Jumat, Maret 27, 2009

Our Anniversary


Setahun yang lalu. Saat malam penuh bintang, aku menyatakan cinta kepada perempuanku. Malu, ragu tapi aku memberanikan diri untuk mencoba dengan memegang sebuah keyakinan bahwa ia mencintaiku juga.

Setahun yang lalu. Saat malam penuh bintang, jujanjikan kebahagiaan kepadanya. Aku ingin menjaganya senantiasa, membuatnya selalu tersenyum, menghantarkannya selalu kepada kebahagiaan, membawanya selalu kepada kedamaian.

Tapi aku ingkar, perempuanku mulai mengenal air mata dan kesedihan sejak tangan lembutmu menyambut cintaku. Entah berapa banyak air mata yang ia telah habiskan untuk mempertahankan hubungan kami. Entah seberapa sering kami terjebak dalam kerapuhan. Aku ingkar.

Beberapa minggu menjelang anniversary, kami berada di puncak kesedihan, di ujung kegalauan. Tuhan memperkenalkan kami kepada rasa sakit bercinta dan rasa takut kehilangan. Setiap malam kami saling mengucapkan cinta satu sama lain berkali-kali, seakan takut jika hari esok datang, kami tiba-tiba membisu. Setiap malam kami selalu berpelukan seerat mungkin seakan takut pedang kesucian memisahkan ketika kami tertidur.

Kemarin aku dan Mel berada di sebuah danau. Kami naik perahu bebek, lalu makan ikan bakar di pinggiran danau. Cahaya lilin di meja makan redup, angin bertiup kencang dan hujan deras terjun ke bumi. Kami saling berpegangan tangan. Kulihat ada butir air mata di wajahnya.

"Ini ulang tahun kita yang pertama. Honey, aku selalu ingin suasana ini, aku ingin merayakan ulang tahun kita untuk yang ke-2, 3, 4, 5 bahkan sampai ke-100. Aku nggak ingin semua berakhir."

Aku tersenyum melihat wajah sedih kekasihku. "Aku pernah menjanjikanmu sejuta kebahagiaan. Maafin yha, kalau aku cuma bisa bawa kamu menangis terus."

"Aku nggak pernah menyesal untuk setiap hal yang udah kita jalanin. Aku bahagia. Say lihat deh, Tuhan udah memberikan kebahagian buat aku dengan mengajari kita banyak hal. Semua yang sudah aku lewati bersamamu membuat aku mengerti, bahwa kamu orang yang sangat berarti buat aku. Aku bahagia jadi perempuan kamu." Mel menggenggam tanganku yakin.

Hujan deras berganti menjadi gerimis. Kami berlari kecil dari tempat makan menuju parkiran. Kekasihku basah, aku juga. Malam itu sungguh gelap, aku memeluknya erat. Suasana hangat seperti tahun lalu, kuulang kembali kenangan itu dengan menatapnya lembut dan mengucapkan kata-kata itu lagi.

"Aku cinta kamu."
"Iya. Aku juga cinta kamu."
"Kita jadian aja yha?!"
"Kan udah! Udah setahun! Dasar pikun. Gini neh susahnya pacaran ma tua bangka."
"Kurang ajar!!! Kamu pikir usia aku berapa??? Dasar anak ingusan!!!"

Kami berkejaran. Aku menarik tangannya, memutar tubuhnya, memeluknya dan menggendongnya mengitari lapangan parkir. Seorang tukang parkir, bulan, bintang, angin, rintik hujan, lampu remang dan pohon-pohon palem ikut cekikikan bersama dengan kami.

Selasa, Maret 24, 2009

Kau Berulang Tahun, Aku Bahagia!!!


Mel, kekasihku, untukmu kupersembahkan matahari yang memberikan kehangatan. Untukmu, kupersembahkan burung yang tak pernah lelah bernyanyi. Untukmu kupersembahkan langit yang tidak pernah mendung. Untukmu, kupersembahkan malam yang tak pernah datang tanpa bintangnya. Untukmu, kupersembahkan kata puitis yang tiada pernah habis. Untukmu kupersembahkan hari-hari baik yang akan senada dengan bertambahnya usiamu. Untukmu, kupersembahkan hubungan yang penuh kualitas dan makna. Untukmu, kupersembahkan kebahagiaan yang akan senantiasa datang dalam setiap sedihmu. Untukmu, kupersembahkan hidupku yang rela memegang erat tanganmu dalam suka dan duka, dalam tawa dan tangis, dalam ramah dan marah, dalam kuat dan rapuh, dalam kenyang dan lapar, dalam damai dan ricuh.

Kamu tahu mengapa? karena kamu adalah perempuan terindah dalam hidupku. Memilikimu sama dengan membawa dunia berada dalam genggamanku. Kau warnai hariku dengan cinta. Kau iringi langkahku dengan sayang. Kau sirami hatiku dengan kasih. Sehingga kemana pun aku pergi, aku merasa tenang, karena aku memilikimu.

