Jumat, November 28, 2008

The Way You Look At Me


Sayang, sudah delapan bulan kita bersama, tapi aku masih tergila-gila oleh matamu. Mata yang selalu melihatku secara istimewa. Kau menjadikan aku berharga dalam pandanganmu. Dalam gundah aku menghampirimu karena aku yakin kaulah belahan hatiku yang hilang. Bagaimanakah aku bisa menghapusmu dari hidupku? Bagaimanakah hati dapat berfungsi jika kepingannya hilang? Aku selalu rindu menatap mata dan hatimu karena di dalamnya ada cinta yang memancar. Dalam matamu, dalam hatimu. Aku selalu menjadi pujaanmu sehingga kutemukan kedamaian di dalamnya.

Maka kunyanyikan lagi lagu kesayangan kita. Lagu yang selalu kau putar mengiringi cerita-ceritaku tetang sebuah negeri yang indah dimana aku dan kamu adalah pasangan yang tak terpisahkan. Lagu yang selalu kunyanyikan meski dengan suara sumbang dan permainan piano yang pas-pasan. Lagu yang selalu mengajak kita turun ke lantai dansa.

Aku tahu kau sangat menyukai aku menyanyikannya dalam keheningan. Sehingga dapat kugetarkan jiwamu. Sehingga dapat kusentuh hatimu dan kumanjakan perasaanmu. Dengarkanlah dawai ini. Dan pujalah cinta. Minumlah anggurnya dan mabuklah bersamaku. Kita akan menari bersama malaikat-malaikat cupit yang membusurkan ribuan panah ke hati. Peluklah aku erat. Karena malam ini aku akan membawamu terbang. Pasanglah telinga indahmu. Karena melodi akan kukirimkan ke dalamnya.
The Way You Look At Me
By: Christian Bautista

No one ever saw me like you do
All the things that I could add up to
I never knew just what a smile was worth
But your eyes say everything without a single word

'Cause there's somethin' in the way you look at me
It's as if my heart knows you're the missing piece
You made me believe that there's nothing in this world I can't be
I never know what you see
But there's somethin' in the way you look at me

If I could freeze some moment in my mind
Be the second that you touch your lips to mine
I'd like to stop the clock, make time stand still
'Cause, baby, this is just the way I always wanna feel

I don't know how or why I feel different in your eyes
All I know is it happens every time

Rabu, November 26, 2008

My Prayer


Tuhan... Aku tahu Kau Maha Kasih, maka sadarkanlah aku untuk lebih mengasihi-Mu

Tuhan... Aku tahu Kau Maha Pengampun, maka sadarkanlah aku untuk mengampuni sesamaku

Tuhan... Aku tahu Kau Maha Suci, maka sucikan aku untuk menghampiri-Mu

Tuhan.... Aku tahu Kau Maha Penolong, maka sadarkan aku untuk menolong sesamaku dengan segenap ketulusan

Tuhan... Aku tahu Kau Maha Pemberi, maka sadarkan aku untuk memberi hidup dalam kehidupan ini
Tuhan... Aku tahu Kau Maha Tahu, maka limpahkan aku segala pengetahuan supaya aku dapat membuka jendela ilmu bagi banyak orang.


Tuhan...

Jadikanlah aku berguna
Seperti tujuan-Mu semula menciptakanku.
Untuk membuatku berharga, bukan menjadi sampah
Untuk membuatku terhormat, bukan terbawah

Maka kumohon kepada-Mu Tuhan...

Jadikanlah aku penuntun langkah bagi orang tersesat
Jadikanlah aku tawa ditengah tangis dan senyum di tengah cemberut
Jadikanlah aku pelukan di tengah sumpah serapah, ciuman di tengah ludah
Jadikanlah aku hujan yang membasahi kekeringan
Jadikanlah aku pohon besar untuk menampung banyak peteduh
Jadikanlah aku udara sejuk yang dirindukan dan nafas lembut yang dinantikan
Jadikanlah aku alat-Mu untuk meyakinkan dunia ini bahwa Engkau benar-benar ADA
Ada bukan cuma untukku tapi juga untuk mereka

Amin...

Selasa, November 25, 2008

Kotak Untuk Ranti


Ranti di mana kamu? Hp-mu tidak bisa dihubungi. Berkirim surat pun aku tak tahu entah ke mana. Semua orang di sini mencarimu. Kamu di mana? Apa kamu baik-baik saja? Sebegitu bencikah kamu padaku hingga kau ingin membuangku dari hidupmu?

