Selasa, Desember 30, 2008

Kado Buat Yesus


Marilah kita bercerita tentang Natal 2000 tahun silam. Hari di mana Yesus lahir. Bukan di sebuah tempat mewah, penuh hiasan meriah, kado-kado besar dan makanan-makanan yang lezat. Pada natal itu Yesus lahir dalam kesederhanaan, hanya dibungkus kain, diletakan di sebuah palungan dalam kandang domba yang dipandangan hina oleh manusia.

Dan marilah kita bercerita tentang Natal tahun ini. Di mana Yesus berulang tahun. Perayaan bukan dilakukan di sebuah kandang dengan tamu-tamu yang duduk di atas palungan tanpa disuguhi makanan. Pada Natal tahun ini, perayaan dilakukan di gedung-gedung mewah, ada pohon natal besar menjulang dengan hiasan bola-bola dan lampu kerlap kerlip. Ada hadiah-hadiah istimewa yang dibagikan. Ada daging rendang, ayam goreng, capcay, ikan bakar, puding, acar, minuman dan buah.

Tidak, tidak aku bukan bermaksud menolak perayaan Natal yang dilakukan secara istimewa. Aku pun menikmati hiasan pohon Natal, aku juga menerima pemberian kado Natal dari para karib dan tentunya aku senang berada di tengah meja panjang berisi makanan-makanan yang tersaji secara prasmanan.

Tapi, aku cuma tidak mau natal lewat begitu saja dari tahun ke tahun. Aku tak mau kita mengenal natal hanya sebatas pada pohon cemara dengan hiasan-hiasannya, kado-kado besar dan makanan. Aku ingin kita mengalami Natal yang berbeda tahun ini.

Oleh karena itu, mari kita menengok 2000 tahun silam. Sadarilah, Natal adalah sebuah pengorbanan dalam kesederhanaan. Pengorbanan Yesus, Tuhan yang rela menjadi manusia, pengorbanan Maria perawan suci yang rela mengandung sebelum masa pernikahannya, pengorbanan Yusuf yang rela menikahi perempuan yang tengah mengandung namun bukan dari benihnya dan pengorbanan para Majus yang rela datang dari Timur untuk memberi persembahan bagi bayi Yesus. Dan semua pengorbanan itu dilakukan dalam kesederhanaan.

Juga mari kita melongok natal tahun ini, Natal adalah hari ulang tahun Yesus. Sadarilah, sepatutnya Yesuslah yang menerima kado ulang tahun dari kita, bukan kita yang menerima kado dari sesama.

Iya, iya aku tahu, kita menerima kado tanpa diharapkan. Kado itu datang karena ada banyak orang yang simpatik pada kita. Aku pun menerimanya dengan senang hati dan tidak membuangnya ke dalam tong sampah. Tapi mari mendekat kepadaku, mari aku bisikan sesuatu, "Ayo, buat natal tahun ini berbeda dengan memberi kado ulang tahun buat Yesus."

Stttt, stop. Jangan keburu nafsu pergi ke Carrefour lalu belanja kaos dan celana untuk di kadokan kepada Yesus. Please deh, Yesus nggak butuh kaos dan celana jeans. Juga jangan kasih komputer atau laptop, Yesus juga nggak perlu itu, mending laptopnya dikasih ke mas Tukul atau ke koko De Ni hehehehehehe. Sini-sini aku kasih tahu. Coba tengok kanan kiri. Aduh... bukan! bukan! bukan cewek seksi yang pake rok mini dan kaos pink ketat yang lagi duduk di pinggir jalan itu loh. Aduh please dong, fokus githu loh. Itu loh yang di sana, nah! anak-anak yatim piatu itu, orang-orang yang kelaparan itu, janda-janda dan orang-orang miskin itu loh. Nah mereka adalah wakilnya Tuhan. Kalau mau kasih kado ulang tahun buat Yesus, kasihlah kepada mereka. Karena ketika kita memberi kado natal kepada mereka, kita sedang memberi kado ulang tahun kepada Yesus. Jadi buruan kasih kado buat Yesus, soalnya merayakan ulang tahun Yesus tanpa memberi kado, kan jadi gimana githu loh! iya nggak seh?


Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

Matius 25:40

Selasa, Desember 23, 2008

Sayur Bayam dan Ayam Balado Untuk Bunda


Bunda hari ini aku masak di dapur. Seperti biasa, seperti tahuh-tahun lalu di mana ragamu masih ada di dunia ini. Maka aku kudedikasikan hari ini untukmu. Aku memasak sayur kesukaanmu. Bayam berkuah yang ditaburi parutan jagung, dan beberapa potong ayam balado mendampingi.

