Selasa, Mei 25, 2010

Pelupa Berat...


Oke... Aku ngaku, aku ini punya kelemahan dalam mengingat umur, alamat, nama bahkan wajah orang. Baru saja aku berkenalan dengan seseorang, tiba-tiba aku bisa lupa siapa nama orang itu. Semua info itu memang masuk ke otakku, tapi hanya sebatas mengucapkan "hai" lalu dengan segera semua info itu pergi lagi. Jadi jangan ngambek kalau seandainya kamu chat denganku, lalu tiba-tiba aku bertanya berapa umurmu untuk yang kelima kalinya, atau bertanya di mana kamu tinggal untuk ketujuh kalinya, atau tiba-tiba aku bilang, "Wah di tempatmu kan makanan khasnya empek-empek," padahal udah lima kali kamu bilang kalau kamu bertempat tinggal di Semarang. Bukan karena kamu tidak penting sehingga mudah dilupakan, tapi karena aku adalah pelupa berat. Sampai-sampai aku lupa nama blog-ku, sehingga blog ini jarang di-up date (Lebay mode on).

Nah bagaimana kalau si pelupa ini bertemu dengan teman SMP-nya? Mari kuceritakan kisahku di weekend ini. Saat aku dan Mel jalan-jalan ke mall mencari kado ulang tahun salah seorang teman, sekonyong-konyong aku dikejutkan oleh seorang perempuan yang berlari kencang ke arahku dan serta merta memeluk tubuhku, mungkin lebih tepatnya menomprok tubuhku. Aku hampir limbung oleh tabrakan tubuhnya yang besar, untung saja aku ingat jurus-jurus Kung Fu yang diajarkan oleh kakek moyang, dengan kekuatan tenaga dalam, aku menghentak tubuhku hingga tidak terjatuh.

"Deniiiiiiiiiiiiiii, kangen gue." Perempuan itu mencium pipiku kiri dan kanan, kebayangkan gimana mukanya Mel, mirip banget kayak nenek-nenek yang ketelak sirih. "Makin montok aja lo!" Pempuan itu mencubit kedua pipiku, wajahku yang inoncent pasti makin terlihat imut saat itu.
"Busyeet!" Hanya kata itu yang terucap dari bibirku
"Deni, elo inget gue kan??? Waktu SMP gue duduk di depan bangku lo??? Awas lo ya kalau lupa. Inget kan lo?"

Jujur aku lupa, tapi melihat semangat dan kehebohan perempuan itu, aku jadi nggak tega kalau harus jujur, jadi terpaksa deh aku melakukan kebohongan. "Inget dong!"
"Hayo, siapa nama gue?" Nah loh, kalau sudah ditanya gini aku bakal keluar keringat dingin. Wajahnya seh masih aku ingat dikit-dikit, tapi untuk mengingat namanya bener-bener nggak ada penerawangan sama sekali deh. Hm... siapa yah namanya? Dian kali ya? Ah masa seh Dian? Hm... Tapi kata orang nama pertama yang muncul di otak, pasti nama itulah yang benar.

"Ya gue inget elo-lah" Aku menepuk-nepuk punggungnya, perempuan itu langsung nyengir lebar, "Gue inget dong sama elo Dian."
Perempuan itu melihat wajahku dan langsung meluncurkan protes, "Dian??? Gue bukan Dian, NGACO!"
Mel langsung melirikku, seolah dia ingin mengisyaratkan bahwa dia punya firasat buruk. Aku hanya tersenyum, mencoba menebak lagi.
"Mutia ya?"
"Bukan!"
"Ah pasti Betrix"
"Bukan"
"Chirstine"
"Ngaco"
"Ah... Catur kan?"
"Halah bukan"
"Nia ya?"
"Bukan"
"Amanda?"
"Bukan"
Mel cengo abis mendengar percakapan kami yang tidak jelas.
"Aduh siapa seh lo? Ayu? Nunging? Novi?"
"Bukan, bukan bukan."
"Nola? Nana? Selly?"
"Bukan semua"
"Asih? Amir? Joko? Parto? Memet? Jalangkung? Kuntilanak? Kolongwewe?"
"BUKAN... NGACO LO!!!"
"Iya, Jadi siapa dong?"
"Gue Anisa Den... Masa elo lupa."
Aku dan Mel menarik nafas lega. Seolah penderitaan telah berakhir.

"Ya ampuuuun... Iya iya... Gue inget sekarang. Elo Nisa, Nur Anisa..."
"Ngaco lagi lo Den, nama panjang gue bukan Nur Anisa. Ngaco lo!"
"Siapa dong? Khairunisa?"
"Bukan!"
"Anisawati?"
"Bukan."
"Anisa Triastuti?"
"Bukan."
"Anisa Soebandono?"
"Ngaco Lo, itu mah artis. Alyssa Seobandono kale!"
"Anisa Wibisono?"
"Bukan."
"Sapa dong? Anisa Bahar?"
"Bukan. Itu mah penyanyi dangdut."
"Anisa Winata?"
"Bukan!"
"Anisa Prancis? Anisa Monalisa?"
"BUKAN!!!"
"Anisa Arwarna?"
"Itu mah Tukul Den."
"Aduh... Siapa seh??? Anisa Sukmawati?"
"Bukan, bukan!"
"Anisa Pangastuti?"
"Halah."
"Oke.. oke gue nyerah, Anisa siapa seh???"
"Anisa Sulaiman..."

Lagi-lagi, Aku dan Mel menarik nafas lega...
"Oh Iya... Anisa Sulaiman... Elo yang duduk sama Ello kan yha?"
"Bukan..."

Mel yang sudah tidak kuat menangung penderitaan ini, segera mengginggalkan aku dan Anisa

"Sama Rully?"
"Bukan."
"Anto? Juki? Yudi?"
"Bukan, bukan bukan!"
"Ahmad? Subandi?."
"Udah.. udah udah Den. Gue dah cape. Yang duduk sama gue itu Adhi."
Aku menarik nafas lega, kali ini sendiri karena Mel sudah hilang entah kemana.

"Oh iya Adhi. Adhi yang nama panjangnya..."
"UDAH CUKUP DEN!!! Gue udah nggak kuat..."
"Huahahhahaha." Aku tidak mampu menahan tawa melihat Anisa yang kelelahannya seperti habis memandikan 5 ekor gajah dan memberi minum 10 ekor unta. Aku yakin Anisa bener-bener kapok dan nyembah nyembah sama Tuhan supaya tidak bertemu aku lagi.

Setelah mengakhiri percakapan panjangku dengan Anisa yang sebenernya isi percakapan itu didominasi oleh tebak menebak, aku mendapati Mel sudah duduk di kursi Mc Donald dengan satu cup McFlurry yang sudah hampir habis.
"Aku udah pesenin cocacola neh... Pasti kamu capek banget kan?"
"Ho oh, iya..."