Ranti kau di mana? Keputusanmu untuk tidak kembali ke Jakarta mungkin menambah sedikit nilai pada hubunganku dengan Mel. Tapi jiwa kemanusiaan yang bercokol di lubuk hatiku membuatku menangis memikirkanmu seorang diri di sana. Ranti, aku adalah kakakmu. Tidak mungkin aku mampu menghapusmu dari hidupku. Aku mengkhawatirkanmu di sana. Sehatkah engkau? Bahagiakah engkau? Apakah kau juga memikirkanku?

Ranti di mana kamu? Semua orang di sini bertanya tentangmu kepadaku. Apa yang harus aku jawab? Haruskah aku berkata kepada mereka bahwa kamu enggan pulang karena tidak ingin mengganggu hubunganku dengan Mel? Alasan macam apa ini? Beberapa hari ini aku sungguh merasa berdosa menjadi L. Kenapa kau harus mencintaiku sebagai seorang kekasih? Mengapa kasih persaudaraan tidak cukup menyejukkanmu? Sakitkah hatimu sekarang? Ketika kakak yang begitu kau cintai dengan segenap jiwa dan raga malah mencintai orag lain. Terlalu sakitkah, sehingga engkau tak mau lagi mengenalku?

Kalau saja aku bisa mencintaimu Ranti. Kalau saja. Tapi sayangnya, aku tidak bisa. Aku hanya mampu mengasihimu sebagai adik. Salahkah aku Ranti? Salahkah kalau cinta itu justru bertumbuh subur kepada Mel. Perempuan satu-satunya yang aku cintai sebagai seorang kekasih. Bencikah kau padaku? Bencikah kau pada cinta yang tumbuh dihatiku terhadap Mel? Bencikah kau pada kesetiaanku terhadap Mel?

Ranti di mana kau sekarang? Maukah kau menengok dan memberi salam kepadaku? Aku ingin meminta maaf padamu. Maaf kalau aku jatuh cinta pada Mel bukan kepadamu. Maaf karena cintaku kepada Mel justru menyakitimu. Maaf kalau cintaku kepada Mel justru membuatmu penuh kesakitan dalam tempat terasing. Mintalah apa pun dariku, maka akan kuberikan, demi menebus semua rasa bersalahku. Tapi jangan minta aku meninggalkan Mel, karena aku tidak pernah sanggup meninggalkan cinta sejatiku.

Ranti di mana kamu sekarang? Maukah kamu pergi ke kota dan berjalan-jalan ke warnet. Maukah kamu membaca tulisanku? Maukah kamu memaafkanku? Maukah kamu berbicara padaku meski untuk yang terakhir kalinya, sekedar untuk mengingatkan agar aku bangun pagi seperti yang biasa kau lakukan dulu?

Ranti, aku rela kau pergi dari hidupku. Tapi beritahu kepada kakakmu ini bahwa kamu baik-baik saja. Bahwa kamu sehat. Bahwa kamu bahagia. Ranti, aku rela kamu pergi dan tidak meninggalkan sejengkal jejak sekali pun dalam hidupku. Tapi satu hal yang aku mohon, jangan benci diriku dan cinta yang tumbuh di dalamnya. Karena cintaku pada Mel suci, sesuci cintamu padaku.

Kubuat sekotak permohonan maaf untukmu
Walau tak tahu harus kukirim ke mana
Di dalam kotaknya kuselipkan kisah persaudaraan kita
Tentang tawa dan tangis
Tentang kata-kata nasehat
Tentang marah dan omelan
Tentang kecewa dan larangan
Tentang kesakitan dan kebencian
Tentang maaf dan pengampunan
Dalam semua rasa
Kuberanikan diri mengirim kotak ini
Untuk membuatmu tersenyum dan untuk meyakinkanmu
Bahwa persaudaraan adalah ikatan kasih yang paling abadi di dunia ini
Bahwa persaudaraan kita akan kekal

Senin, November 24, 2008

Antara Aku, Kamu dan Pantai Ini


Ucapkanlah seribu alasan kekasihku, mengapa kamu rela menerjang ombak lautan demi menjumpai aku di pantai ini. Maka aku akan mengucapkan sejuta alasan mengapa aku semangat mengarungi samudra luas dengan segala rintanganya demi sampai di pantai ini untuk menunggu kehadiranmu.

Katakanlah kasih mengapa kamu sanggup berdiri di tengah badai hanya untuk memeluk tubuhku erat di pantai ini. Maka suaraku akan tiba di telingamu untuk menceritakan tentang kakiku yang robek terseok dalam perjalanan ke pantai ini untuk menunggu pelukanmu.