Bunda hari ini aku memasak dengan sempurna. Masakannya begitu lezat. Sayur bayamnya segar, dan ayam balado itu loh Bunda, pedasnya pas dengan seleramu. Tapi Bunda, coba lihat tanganku. Aku terkena cipratan minyak panas saat menggoreng ayam. Duh, aku ingin menangis. Untung aku mengingat tentangmu Bunda. Sejak menikah dan membesarkan anak-anakmu, entah sudah berapa tetes minyak panas yang melepuhkan tanganmu. Ah Bunda, saat kupandang dirimu, kusadari bahwa aku hanya setetes air di tengah samudra.

Jadi kau pasti tahu untuk siapa aku memasak, untukmu. Bukankah ini sudah menjadi ritual tiap tahun pada hari ibu? Setiap hari ibu, aku selalu bangun pagi-pagi, memasak, membersihkan rumah, mencuci, menyetrika dan memberi pijatan lembut untukmu. Bunda tahu kenapa? Karena aku sangat mencintaimu.

Tapi, aku tidak menemukanmu hari ini. Seperti tahun-tahun lalu, kau selalu duduk gelisah di ruang tamu menungguku memasak. Dengan gairah kau mencicipi masakanku dan dengan senyum kau akan bilang, "Luar biasa enak loh Neng!." Ah, aku tahu kau bohong, sebab setelah kucicipi, masakanku terasa sangat hambar. Mungkin kurang garam. Tapi aku tahu kenapa waktu itu kau memujiku? Karena kau sangat mencintaiku.

Kau tidak menemuiku hari ini. Entah di surga kau sedang berpesta apa. Sedang menaikan kidung bagi Tuhan kah kau? Atau sedang berjalan mengelilingi danau pelangi yang bertanah emas? Yang jelas ada jarak di antara surga dan bumi, di antara aku denganmu. Jarak yang sangat jauh. Namun sejauh apapun jarak yang membentangi kita, kau tidak pernah lalai mengirim cinta dan kasih sayang sehingga aku merasa kita begitu dekat.

Bunda, di ruang tamu ada seorang perempuan tua. Kulitnya sudah keriput, tapi begitu lincah. Dia adalah "mertuaku," mamanya Mel, "menantumu" itu loh. "Mertuaku" itu sangat baik bunda. Dia merawat dan mengasihiku seperti yang ia lakukan pada Mel. Bolehkah aku berikan sayur bayam dan ayam balado ini kepadanya juga Bunda? Yha aku tahu kau pasti jawab boleh. Karena dia juga adalah seorang ibu. Sekarang dia juga adalah ibuku.

Jadi, aku ingin menjadikan hari ini berbeda Bunda. Aku, kau, perempuanku dan mertuaku. Aku ingin kita duduk bersama. Kita bersama makan sayur bayam dan ayam balado buatanku. Aku berharap masakanku mendapat puji darimu Bunda. Aku harap makanan itu habis terlahap.

Selamat Hari Ibu Bunda. Aku cinta padamu!

Rabu, Desember 17, 2008

Dapatkah Kubalas Kebaikan-Mu Tuhan?


Tuhan, mereka mengajariku cara membalas kebaikan-Mu, tapi aku tahu, aku tidak akan pernah bisa melakukannya. Terlalu banyak keajaiban yang Kau berikan kepadaku. Terlalu banyak mujizat yang Kau kerjakan dalam langkahku. Terlalu banyak anugerah yang Kau limpahkan dalam hidupku. Sungguh Tuhan aku tak mampu membalasnya.

Sejak aku lahir, anugerah-Mu tidak pernah meninggalkanku. Kau berikan keluarga yang begitu bersinar dalam kesederhanaan. Kau berikan seorang ibu yang tidak pernah mau mengeluh dalam penderitaan terberat sekalipun. Kau berikan ayah yang berbakti bagi keluarganya. Kau berikan aku saudara-saudara yang mengajariku tentang arti hidup. Dalam kasih sayang mereka aku besar. Dalam cinta mereka aku bertumbuh. Jadi dapatkah aku membalas kebaikan-Mu?

Tuhan Kau melimpahiku dengan rahmat-Mu. Kau memberikanku kemampuan untuk menghidupi diri dan keluargaku. Kau berikan aku kesehatan untuk bekerja keras. Kau berikan aku hikmat untuk berkarya. Kau berikan aku talenta untuk membagikan ilmu. Kau berikan aku semangat untuk berjuang. Kau berikan aku ketekunan untuk menghasilkan. Jadi dapatkah aku membalas kebaikan-Mu?

