Tukang bikin plakat langsung monyong. Seperti dapat elmu dadakan, tiba-tiba aku jadi bisa baca pikirannya:

“Apa hubungannya salah bikin plakat sama nggak mau ke Taman Safari? Kayaknya nih cewek sinting deh. Pantes aja hidungnya gede.”

Loh jangan gitu dong Mas tukang plakat? Apa hubungannya sinting sama hidung? Huh! Ini sebenernya yang sinting siapa sih? Aku jadi punya firasat buruk sama ini orang nih.

Tik, tik, tik, waktu berdetik… akhirnya seminggu berlalu. Si tukang plakat nelepon kalau plakatnya sudah jadi. Buru-buru aku datangin tuh toko. Dan pas lihat hasilnya… GUBRAK!!! Bener aja kan tuh firasat gue!

Ya ampun, itu symbol jenis kelamin kenapa jadi begitu modelnya ya?. Symbol untuk jenis kelamin perempuan kan mestinya tanda plusnya di bawah. Ini malah miring ke atas kayak symbol laki-laki. Maksudnya apa ya? Apa ini tuh tukang plakat bisa baca kalau aku… Kalau aku… Hihihihi…

Ah, bodo amat deh…

Kamis, Desember 09, 2010

Dilema Lampu Tidur




Beli nggak ya? Beli nggak nih? Beli nggak sih? Bingung banget. waktu pertama kali lihat lampu ini di mall, jujur aku dan Mel langsung mupeng secara ngaku nggak sih kalau model lampu ini lucu, artistik dan unik.

Nah, masalahnya, nggak mungkin kan kami pajang lampu tidur model beginian di kamar cewek. Kalau ada cowok masuk bisa-bisa mereka tersinggung.

So...

Dalam beberapa bulan ini, aku berpikir keras untuk mengambil keputusan ini. Keras sekali, sakin kerasnya aku sampai nggak sempat makan siang (tapi kalau makan pagi dan malam nambah sih), nggak sempat mandi (kalau ini sih emang hobby-ku hehehe), nggak sempat bersih-bersih ruman (loh emang pernah? Bukannya semua dikerjain Mel?), nggak sempat menghadiri rapat dewan direksi (serasa deh), nggak sempat menghadiri pernikahan Marcella Zalianty dan Ananda Mikola (kayak diundang aja!, nggak sempat menghadiri undangan pidato di Gedung Putih (Cuih!), bahkan yang paling menyakitkan adalah nggak sempat update blog, hikh hikh hikh (ampun dah!).

Setelah melewati fase disonansi kognitif yang menyita tenaga dan pikiran, akhirnya aku putuskan untuk...

BELI!!! Eng ing eng! (apa yang terjadi terjadilah)

Harganya Rp. 75.000,-

Silahkan nilai sendiri apakah lampu tidur ini memang membuat resah, memunculkan konflik batin dan mendatangkan disonansi kognitif.





Kamis, September 30, 2010

Karena Ada Kamu...


Lengkap sudah. Ada makanan, ada TV, ada kasur, ada novel, ada kamu, ada cinta, ada kita. Pernahkah kau telusuri tapak-tapak berdarah yang telah kita lewati? Living together adalah indah, living together adalah menerima, living together adalah tantangan, living together adalah perjuangan juga.

Jangan kira tiap hari adalah cinta, tidak! Ada hari yang bercaci maki, marah, emosi, kesal, benci, menjauh, membuang muka, memunggungi, cuek, dingin, tangis, takut, gelisah, kecewa, curiga, cemburu, melecehkan, membanting, membentak, menghina.

Tapi entah mengapa semua terasa begitu indah. Segala amarah seolah sirnah saat tangan lembutku mengelus keningku, dan kesakitan hilang saat jemariku meraba kulit halusmu. Semua sirnah tanpa bekas.