Jelaskanlah kekasih mengapa kamu sanggup berjalan di atas api untuk mengecup lembut bibirku di pantai ini, maka aku akan menunjukkan separuh tubuh yang terbakar ketika aku menuju ke pantai ini untuk menerima kecupanmu.

Kau dan aku, datang dari tempat terjauh. Datang dengan segala rintangannya. Untuk berdiri di pantai ini. Saling memandang, jatuh cinta, memeluk, mencium dan berjanji kita akan arungi semua cobaan terberat sekali pun bersama.

Kau dan aku selalu percaya pada kekuatan cinta. Percaya bahwa tidak ada rintangan terberat sekalipun yang mampu mengalahkan cinta kita. Ingat, seberapa besar mereka mengusir cinta yang tumbuh di antara kita? Seberapa keras mereka berusaha menghancurkan cinta kita? Apakah aku dan kamu pergi? Apakah kita mundur? Apakah kita pernah menjauh? Kakimu dan kakiku, langkahmu dan langkahku semakin mendekat pada pantai ini

Lihatlah kasihku. Aku dan kamu terluka, kita berdarah. Tapi pernahkah kita menyerah, memutuskan kembali ke kampung kita dan melupakan tentang pantai ini? Kau dan aku tetap disini. Di pantai ini. Hanya untuk sebuah alasan CINTA.

Rabu, November 19, 2008

Lake of Love


Mari ikutlah aku ke tepi danau. Di sana ada pelangi yang melengkung membentuk busur panah. Mari duduk di rerumputan hijau dan berceritalah kepadaku tentang cinta. Karena kisah-kisah cinta tak akan pernah habis di telan masa. Ada seribu mulut bercerita dan ada seribu kisah bergelinding. Ada seribu kepala berpikir dan ada seribu hasrat cinta bersemangat.

Ceritakanlah kisah cintamu. Dan aku akan mengisahkan kisah cintaku. Cinta yang terlarang. Cinta yang datang dalam jiwa yang ketakutan. Tapi, jangan kau ejek cintaku. Karena dalam keterlarangan cinta menjadi begitu berharga, begitu bermakna. Karena dalam ketakutan cinta malah memberikan hasrat.

Mari duduklah besamaku. Kita makan kue kacang dan kopi hangat. Menghembus udara danau yang semakin riang menyusup ke rongga dada. Berikan kisahmu dan aku akan berikan kisahku. Marilah kita tertawa dan menangis bersama demi kisah-kisah kita. Jangan hina kisahku dan aku tidak akan menghina kisahmu. Jangan puji kisahku, karena semua kisah adalah istimewa. Walau hanya sekedar memberikan sebatang coklat pada hari valentine kepada seseorang yang ditaksir. Tapi kisah itu adalah istimewa.

Marilah bermain perahu bebek ke tengah danau bersamaku. Nikmatilah danau cinta lebih lekat, lebih dalam. Jangan hanya berdiri dipinggiran karena kau takut tenggelam. Tidak, percayalah padaku. Perahu bebek ini aman. Aku pun akan mengenggam tanganmu erat. Lihatlah danau akan menjadi lebih indah saat kau menelusurinya. Cinta bukan untuk dipandang dan dikagumi dari jauh. Untuk tahu seberapa indah dan sakitnya, kau harus naik perahu bersamaku. Kita dan beberapa orang yang turut menyewa perahu bebek yang berwarna-warni akan menjadi penikmat danau cinta ini.

Mari ikutlah aku mengais pedal perahu bebek ini. Dengan sekuat tenaga, dengan susah payah, dengan kenikmatan. Dan mendekatlah padaku, menangis dan tertawalah bersamaku. Menangis untuk lelahnya mengais pedal perahu dan tertawa untuk semua pemandangan danau yang kian indah.

Senin, November 10, 2008

Hidung Hoki


Aku berhasil memenangkan undian 100 juta rupiah. Sumpah, saat aku makan salah satu merk wafer, aku menemukan stiker hologram di dalam bungkusnya. Ternyata di bungkus itu tertera tulisan "Selamat Anda memenangkan 100 juta rupiah." Aku melonjak. Kuhubungi nomer telp customer service produk tersebut untuk meminta kepastian. "Iya benar, berarti Anda menerima 100 juta rupiah, mohon datang hari jumat pagi untuk mengurus administrasinya. Jangan lupa membawa kartu identitas"

Hatiku berbunga-bunga. Aku mulai menari hula-hula sampai jaipong, roll ke depan dan guling ke belakang, salto dari ruang tamu sampai dapur, meloncat riang dari sofa ke tempat tidur, menyikat WC, mencuci piring, mengepel dan betulin genteng. Aku sungguh bahagia. Aku mulai memikirkan untuk apa uang ini akan kubelanjakan, usaha apa yang akan kubuat. Ah, hari-hari menjadi begitu indah. Kopi menjadi begitu nikmat.