Hari ini, kubawa setiap kisah kita menjadi sebuah kue tart manis. Kubawa kedamaian kita menjadi nyala lilin kecil. Kubawa janji kita menjadi semangkuk mie. Dan kubawa senyumku, senyum yang selalu kau suka, senyum sebagai tanda bahwa aku adalah manusia yang paling bahagia, senyum itu akan menjadi sebuah kado terbaik untukmu.
Sebab seperti permintaanmu malam itu,
"Sayang, ulang tahun kali ini, kamu mau kado apa?"
"Aku ingin orang yang aku cintai bahagia. Aku ingin kamu bahagia."

Maka untuk perempuan terbaik, kuhadiahkan kebahagiaanku. Lihat di wajah dan senyumku, bukankah kamu menemukan wajah bahagia manusia karena memiliki perempuan terindah sepertimu?


Selamat Ulang Tahun sayang!!!
Aku terharu mendengar apa yang kau minta pada ulang tahunmu kali ini.
Karenamu, maka kusebut diriku sebagai manusia paling bahagia di bumi.

Senin, Maret 16, 2009

Tuan Putri


Kekasih, hari ini kamu sangat cantik. Sama seperti hari kemarin. Dan kuyakin besok pun kau selalu jadi tuan putri tercantik di istanaku.

Kekasih, hari ini kamu sangat bijaksana. Sama seperti hari kemarin. Dan kuyakin besok pun kau selalu jadi tuan putri terbijak di istanaku.

Kekasih, hari ini kamu penuh perhatian. Sama seperti hari kemarin. Dan kuyakin besok pun kau selalu jadi tuan putri yang paling memperhatikanku di istanaku.

Kekasih, hari ini kamu sangat rajin. Sama seperti hari kemarin. Dan kuyakin besok pun kau selalu jadi tuan putri terajin di istanaku.
Kekasih, hari ini kamu sangat lembut. Sama seperti hari kemarin. Dan kuyakin besok pun kau selalu jadi tuan putri terlembut di istanaku.

Kekasih, hari ini kamu sangat cerdas. Sama seperti hari kemarin. Dan kuyakin besok pun kau selalu jadi tuan putri cerdas di istanaku.
Kekasih, hari ini kamu sangat pengertian. Sama seperti hari kemarin. Dan kuyakin besok pun kau selalu jadi tuan putri yang paling mengerti diriku di istanaku.
Dan seandainya, jika hari ini kamu tidak terlihat cantik, tidak terlihat bijaksana, tidak terlihat perhatian, tidak terlihat rajin, tidak terlihat lembut, tidak telihat cerdas atau pun tidak mengerti diriku seutuhnya, namun demi cinta ini, aku yakin hari ini, besok maupun lusa kau akan selalu menjadi satu-satunya tuan putri terbaik di istanaku.

Sabtu, Maret 14, 2009

Pembenci Hidup VS Penikmat Hidup


Pembenci hidup akan berkata:
Buanglah cerita tantang hujan. Mereka menerobos jatuh ke bumi. Tanah becek di sana-sini. Matahari ngumpet dibalik awan hingga cucian tak kunjung kering di jemur. Kali-kali kepenuhan. Air meluap membanjiri rumah. Ada kasur, DVD, TV, komputer, tape dan alat elektronik lainnya yang tenggelam. Semua rusak. Rugi bandar. Aku benci hujan.

Penikmat hidup akan berkata:
Berceritalah tentang hujan. Mereka merintik jatuh ke bumi. Memberi kesegaran dan kesuburan. Sebentar lagi tunas-tunas akan bersemi. Batang-batang pohon bergerak ke langit. Daun-daun segar menghijau. Bunga-bunga bermekaran dan buah-buah dipanen. Aku cinta hujan

Pembenci hidup akan berkata:
Buanglah cerita tentang matahari. Ia menyengat masuk kesela-sela jaket saat jalanan ibu kota macet. Panasnya membuat tubuh basah kuyup oleh keringat. Kaki dan tangan terbakar hitam. Bintik-bintik noda bermunculan di wajah. Kulit rusak, wajah rusak. Rugi bandar. Aku benci matahari.

Penikmat hidup akan berkata:
Berceritalah tentang matahari. Ia setia menyapa saat pagi. Memberi kehangatan pada tubuh yang mengigil. Bayi-bayi dijemur, matahari menganugrahkan kekuatan pada tulang mereka. Ibu-ibu tersenyum cuciannya kering. Penjemur cengkeh dan ikan asin bersorak gembira. Aku cinta matahari.

Pembenci hidup akan berkata:
Buanglah cerita tentang gunung. Ia gampang sekali murka. Lahar panas akan menyapu bersih. Membakar manusia dalam lelehan api. Rumah-rumah lebur, pepohonan ancur. Debu-debu berterbangan menyesakan dada. Semua lenyap. Rugi bandar. Aku benci gunung.