Meski rumah tidak megah. Tapi semua terasa indah, karena ada kamu. Karena ada cinta. Sudah berapa lama? Tepat 2,5 tahun. Bukan waktu singkat, bukan masa yang mudah, bukan jalan yang licin, tak selalu berisi kisah suka, tak selalu berisi tawa.

Tapi... aku bahagia, karena ada kamu, karena ada cinta.

Rabu, Agustus 04, 2010

Kharismaku


Fiuh, setelah ditinggalkan seabad lamanya. Blog ini bagai rumah tak berpenghuni. Kotor, berdebu, banyak tikus nying-nying, curut, kecoak, cicak, bahkan singa dan naga. Maaf ya blog, bukannya aku melupakanmu. Tapi bulan kemarin aku sibuk banget lantaran ngurusin hidung yang tambah mekar. Halah!

So setelah lama tidak dijamah, ijinkanlah aku menulis hal-hal yang menyenangkan hati dan membanggakan diri ini. Diawali tentang data di memori jangka panjangku yang tiba-tiba muncul ke pusat otak. Membuat otakku senut-senut.

Hm... itu tentang pembicaraan antara aku dan Jo beberapa bulan silam saat kami makan siang bersama. Sebagai sesama kaum Bapak, maka pembicaraan kami adalah seputar bagaimana menangani ibu-ibu. Di tengah pembicaraan yang asik itu, tiba-tiba Jo mengajukan pertanyaan yang membuatku segera ingin masuk ke toilet dan berkaca. Pertanyaannya gini, "Den, kok bisa seh Mel jeles sama lo? Kan lo jelek."

HUH! kalau nggak mengingat bahwa Jo adalah partner menulis sejatiku di Sepoci Kopi, kalau tidak mengingat bahwa Jo adalah sahabatku yang paling setia, kalau tidak mengingat fans Jo yang banyak dan siap mengeroyok aku jika Jo kenapa-napa, kalau tidak mengingat bahwa Jo yang bayarin makan siang kami itu (hihihihi), pasti aku sudah... sudah... sudah... hm... hm... jadi nggak enak ngomongnya hm... hm... hm... Sudah... sudah... sudah... ajukan aplikasi pinjam uang untuk operasi hidung. Puas! Puas! Puas!

Malamnya, pertanyaan Jo aku sampaikan kepada Mel, cewek cantik itu menanggapinya dengan tertawa. Saat melihat muka mulai bete, barulah dia berhenti ketawa (mungkin dia pikir dari pada aku nekat ganti muka kan berabe tuh). Akhirnya Mel menjawab begini, "Aku cemburu karena, kalau aku yang cakep mau sama kamu. Berarti nggak menutup kemungkinan dong orang yang secakep aku juga suka sama kamu. Makanya aku cemburu."

Hidungku, oh hidungku langsung kembang kempis dengan kecepatan 90 kali kembang kempis per menitnya. Hampir saja hidung ini meledak kalau aku tidak teringat pada pesan Pak Haji, "Intinya penguasaan diri." Aku mengelus dada, tenang, tenang, tenang.

Tuh kan bener teori yang ada diotakku selama ini. Nggak penting wajah cakep untuk dapat cewek cakep. Yang penting kharisma. Maksudnya, kamu itu enak dilihat, enak diajak ngomong, enak diajak curhat. Dan, kayaknya aku punya semua kharisma itu. Cling!

Dengan malu-malu aku nanya lagi sama Mel, "Say, kalau emang tahu aku jelek. Kenapa kamu suka sama aku? Pasti karena aku berkharisma ya?"

Kali ini Mel tertawa guling-guling, sakin hebohnya, Mel guling-guling sampe masuk ke kolong ranjang dan menjedotkan kepalanya ke ranjang berulang kali sampai ranjang kami roboh. (Hehehehe, yang percaya sama cerita ini perlu ke klinik SOS Dokter Jo dan Mbah De Ni buat berobat). Intinya Mel ngikiklah.