Dan tiba hari penyerahan uang. Aku datang pagi-pagi benar, menggunakan kemeja lengan panjang dan blazer. Intinya aku berdandan serapi mungkin, "Kali-kali aja difoto" pikirku. Dengan gemetar aku menandatangai surat tanda terima. Pajak undian dibayarkan oleh penyelenggara undian. Jadi murni aku menerima 100 juta rupiah.

"Oke, sekarang administrasinya sudah lengkap. Dan kami akan memberikan uang tersebut tunai."

Seorang perempuan muda mengambil sekantong coklat yang kutaksir isinya uang. Jantungku mulai dagdigdug seperti kompornya tukang nasi uduk yang meleduk di Ciledug. Beberapa kamera menyorotiku. Seorang pria setengah baya yang adalah direktur utama perusahaan wafer memberikan kantung coklat ke tanganku. Ruangan menjadi begitu meriah, lampu kamera menyala bersautan. Senyum menyembang. Aku merasa menjadi manusia paling hoki sedunia. Mereka menyuruhku memberi kata sambutan yang tentunya direkam oleh kamera. Dan akan disiarkan dalam iklan-iklan di TV, aku akan ngetop.

"Saya bersukur untuk berkat yang saya peroleh hari ini... "
Pidatoku terhenti ketika suara Mel begitu jelas membisik di telinga.
"Say, say, say... say..."

Tiba-tiba, kantung coklat itu hilang dari tanganku, pria setengah baya, perempuan muda, kamera-kamera, keramaian dan gedung putih itu seketika lenyap berganti dengan kegelapan, plafon putih, tempat tidur, kipas angin dan Mel yang barbaring disampingku sambil mengoyak tubuhku keras.

"Say, Say bangun... Say bangun say..."
Aku membuka mataku dengan malas.
"Ah Mel uang kita, uang kita hilang 100 juta"
"Hah?"
"Uh... ternyata cuma mimpi. Aku ngimpi dapat undian 100 juta. Pas nerima uang malah dibangunan. Uh... kamu... Ada apa ngebangunin?"
"Nggak, aku cuma mau bilang hidung kamu tuh hidung jambu."
"Udah gitu doang? Huh! Iya.. iya... selain hidung gede, sekarang bertambah jadi hidung jambu yha?"

Aku membalikan badan kesal, mel memelukku dari belakang
"Say, kata temanku, hidung jambu itu hidung hoki."
"Hah? hoki? Cuma mau ngomong itu?"
"Iya kamu hoki, makanya dapetin aku."
"Hehehehehehe... Iya seh..."

Yha aku memang hoki mendapatkan Mel. Bukan cuma cantik, tapi Mel juga anak baik-baik. Dia juga ibu rumah tangga yang bertanggung jawab. Dia begitu patuh dan hormat padaku. Iya, aku memang hoki. Benar-benar hoki, mengingat ada begitu banyak cowok keren dan mapan yang mengantri untuk mendapatkannya.

"Kalau aku mau dituker sama uang 100 juta kamu mau nggak?" Mel melanjutkan
"Hah? kamu tahu dari mana mimpiku?"
"Kan tadi kamu yang bilang."
"Walaaaah tekor aku, jempol kamu aja 1 milyard."
"Hehehehhe"

Aku berbalik, wajah kami saling berhadapan, kubelai rambutnya lembut. Dengan penuh cinta kuucapkan: "Sayang aku memang hoki banget dapetin kamu."
"Duh say, kamu kok bau banget yha." Mel menutup hidung.
"Uh, enak aja loe. Itu karena mulut loe yang deket sama hidung loe sendiri."
"O, jadi maksud loe mulut gue yang bau?"
Mel berguling menindihku sambil mengepalkan tinju. Persis gaya Mark Walhberg waktu menghabisi lawannya.
"Biar gue tinju neh hidung jambu loe."
"Toloooooooooooooooooooooooong, sumpah punya bini preman kayak loe, gue kagak hokiiiiiiiiii"

Senin, November 03, 2008

Pengabdian

Oleh: Melisa


Malam ini De Ni cepat sekali tertidur setelah ia mencium keningku dan mengucapkan met bobo. Tapi entah mengapa aku belum bisa tidur. Sambil menatapi langit-langit kamar, aku mulai berpikir dan mengingat-ngingat apa saja yang telah aku lakukan hari ini untuk teman-temanku, keluargaku, dan tentu saja kekasihku.