Penikmat hidup akan berkata:
Berceritalah tentang gunung. Ia bagaikan kaki langit yang menjulang mencapai cakrawala. Menghadiahkan mata air terjenih untuk diminum. Udaranya sejuk menyegarkan paru-paru. Embun menetes di dedaunan, menggambarkan kesempurnaan pagi. Aku cinta gunung.

Pembenci hidup akan berkata:
Buanglah cerita tentang malam. Kegelapan menaungi bumi. Jalan-jalan tak lagi terlihat. Bocah-bocah terpelecok ke comberan, menangisi bajunya yang kotor dan bau. Para penjahat mulai bekeliaran menunggu di ujung-ujung jalan. Perempuan korban rampok menangisi tas dan handphone-nya. Semua menangis. Rugi bandar. Aku benci malam.

Penikmat hidup akan berkata:
Berceritalah tentang malam. Angin semilir menyejukan. Di langit ada bintang berkelipan dan bulan yang sedang main mata. Lampu-lampu taman bersautan. Kembang api indah sempurna pada langit gelap. Aku cinta malam.

Indah dan nikmatnya hidup, bergantung pada cara kita memandang hidup

Jumat, Maret 13, 2009

Kuucapkan Salam


Kuucapkan salam pada langit yang masih remang, pada matahari yang baru bangun dari tidurnya, pada embun pagi yang menetes di ujung dedaunan, pada ayam yang berkokok tiada henti, pada burung yang berkicau merdu. Kuucapkan salamku dan kuminta kalian memberikan kekuatan kepadaku untuk menjalani hari ini.

Kuucapkan salam pada para lelaki pengais sepeda dengan dua keranjang besar berisi labu dan tomat yang akan dijual ke pasar, pada para perempuan yang mengerumuni tukang sayur keliling, pada anak-anak berpakaian seragam yang siap melangkah ke sekolah, pada para pekerja yang siap mengadu nasib di bumi tua ini, pada perahu yang hilir mudik mengangkut orang-orang yang hendak menyebrangi sungai. Kuucapkan salamku dan kuminta kalian memberikan kekuatan kepadaku untuk menjalani hari ini.

Kuucapkan salam pada jalan yang padat, pada lampu merah, pada para polisi yang sibuk mengatur lalu lintas, pada macet, pada polusi udara, pada jalan-jalan berlubang. Kuucapkan salamku dan kuminta kalian memberikan kekuatan kepadaku untuk menjalani hari ini.

Kuucapkan salam pada kantor, pada komputer, pada jaringan internet, pada printer, pada handphone dan telepon, pada para costumer, pada buku-buku yang hendak diedit, pada suara bos yang renyah, pada para office boy yang hilir mudik. Kuucapkan salamku dan kuminta kalian memberikan kekuatan kepadaku untuk menjalani hari ini.

Sebab setiap hari adalah tantangan, setiap hari adalah perjuangan. Dan dalam kekuatan yang kalian hantarkan, kusadari bahwa setiap hari juga adalah anugerah.

Rabu, Maret 11, 2009

Bunda, Peluk Aku!


Bunda, maukah engkau bangkit dari kuburmu? Dobraklah tanah yang menimbun tubuh. Munculah kembali ke bumi dan temui aku. Peluklah aku seerat yang kamu bisa. Bahkan remukanlah tubuhkan dengan pelukanmu. Saat ini aku ingin ada orang yang memelukku dengan begitu erat. Seerat-eratnya.


Atau bawalah aku ke duniamu bunda, ke dunia orang mati. Dunia yang hanya dipenuhi kebahagiaan dan riang canda. Aku ingin menikmati kembali kebersamaan kita. Aku rindu pada genggaman tanganmu yang hangat, ciumanmu yang lembut dan bau tubuh yang khas.

Bunda, bolehkah aku menjumpai Tuhan dan meminta ijin bertemu denganmu walau hanya sekejap. Aku benar-benar gamang, takut dan butuh nasehat dan tuntunanmu. Sekarang aku begitu rapuh. Aku panggil engkau untuk memberiku keyakinan, sama seperti saat aku terjatuh dari sepeda, dan kau datang, membangunkan, memeluk dan mengobati seluruh lukaku. Bunda saat ini aku terjatuh, kakiku berdarah. Sakit... sakit sekali rasanya. Tapi entah mengapa kesakitan itu kini meradang bukan di kaki, melainkan di hati. Aku rindu kehadiranmu untuk mengoleskan obat pada luka di hatiku. Aku ingin luka ini sembuh.

Bunda... malam ini aku akan tertidur. Datanglah dan obati lukaku... Aku ingin sembuh. Aku ingin pulih. Aku ingin kembali menjadi bayi 3,6 kg yang kau gendong 24 tahun lalu. Aku ingin seputih bayi... sesuci bayi...

Bunda... seandainya waktu bisa kuputar kembali...