Nah setelah ngikik, dia menjawab. "Aku suka kamu bukan karena kharisma kamu say. Tapi karena kamu enak..."

"Enak diajak ngobrol, enak diajak curhat, dan enak dilihat." Aku menebak. Mel mengelus dada

"Bukan, aku suka kamu karena kamu itu enak dicengin, enak diejek, enak dikata-katain. Cuma kamu yang bisa, yang lain pada nggak mau. Hahahahaha."

Ahhhh ASEM!!! Jadi nggak mood nerusin tulisan ini neh. Udah ah! Yang mau ikut ketawain aku silahkan. Kalau perlu bikin IKD (Ikatan Pencela DeNi). Cukup tulisan sampai disini.

Kamis, Juni 17, 2010

GEMESSSSSSSSSSSS!!!!


Ada seorang perempuan yang selalu bikin aku nggak tahan untuk segera mencubit pipi tirusnya. Dia menggemaskan, dia lucu, dia unik, dia aneh, dia ngangenin. Dia adalah Melisa... Kekasihku tersayang, belahan jiwaku yang selalu memaksaku bilang KANGEN KANGEN KANGEN.

Kuberitahu, apa yang membuat perempuan bermata indah itu menjadi perempuan yang paling menggemaskan:

Episode Pertama
Dia siang hari bolong yang panasnya naujubileh menjalik, aku sibuk membetulkan jok motor yang rusak. Saat aku berkeringat... Tiba-tiba terlontar kalimat yang menggairahkan dari bibir Mel:
"Hon, mau aku buatin es jeruk nggak?"
"MAUUUUUUUU!!!!" Sakin nafsunya bibirku sampe monyong lima senti waktu memberikan jawaban.
"Sayangnya, aku yang NGGAK MAU. Hahahahaha!"
"Loh bejimane, tadi nanya mau dibikinin es jeruk nggak?"
"Iya emang aku nanya gitu."
"Iya, aku mau."
"Iya, ngerti... sayangnya aku yang nggak mau bikinin kamu. Hahahahahaha"
"Huh!!! Jangan Ngomong!!!" Manyunnya bibirku lebih panjang dari pada saat aku teriak MAUUUUUUUUU!!!!

Episode Kedua
Kamar kami baru saja disemprot pengharum rungan. Aroma mawar semerbak, membangkitkan gairah cinta. Aku mendekati Mel, menghembuskan nafas lembut di lehernya, dan bertanya.
"Say, saat bercinta dengan aku, kamu nafsu sama tubuhku kan?"
Mel menjawab enteng, "Kadang-kadang, kalau bentuknya lagi bagus."
"MAKSUD LO???" Suasana romantis berubah jadi horor.

Episode Ketiga
Aku sedang memperhatikan raut wajahku di kaca. Menyisir rambutku berulang kali. Mel yang saat itu baru saja masuk kamar segera memeluk tubuhku dari belakang. Sambil senyum, kuajukan pertanyaan kepadanya.
"Aku cakep nggak say?"
"Duh, susah amat pertanyaanya. Kamu mau aku jawab bohong apa jujur?"
"Yang bohong dulu deh!"
"Kalau yang bohong, yaaaa kamu JELEK!"
"Hah? Kalau yang jujur?"
"Yang jujurnya, ya kamu... duh nggak tega ngomongnya..."
"Ngomong aja!!!"
"Kamu JELEK BANGET!!!"
"ASEMNYAAAAAAAAAA"

Episode Keempat
Waktu itu pukul satu pagi saat Mel membangunkan aku.
"Hon, Hon bangun Hon."
"Heh?"
"HON BANGUN!!!"
Dengan berat aku membuka mata. Sekuat tenaga mencoba duduk dipinggir ranjang lalu menarik tangan Mel keluar kamar.
"Loh mau kemana Hon?"
"Ke kamar mandi kan?"
"Ngapain?"
"Loh kamu bangunin aku bukannya minta diantar pipis?"
"Bukan, aku nggak mau pipis kok."
"Oh, ya udah aku ambilin air minum ya?"
"Ini udah ada." Mel mengangkat seteko air.
"Terus kalau bukan minta diaterin pipis atau minta diambilin minum, kamu mau ngapain bangunin aku?"
"Hm... Duh Hon.. Cuma mau ngingetin kamu, jangan lupa bobo ya."
"GEBLEK!" Aku mengacak-acak rambut Mel,