Tuhan Kau menganugerahiku dengan cinta yang penuh. Kau berikan aku hati untuk mengasihi banyak orang. Kau tanamkan belas kasihan untuk aku bertindak dalam cinta. Kau anugerahkan begitu banyak orang yang memperhatikan dan mengasihiku. Kau berikan perempuan yang begitu mencintaiku. Kau hidupi aku dalam lingkup cinta-Mu yang kau nyatakan lewat orang-orang sekelilingku. Jadi dapatkah aku membalas kebaikan-Mu?

Tuhan Kau mengaruniaku belas kasihan. Kau tidak memandangku hina saat dunia melihatku penuh kehinaan. Kau memelukku saat dunia menganiaya. Kau menciumiku saat dunia meludahiku. Kau menyebutku berharga saat dunia memandangku sebagai sampah. Dalam kegagalan Kau berikan aku kekuatan untuk bangkit, dalam keberhasilan Kau tanamkan kerendahan hati. Hidupku menjadi begitu sempurna atas kehadiran-Mu Tuhan. Jadi dapatkah aku membalas kebaikan-Mu?

Tidak! Aku tidak pernah bisa membalas kebaikan-Mu. Kemurahan, kasih, rahmat, pengampunan, cinta dan kasih sayang-Mu begitu melimpah. Aku tak mampu menyelami. Aku tak dapat mengukurnya. Yang aku dapat lakukan hanyalah berusaha membuat-Mu tersenyum, membuat-Mu bangga, membuatmu bahagia. Karena membuat pribadi yang kucintai bahagia adalah sukacita yang tidak ternilai. Aku cinta pada-Mu Tuhan, benar-benar mencintai-Mu.


Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia!
Mazmur 31:20

Jumat, Desember 12, 2008

Salute


Duh, sibuk banget deh dua minggu ini. Semua energi terkuras oleh kerjaan yang banyaknya dah sampai ke tingkat ngeri. Kalau dah sibuk gini yang ada aku jadi bertindak senaknya. Pulang langsung lepas sepatu dan ditaruh sembarangan, kaos kaki dilempar ke kolong meja. Langsung badan direbahkan di lantai. Malas makan, malas mandi, malas ngomong, malas nulis, malas baca, malas nonton. Pokonya malas las las las. Tak ada energi yang tersisa di rumah. Semua energi sudah kuserahkan 100% kepada kantor tercinta.

Tapi untung Mel nggak ikut malas-malasan. Dia dengan gesit merapikan sepatuku, berkejar-kejaran dengan anjing kesayanganku yang lari kesana-sini sambil mengigit kaos kakiku yang bau ikan asin. Dia juga dengan cekatan menyiapkan makan malam, dengan ramah membujuk aku makan. Kalau dah begini sifat manjaku langsung keluar yang endingnya memaksa Mel menyuapiku makan. Setelah makan mataku sudah berat, aku langsung tidur. Tanpa cium Mel, tanpa cuci muka, tanpa gosok gigi, tanpa ganti baju, tanpa mandi, tanpa cuci kaki.

Aku ngerti Mel pasti juga ingin langsung selonjoran. Tapi tugasnya tidak pernah berakhir. Kalau bukan dia yang mencuci piring, siapa lagi? kalau bukan dia yang menyetrika baju kerja kami, siapa lagi? kalau bukan dia yang merapikan rumah, siapa lagi? kalau bukan dia yang mengerjakan tugas kuliahnya, siapa lagi? Dia masih terjaga, masih bekerja hingga larut tiba. Jam 2 pagi perempuanku ini baru tidur. Dan jam 4 pagi dia sudah bangun lagi. Aku baru dibangunkannya jam 6.

Matanya sembab, ada lingkaran hitam yang pekat di sekeliling kelopak matanya. Dia benar-benar lelah. Kekasihku lelah, tapi tak mau mengatakan dirinya lelah. Dia lelah tapi dengan riang menjalankan tugasnya. Dia lelah, tapi tidak membuat dunia menjadi ikut lelah bersamanya. Dia lelah, tapi sebisa mungkin tetap menjadi penyemangat bagi partnernya. Dia lelah, tapi tak mau diistimewakan.

Aku jadi benar-benar malu. Siapa bilang rentan usia 6 tahun membuatku menjadi terlihat dewasa darinya? Mel jauh lebih dewasa dari aku, jauh lebih arif, jauh lebih bijaksana. Untuk semuanya ini kuhadiahkan kata SALUTE untuknya.