Pagi-pagi benar ketika aku bangun, seperti biasa aku berdoa untuk orang-orang yang aku sayangi. Lalu aku pun mulai sibuk dengan pekerjaan rumah yang harus aku selesaikan. Aku harus mencuci pakaian, mandi, menyiapkan sarapan dan memasak air hangat untuk De Ni mandi. Kami pun dengan cepat melahap sarapan lalu berangkat ke kantor. Dan kami baru bertemu kembali sore hari saat De Ni menjemputku. Sampai di rumah kami beristirahat sebentar, lalu aku kembali menyiapkan makan malam, mandi dan menyetrika baju. Tapi De Ni tetap saja hanya sibuk dengan laptopnya. Setelah tugas ibu rumah tangga selesai, aku bergegas mengerjakan tugas kuliah. Dan setelah semuanya selesai, baru aku bisa tidur. Setiap hari aku menjalani kehidupan yang sama. Sungguh sangat melelahkan, bekerja, kuliah, mengurus rumah dan partner yang manjanya bukan main. Tapi, entah mengapa, aku tidak pernah menggerutu. Rasa lelahku serasa hilang ketika aku menyadari bahwa seseorang yang aku layani adalah orang yang sangat aku cintai. Entah mengapa aku selalu senang melakukan semuanya ini untuk kekasihku.

Seringkali De Ni berjanji menemaniku belajar, tapi dia selalu terlelah oleh pekerjaan kantornya, mengantuk dan langsung tidur. Aku pun tidak tega melihatnya lelah. Aku tidak tega membangunkannya.

Akhir-akhir ini De Ni menjadi manusia sibuk. Mulai dari tugasnya ke luar kota beberapa minggu lalu sampai sekarang. Aku sering mengiriminya sms, dan dia selalu bilang sibuk.

“Pagi sayang, udh jm 7 neh, udah mulai sibuk yah?”
“Iya, sbk.”

“Say, km udh srapan blm?”
“Tar aja.”

“Say, jaga kesehatan yah, met kerja…”
“Iya.”

“Say, dah jm 12 neh, mam yuk…”
“Ntar”

“Say, km lg pa? mang km ngapain ja?”
“Urus registrasi”

“Emm jam 2 neh, km dah mkn blm? Kalo blm mkn dulu ja, minta gantiin sm tman km dlu..”
“Sbk”

Begitulah sms-sms kami sewaktu De Ni di luar kota, dia hanya membalas 3 – 5 huruf,
“tar ja”, “blm”, “sbk”

Aku sempat BT karena hal ini berlangsung sampai 2 minggu. Tiga hari di luar kota dan selebihnya di Jakarta. Tapi aku coba memahami dan menempatkan diri di posisinya. Kalau dia sibuk, aku coba membayangkan betapa banyaknya pekerjaannya. Kalau dia lelah, aku coba mengerti dan membiarkan dia berisirahat.

Aku tidak pernah merasa bahwa harus ada timbal balik di antara kami. Aku tidak pernah berpikir kalau aku melayaninya, maka dia pun harus melayaniku. Tidak!! Aku akan tetap memberikan yang terbaik baginya. Sekali lagi aku katakan aku senang melayaninya. Walaupun dia selalu sibuk, aku yang akan selalu memberikan waktuku untuknya. Aku mengerti mengapa kita harus hidup dengan orang yang kita cinta, yaitu agar kita tidak akan pernah meresa lelah. Sungguh melelahkan melayani seseorang, tapi melayani orang yang dicintai tidak akan pernah memberi kelelahan. Aku tidak pernah lelah karena aku melayaninya dengan cinta. Cinta yang membuatku merasa nyaman didekatnya. Cinta yang membuatku rela melakukan apapun untuknya. Cinta yang akan membuatku tidak akan pernah merasa bosan mengabdi padanya. Cinta yang memberiku kekuatan dan semangat. Cinta yang membuat aku merasa bahagia melayaninya, dan cinta yang membuat aku menuliskan ini: "Kamu sungguh berharga Honey."