Episode Kelima
Malam itu aku mengendap-endap mencari setoples camilan. Meskipun hari ini aku sudah banyak makan kripik singkong dan Mel sudah melarang aku untuk menyentuhnya lagi lantaran penyakit radang tenggorokanku yang gampang sekali kambuh, tapi hawa nafsu yang menggelora ini tak bisa terbendung lagi.

Malam itu, Mel sudah tidur, berarti toples camilanku sudah tidak ada penjaganya lagi. Hihihihi Setelah beberapa menit mencari akhirnya ketemu juga toples camilan kesayangan... Tapi jujur aku kaget bukan kepalang saat melihat toples camilan itu dililit lakban berkali-kali... Dan tulisan di toples itu loh... bikin aku patah hati.... Hikh... Hikh... Hikh...

EH HIDUNG...
AKU UDAH TAHU DEH
KAMU PASTI DIAM-DIAM BAKALAN NYARI TOPLES INI LAGI KAN?
UDAH NYERAH AJA
LAGIAN KRIPIK SINGKONGNYA, UDAH AKU KASIH KUTUK
BARANG SIAPA MEMAKANNYA
MAKA HIDUNGNYA AKAN MAKIN BONGSOR
BUKAN LAGI SEPERTI JAMBU AIR
TAPI PEAR BANGKOK
RASAIN!!!

Saat aku kembali ke kamar dengan muka sedih, Mel malah cekikikan....
"Ada ya orang kayak lo!!!"
"Hehehehe. Ada dong!"
"GEMESSSSSSSSSSSSS!!!"



Selasa, Mei 25, 2010

Pelupa Berat...


Oke... Aku ngaku, aku ini punya kelemahan dalam mengingat umur, alamat, nama bahkan wajah orang. Baru saja aku berkenalan dengan seseorang, tiba-tiba aku bisa lupa siapa nama orang itu. Semua info itu memang masuk ke otakku, tapi hanya sebatas mengucapkan "hai" lalu dengan segera semua info itu pergi lagi. Jadi jangan ngambek kalau seandainya kamu chat denganku, lalu tiba-tiba aku bertanya berapa umurmu untuk yang kelima kalinya, atau bertanya di mana kamu tinggal untuk ketujuh kalinya, atau tiba-tiba aku bilang, "Wah di tempatmu kan makanan khasnya empek-empek," padahal udah lima kali kamu bilang kalau kamu bertempat tinggal di Semarang. Bukan karena kamu tidak penting sehingga mudah dilupakan, tapi karena aku adalah pelupa berat. Sampai-sampai aku lupa nama blog-ku, sehingga blog ini jarang di-up date (Lebay mode on).

Nah bagaimana kalau si pelupa ini bertemu dengan teman SMP-nya? Mari kuceritakan kisahku di weekend ini. Saat aku dan Mel jalan-jalan ke mall mencari kado ulang tahun salah seorang teman, sekonyong-konyong aku dikejutkan oleh seorang perempuan yang berlari kencang ke arahku dan serta merta memeluk tubuhku, mungkin lebih tepatnya menomprok tubuhku. Aku hampir limbung oleh tabrakan tubuhnya yang besar, untung saja aku ingat jurus-jurus Kung Fu yang diajarkan oleh kakek moyang, dengan kekuatan tenaga dalam, aku menghentak tubuhku hingga tidak terjatuh.

