Saat cinta tidak lagi menjadi sebuah kisah biasa. Saat cinta mewarnai segala sisi kehidupan. Saat cinta mengajar, mengubahkan dan membangun. Saat manis dan pahitnya cinta menguntai sejarah. Dan saat sejarah cinta harus diabadikan.
Sejarah Cinta
Setiap kisah adalah sejarah
Cinta adalah sebuah kisah
Cinta adalah sejarah
Tak kubiarkan sejarah menghilang di udara
Maka aku abadikan kisah ini dalam goresan kata-kata
Agar cinta itu abadi
Agar sejarah itu selalu dikenang
Cinta adalah sebuah kisah
Cinta adalah sejarah
Tak kubiarkan sejarah menghilang di udara
Maka aku abadikan kisah ini dalam goresan kata-kata
Agar cinta itu abadi
Agar sejarah itu selalu dikenang
Rabu, Agustus 04, 2010
Kharismaku
Fiuh, setelah ditinggalkan seabad lamanya. Blog ini bagai rumah tak berpenghuni. Kotor, berdebu, banyak tikus nying-nying, curut, kecoak, cicak, bahkan singa dan naga. Maaf ya blog, bukannya aku melupakanmu. Tapi bulan kemarin aku sibuk banget lantaran ngurusin hidung yang tambah mekar. Halah!
So setelah lama tidak dijamah, ijinkanlah aku menulis hal-hal yang menyenangkan hati dan membanggakan diri ini. Diawali tentang data di memori jangka panjangku yang tiba-tiba muncul ke pusat otak. Membuat otakku senut-senut.
Hm... itu tentang pembicaraan antara aku dan Jo beberapa bulan silam saat kami makan siang bersama. Sebagai sesama kaum Bapak, maka pembicaraan kami adalah seputar bagaimana menangani ibu-ibu. Di tengah pembicaraan yang asik itu, tiba-tiba Jo mengajukan pertanyaan yang membuatku segera ingin masuk ke toilet dan berkaca. Pertanyaannya gini, "Den, kok bisa seh Mel jeles sama lo? Kan lo jelek."
HUH! kalau nggak mengingat bahwa Jo adalah partner menulis sejatiku di Sepoci Kopi, kalau tidak mengingat bahwa Jo adalah sahabatku yang paling setia, kalau tidak mengingat fans Jo yang banyak dan siap mengeroyok aku jika Jo kenapa-napa, kalau tidak mengingat bahwa Jo yang bayarin makan siang kami itu (hihihihi), pasti aku sudah... sudah... sudah... hm... hm... jadi nggak enak ngomongnya hm... hm... hm... Sudah... sudah... sudah... ajukan aplikasi pinjam uang untuk operasi hidung. Puas! Puas! Puas!
Malamnya, pertanyaan Jo aku sampaikan kepada Mel, cewek cantik itu menanggapinya dengan tertawa. Saat melihat muka mulai bete, barulah dia berhenti ketawa (mungkin dia pikir dari pada aku nekat ganti muka kan berabe tuh). Akhirnya Mel menjawab begini, "Aku cemburu karena, kalau aku yang cakep mau sama kamu. Berarti nggak menutup kemungkinan dong orang yang secakep aku juga suka sama kamu. Makanya aku cemburu."
Hidungku, oh hidungku langsung kembang kempis dengan kecepatan 90 kali kembang kempis per menitnya. Hampir saja hidung ini meledak kalau aku tidak teringat pada pesan Pak Haji, "Intinya penguasaan diri." Aku mengelus dada, tenang, tenang, tenang.
Tuh kan bener teori yang ada diotakku selama ini. Nggak penting wajah cakep untuk dapat cewek cakep. Yang penting kharisma. Maksudnya, kamu itu enak dilihat, enak diajak ngomong, enak diajak curhat. Dan, kayaknya aku punya semua kharisma itu. Cling!
Dengan malu-malu aku nanya lagi sama Mel, "Say, kalau emang tahu aku jelek. Kenapa kamu suka sama aku? Pasti karena aku berkharisma ya?"
Kali ini Mel tertawa guling-guling, sakin hebohnya, Mel guling-guling sampe masuk ke kolong ranjang dan menjedotkan kepalanya ke ranjang berulang kali sampai ranjang kami roboh. (Hehehehe, yang percaya sama cerita ini perlu ke klinik SOS Dokter Jo dan Mbah De Ni buat berobat). Intinya Mel ngikiklah.
Nah setelah ngikik, dia menjawab. "Aku suka kamu bukan karena kharisma kamu say. Tapi karena kamu enak..."
"Enak diajak ngobrol, enak diajak curhat, dan enak dilihat." Aku menebak. Mel mengelus dada
"Bukan, aku suka kamu karena kamu itu enak dicengin, enak diejek, enak dikata-katain. Cuma kamu yang bisa, yang lain pada nggak mau. Hahahahaha."
Ahhhh ASEM!!! Jadi nggak mood nerusin tulisan ini neh. Udah ah! Yang mau ikut ketawain aku silahkan. Kalau perlu bikin IKD (Ikatan Pencela DeNi). Cukup tulisan sampai disini.
Langganan:
Postingan (Atom)