Kamis, Juli 30, 2009

Sahabatku...


Sahabatku, aku ada di sini dan engkau ada di sana. Terbentang jarak ribuan mill, melewati laut, samudra dan benua. Tapi aku tahu, dalam jarak yang membentang kita selalu dekat dalam doa.

Sahabatku, aku berjumpa denganmu dalam siang dan kau menjumpaiku saat malam. Terbentang waktu yang panjang, melewati detik, menit dan jam. Tapi aku tahu, dalam perbedaan waktu yang membentang kita selalu dekat dalam harapan.

Sahabatku, aku tersenyum mengingatmu. Seorang andro yang sangat low profile. Kamu jauh lebih tua dariku, tapi selalu mendengar nasehatku dan mengangkatku dalam kedudukan yang setara denganmu. Kamu suka berbagi, tapi langsung bersembunyi karena takut ada orang yang melihat perbuatan baikmu. Kamu tak butuh sanjungan dan alergi pada ucapan terima kasih.

Sahabatku, di mataku kamu adalah perempuan aneh. Kamu punya sesuatu yang tidak dimiliki orang lain. Sesuatu yang sulit aku jelaskan, namun sering membuatku tersenyum. Sulit menebak apa yang kau pikirkan, tapi begitu mudah menyelami kebaikan hatimu.

Kau memang miterius dan tertutup seperti angin yang tak terlihat. Sudah hampir setahun kita bersahabat, tapi tak sedikit pun aku tahu tentangmu. Tapi, tak apalah. Karena bagiku yang terpenting adalah bisa membangun persahabatan yang sehat dan bisa belajar banyak darimu. Belajar tentang kemandirian, tentang cara berpikir positif, tentang semangat berjuang, tentang keberserahan kepada Tuhan.

Sahabatku, sedang apa kau sekarang? Sedang bersembunyi di balik selimut tebal atau sedang masak nasi goreng? Sedang menyanyi atau nonton DVD? Sedang kumpul dengan teman-temanmu atau sedang membantu sahabatmu pindah rumah? Entah apa yang sedang kau lakukan sekarang, yang jelas aku ingin berterima kasih padamu.

Terima kasih untuk perhatianmu pada masa depanku, terima kasih untuk semua harapan baik yang kau panjatkan untuk hubunganku dengan Mel, terima kasih untuk semua waktu dan nasehatmu. Memiliki sahabat sepertimu adalah sama dengan menggengam mutiara di tanganku.

Sekali lagi, untuk "perempuan aneh" yang terbang di dunia mayaku bagai angin, kuucapkan terima kasih untuk segalanya...

Karena Kamu adalah Cinta


Kekasihku, ingatkah kau kapan terakhir kali aku pulang kantor dan memberimu kejutan setangkai bunga yang sengaja aku sisipkan dalam jaket? Ingatkah kau kapan terakhir kali aku memberimu coklat yang bungkusnya aku ganti dengan kata-kata puitis? Kapan terakhir kali aku memainkan piano dan bernyanyi lagu cinta untukmu? Kapan terakhir kali aku mengajakmu berdansa? Kapan terakhir kali aku memuji kecantikanmu? Kapan terakhir kali aku mencetak fotomu lalu menghiasnya dalam sebuah album? kapan terakhir kali aku masak puding dan sayur buncis kesukaanmu? dan kapan terakhir kali aku menyuapimu vitamin dan membuatkanmu segelas susu?

Aku tahu, kamu sangat menyukai semua hal ini. Kau menyebutnya romantis dan selalu memujiku karena aku romantis. Sayangku, kau pun harus tahu bahwa justru aku sangat bersyukur punya kekasih yang bisa aku perlakukan romantis sepertimu.

Hanya, sekarang ingatkan aku, kapan terakhir kali aku melakukan semua itu?

Kusadari belakangan aku lupa romatis, meski tiap hari aku mencium dan memelukmu erat. Tapi ciuman dan pelukan itu lebih mengarah kepada ciuman dan pelukkan keresahan.

Bukan, bukan kesibukan yang telah melimpahkan segala keresahan. Tapi keberhargaanmu dihatiku yang telah membungkusku rapat dalam keresahan. Aku resah, cemas, takut, rapuh, sakit. Dan semua hal ini membuatku hanya bisa berkata, "Aku nggak mau kehilangan kamu Beib!" Kekasihku, hanya kata-kata itu yang mampu terucap setiap kali aku bersamamu.