"Deniiiiiiiiiiiiiii, kangen gue." Perempuan itu mencium pipiku kiri dan kanan, kebayangkan gimana mukanya Mel, mirip banget kayak nenek-nenek yang ketelak sirih. "Makin montok aja lo!" Pempuan itu mencubit kedua pipiku, wajahku yang inoncent pasti makin terlihat imut saat itu.
"Busyeet!" Hanya kata itu yang terucap dari bibirku
"Deni, elo inget gue kan??? Waktu SMP gue duduk di depan bangku lo??? Awas lo ya kalau lupa. Inget kan lo?"

Jujur aku lupa, tapi melihat semangat dan kehebohan perempuan itu, aku jadi nggak tega kalau harus jujur, jadi terpaksa deh aku melakukan kebohongan. "Inget dong!"
"Hayo, siapa nama gue?" Nah loh, kalau sudah ditanya gini aku bakal keluar keringat dingin. Wajahnya seh masih aku ingat dikit-dikit, tapi untuk mengingat namanya bener-bener nggak ada penerawangan sama sekali deh. Hm... siapa yah namanya? Dian kali ya? Ah masa seh Dian? Hm... Tapi kata orang nama pertama yang muncul di otak, pasti nama itulah yang benar.

"Ya gue inget elo-lah" Aku menepuk-nepuk punggungnya, perempuan itu langsung nyengir lebar, "Gue inget dong sama elo Dian."
Perempuan itu melihat wajahku dan langsung meluncurkan protes, "Dian??? Gue bukan Dian, NGACO!"
Mel langsung melirikku, seolah dia ingin mengisyaratkan bahwa dia punya firasat buruk. Aku hanya tersenyum, mencoba menebak lagi.
"Mutia ya?"
"Bukan!"
"Ah pasti Betrix"
"Bukan"
"Chirstine"
"Ngaco"
"Ah... Catur kan?"
"Halah bukan"
"Nia ya?"
"Bukan"
"Amanda?"
"Bukan"
Mel cengo abis mendengar percakapan kami yang tidak jelas.
"Aduh siapa seh lo? Ayu? Nunging? Novi?"
"Bukan, bukan bukan."
"Nola? Nana? Selly?"
"Bukan semua"
"Asih? Amir? Joko? Parto? Memet? Jalangkung? Kuntilanak? Kolongwewe?"
"BUKAN... NGACO LO!!!"
"Iya, Jadi siapa dong?"
"Gue Anisa Den... Masa elo lupa."
Aku dan Mel menarik nafas lega. Seolah penderitaan telah berakhir.

"Ya ampuuuun... Iya iya... Gue inget sekarang. Elo Nisa, Nur Anisa..."
"Ngaco lagi lo Den, nama panjang gue bukan Nur Anisa. Ngaco lo!"
"Siapa dong? Khairunisa?"
"Bukan!"
"Anisawati?"
"Bukan."
"Anisa Triastuti?"
"Bukan."
"Anisa Soebandono?"
"Ngaco Lo, itu mah artis. Alyssa Seobandono kale!"
"Anisa Wibisono?"
"Bukan."
"Sapa dong? Anisa Bahar?"
"Bukan. Itu mah penyanyi dangdut."
"Anisa Winata?"
"Bukan!"
"Anisa Prancis? Anisa Monalisa?"
"BUKAN!!!"
"Anisa Arwarna?"
"Itu mah Tukul Den."
"Aduh... Siapa seh??? Anisa Sukmawati?"
"Bukan, bukan!"
"Anisa Pangastuti?"
"Halah."
"Oke.. oke gue nyerah, Anisa siapa seh???"
"Anisa Sulaiman..."

Lagi-lagi, Aku dan Mel menarik nafas lega...
"Oh Iya... Anisa Sulaiman... Elo yang duduk sama Ello kan yha?"
"Bukan..."

Mel yang sudah tidak kuat menangung penderitaan ini, segera mengginggalkan aku dan Anisa

"Sama Rully?"
"Bukan."
"Anto? Juki? Yudi?"
"Bukan, bukan bukan!"
"Ahmad? Subandi?."
"Udah.. udah udah Den. Gue dah cape. Yang duduk sama gue itu Adhi."
Aku menarik nafas lega, kali ini sendiri karena Mel sudah hilang entah kemana.

"Oh iya Adhi. Adhi yang nama panjangnya..."
"UDAH CUKUP DEN!!! Gue udah nggak kuat..."
"Huahahhahaha." Aku tidak mampu menahan tawa melihat Anisa yang kelelahannya seperti habis memandikan 5 ekor gajah dan memberi minum 10 ekor unta. Aku yakin Anisa bener-bener kapok dan nyembah nyembah sama Tuhan supaya tidak bertemu aku lagi.

Setelah mengakhiri percakapan panjangku dengan Anisa yang sebenernya isi percakapan itu didominasi oleh tebak menebak, aku mendapati Mel sudah duduk di kursi Mc Donald dengan satu cup McFlurry yang sudah hampir habis.
"Aku udah pesenin cocacola neh... Pasti kamu capek banget kan?"
"Ho oh, iya..."

Rabu, April 21, 2010

Hai Karyawan, Bertobatlah!!!


Peringatan: Tulisan ini hanya boleh dibaca oleh para karyawan yang sering madol ke mall saat jam kerja.

Asal mula ceritanya begini temen-temen. Berhubung kerjaanku membutuhkan daya imajinasi dan konsentrasi yang tinggi, maka wajar toh kalau aku jalan-jalan ke mall pada saat jam kerja. Wajarkan??? Iyalah... Jawab iya aja yha, dari pada saat baca blog ini, laptop, or compi or HP kamu nyetrum gara-gara tersengat santet dariku. Horor kan???

Nah dari dulu kalau aku belum ada ide padahal cetakan sudah kena dateline, maka kebiasaanku adalah jalan-jalan ke mall supaya kali-kali aja nemu ide segar berhubung suasana mall kan juga segar tuh. Tadinya seh ke mall cuma mau cuci mata or liat-liat barang unik. Tapi lantaran barang-barang itu terlalu menggoda maka acara cuci mata berubah jadi acara shoping ala emak-emak. Gimana nggak, lah wong belanjaannya adalah ember, seprey, handuk, bantal, loyang kue, piring, sendok, gelas, bra, celana dalam, panci dan penggorengan. Dalam hal ini si mami jadi sayang setengah mati sama aku, secara walaupun tampang preman begini, aku suka banget "merabot", artinya membeli peralatan rumah tangga. Sampe-sampe satpam kantor sering banget ngeledekin kalau aku balik ke kantor bawa ember, kain pel dan sapu, "Mbak Deni, abis dipecat yha sama nyonya yha???" Aku langsung nyahut, "Siaulll, emang lo kira gue inem pelayan montok apa pak???"

Nah ibarat kata pepatah, sepandai-pandainya tupai loncat pasti bakal turun berok juga eh maskudnya bakal jatoh juga. Siang itu, saat aku lagi milih-milih kaos ipin upin (aku lagi nyari kostum ipin upin yang ukurannya 20 untuk dipake sendiri. Tapi kayaknya langka!!! Kalau ada, tolong kasih tahu yha beli dimana!!!), tiba-tiba aku kaget banget saat bertabrakan dengan seorang lelaki gemuk, berjenggot dan berkaca mata. Pasalnya yang bikin aku kaget bukan gemuk dan jenggotnya, tapi karena perasaanku mengatakan bahwa aku mengenal sosok lelaki itu. Alamak Si Jambul.

"GLEK, mampus gue!!!" Ucapku dalam hati. Yaeyalah gimana nggak panas dingin secara si Jambul adalah staff HRD yang jutek dan galak banget. Konon kabarnya, kata temanku si Tommy, si Jambul itu kena penyakit "MEVDY" Apaan tuh? Nggak tahu deh, yang jelas itu julukan yang diberikan si Tommy. Katanya, Mevdy artinya Menstruasi Every Day. Iya juga seh, secara itu cowok emang lebih galak dari pada emak-emak yang kehilangan baskom.