Mestinya aku tidak berhati banci, mestinya aku tidak melankolis, mestinya aku lebih dewasa darimu, lebih kuat, lebih tegar, lebih bijak. Tapi dalam hal ini aku bukan siapa-siapa. Aku adalah orang yang baru mengerti arti cinta dan arti takut kehilangan.

Dulu aku selalu heran melihat orang menangis karena putus cinta. Dulu logikaku tak mampu menerima mengapa ada orang yang bunuh diri karena cinta, mengapa ada orang yang hidupnya hancur karena asmara. Sekarang, aku baru memahami apa arti cinta itu. Cinta itu adalah kekuatan yang mampu membahagiakan dan menerbangkanku setinggi langit, tapi kekuatannya juga mampu menyakiti dan menghempaskan aku ke jurang.

Kemarin temanku berkata: "Mencintai seseorang adalah kesakitan, jadi lebih baik dicintai." Tapi, aku sadar bahwa mencintai adalah anugerah. Sebab mencintaimu mengajarkanku arti memberi dalam ketidakmampuan, arti berkorban dalam ketidakberdayaan, arti bertahan dalam kerapuhan. Bersamamu, aku mengerti bahwa cinta begitu bernilai.

Sayang, siapkanlah dirimu karena hari ini aku akan membawakanmu setangkai bunga, mempersembahkan sebatang coklat yang berbungkus bait-bait asmara, menyanyikan lagu cinta dan berdansa denganmu dalam ribuan pujianku atas kecantikanmu, lalu kita akan makan sayur buncis dan puding coklat. Saat makan, liriklah meja makan kita karena ada fotomu berhias di sana. O.. iya, jangan lupa minum vitamin dan segelas susu coklatmu.

Karena kamu adalah cinta...

Dalam sakit maupun bahagia, dalam duka maupun suka, dalam tangis maupun tawa, cinta akan tetap berharga...

Senin, Juli 27, 2009

Waspada Bom!!!


Meskipun udah seminggu lebih Indonesia gempar bom J.W. Marriot dan Rizt Carlton (pelakunya perlu dihukum seberat-beratnya), tapi si Mel masih ngelarang aku ke sana sini, terutama ke tempat-tempat yang banyak orang bulenya. Kenapa Mel jadi parno??? Penyebab utamanya adalah JO. Sebab saat kejadian hotel JW. Marriot dan Rizt Carlton meledak, Jo adalah orang yang lolos dari maut. Dan sebagai orang yang lolos dari maut, dia serta merta langsung nge-warning sahabat-sahabatnya, termasuk neleponin Mel.

Berhubung Mel itu masih polos, tulus, baik hati dan rajin gosok gigi, maka Mel yang tadinya biasa aja, adem ayem dan penuh damai sejahtera, tiba-tiba jadi grusa grusu sehabis menerima telepon dari Jo. Dia jadi cerewet banget. Aku yang pada saat itu lagi ada di mall, jadi kecapean sendiri menerima telepon dan SMS Mel yang sebenernya isinya cuma nyuruh aku pulang buru-buru.

Ternyata ketakutan berbuntut panjang. Aku jadi nggak boleh pergi ke sembarang Mall, terutama ke mall yang dianggap Mel rawan. Padahal sereting jaketku udah jebol, jadi aku harus beli jaket baru. Dan masalahnya, jaket yang bener-bener bagus dan harganya rada murah tuh cuma ada disebuah mall yang menurut Mel daerah itu rawan. Jadi, aku harus menunda membeli jaket baru untuk beberapa saat sampai ketakutannya Mel redah.

Akibatnya, kemarin aku kedinginan banget. Ya gimana nggak kedinginan? lah wong jaket yang aku pake nggak bisa diseretingin. Yang ada sepanjang jalan perutku kelibas angin melulu. Akhirnya aku jadi mual, mules dan kembung. Nggak perlu dokter Jo buat mendiagnosa, aku udah tahu kalau aku masuk angin.