Udah terlanjur tabrakan gini mau nggak mau aku nyapa dia deh,
"Jambul!!"
"Loh Den, ngapain lo di sini???"
"Gue mau... mau... hm.. refill tinta Bul."
"Loh kok ada di toko baju?"
"Ya kebetulan liat kaos ipin upin, sapa tahu ada yang cocok sama elo."
"Siaul, ngeledek gue yha" Si Jambul berkacak pinggang, "Hm... Madol lo yha???"
"Lah... Pan gue dah bilang refill tinta."
"Refill tinta itu di area komputer lantai 4, bukan di toko baju lantai 2." Asem deh, sifat juteknya si Jambul udah kambuh. "Hayo lo. Madol lo yha Den???"
"Yeeee.. kenapa seh lo nggak percaya? Nah elo sendiri ngapain di sini???"
Kali ini Si Jambul yang kaget , "Ya gue kan... Ada urusan"
"Urusan kantor??? Di toko baju??? Bah!!!"
"Ssssttt. Suara lo tuh kenceng banget seh Den. Gini neh, anak gue mau ulang tahun. Jadi gue cari kado. Udah elo diam-diam aja, jangan cerita sama yang lain, gue juga nggak bakal bilang-bilang sama yang lain kalau lo madol"
"Eh gue nggak madol yha, isi tinta!!!"
"Sama aja!!! Intinya sekarang gue ngeliat lo di toko baju anak-anak. Kalau lo mau aman, yha lo juga harus jaga rahasia gue dong. Ok Den???"
"Halah, Ya udahlah. Oke oke!!!" aku mengangkat kedua jempolku yang montok itu dan langsung ngacir. Iyalah ngapain lama-lama ketemu orang HRD di mall pada saat jam kerja. Bikin mati gaya aja.

Setelah ngacir meninggalkan si Jambul, aku langsung menuju toko bra untuk membeli beberapa bra buat Mel. Nggak sengaja aku melirik jam tangan. Busyeeettt!!! Ya Ampuuunnn!!! Huh!!! Rasanya pengen banget jedotin kepala ketembok!!! SIAUL KENAPA AKU JADI KETAKUTAN SAMA SI JAMBUL SEH??? SECARA INI KAN JAM 12.20, JAM MAKAN SIANG CHOY!!!. ITU TANDANYA AKU BISA BEBAS MAU JALAN KEMANA PUN, ASAL JAM 13.00 UDAH ADA DI KANTOR LAGI.

Nggak habis mikir kenapa aku jadi pake acara takut sama si Jambul seh tadi??? Lagian si Jambul juga kenapa jadi takut sama aku yha??? Ketahuan deh jangan-jangan selama ini dia juga sering madol. Ini neh akibat sering madol jam kerja, bawaanya jadi parno. Nggak bersalah malah jadi ngerasa salah. Kapok deh!!! Beneran kapok!!! Lain kali kalau lagi bete mending godain si Tommy aja ah.

So pesanku pada tulisan kali ini adalah: bekerjalah dengan baik. Jangan suka bolos! Jangan suka jalan-jalan pas jam kerja. Jadi karyawan teladan yang datang tidak terlambat, dan pulang tidak duluan. OCREEEE???

Oh iya, ending ceritanya gini temen-temen. Pukul 16.30 saat sedang absen pulang, aku ketemu si Jambul di tempat absen, dan dengan serempak kami langsung ngomong:
"Tadi pas kita ketemu di mall itu, pas jam makan siang loh!!!"
Dan... Saudara-saudara yang terkasih, untuk pertama kalinya dalam hidup ini, akhirnya aku bisa tertawa bareng si Jambul yang selama ini banyak ditakuti karyawan dengan julukan "Menstruation Every Day" Hebatkan aku???