Sampai di rumah aku langsung lari ke WC (si mami ampe bengong), tapi nggak keluar juga sesuatu yang aku harapkan keluar itu. Akhirnya aku kembali ke kamar sambil ngegerutu, "Duh perutku nggak enak neh say." Si Mel yang lagi asik ngerjain tugas kuliah diam aja. Aku bolak balik nggak bisa diam. Jongkok, tiduran, guling-gulingn dan mukul-muluk perut yang jelas-jelas dalamnya angin semua.

Nggak lama setelah aku mukul-mukul perut, tiba-tiba terdengarlah sebuah ledakan ampe tiga kali "Duuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuutttttttt, duuuuuuuuuuuutttttttttttttttt, duuuuuuuuuuuuuuuuuuuuutttttttttttttttt." Ah aku lega, perutku udah nggak mual lagi, sebab mualnya udah pindah ke Mel. Dia langsung lari keluar kamar sambil nutup hidung.

Di luar kamar Mel teriak "Busyet deh say, ketut lo ya??? Bauuuuuuu tahu!!!"

Aku yang masih melongo menyahut dari dalam kamar "Ini kan gara-gara kamu nggak kasih aku beli jaket di mall XXX makanya aku jadi masuk angin."

"Ye, aku kan cuma nggak mau kamu kena ledakan bom say, salah yha???"

"Nggak seh, cuma lihat dong buktinya, bomnya jadi meledak di rumah kita sendiri kan???"

"Iya tapi kamu jangan lebay dong. di Marriot dan Rizt Carlton kan cuma meledak dua bom say. Di rumah kita kenapa bomnya meledak tiga kali???"

"Hehehehehe" Aku keluar kamar ingin memeluk Mel gemes, tapi Mel malah lari, "Sono, sono, sono, kamu bau, bauuuuuuuuuuuuuuuu."

Minggu, Juli 26, 2009

Siapa yang Mau Temanin Aku???


Thanks banget buat semua info temen-temen tentang siaran ulang konser Jacko di RCTI (bahkan ada yang ampe sms saat konser jacko, tapi sayang HP-ku disilent, hikh). Intinya Mel girang banget, aku apalagi, secara aku kan nggak perlu lagi repot-repot cari DVD di Glodok. Pokoknya punya banyak temen yang baik dan perhatian adalah hoki besar deh.

Hari Sabtu adalah hari yang mengembirakan buat Mel, dari pagi dia dah cengar cengir dan ingetin aku berkali-kali soal konser Jacko "Say, tar malam loh jangan lupa!"
"Iya!!!"
"Jam sepuluh malam ya say!"
"Iya, iya!!!"

So hari sabtu dilewati dengan sukacita, siangnya aku dan Mel sempet jalan ke mall, nonton, makan dan main games. Sampai di rumah dah jam sembilan malam. Mel langsung nongkrong di depan TV. Petir berbunyi berkali-kali, hujan akhirnya turun, deras banget. Mel langsung berdoa dengan sungguh-sungguh biar nggak mati lampu. Untungnya lampu nggak mati, padahal biasanya kalau hujan pasti mati lampu.

Jam sembilan malam saat udara dingin menyelimuti seiisi rumah. Nunggu konser Jacko masih lama. Aku mulai ngantuk, si Mel juga. Secara Jumat malam emang kami tidur jam 3 pagi, si Mel sibuk ngerjain tugas kuliah, aku sibuk kerja. So, demi memanfaatkan waktu luang, akhirnya kami putuskan buat tidur ampe jam 10 malam secara udara sejuk banget, lagian seharian ini aku dan Mel juga kecapean jalan.

Aku pasang alarm di HP Mel. Jam 10 tepat alarm di HP Mel bunyi. Aku terbangun duluan. Aku langsung bangunin Mel, tapi Mel tetep molor mungkin karena sakin capenya. Alarm masih bunyi, namun di antara alam mimpi dan alam nyata, aku malah matiin alarm HP dan langsung tidur lagi.

Tiba-tiba aku tersentak. Astaga!!! Ini kan konser Jacko kenapa aku nggak bangunin Mel? Aku langsung menggocang tubuh Mel. Mel bangun kelabakan.
"Say, konser Jacko, dah mulai yha? dah mulai? Dah jam 10 say?"
Aku melirik jam tangan, ASTAGA!!! Jam satu berarti konsernya sudah kelar. Si Mel langsung nyalahin TV.
"Say kok nggak ada? Kok nggak ada konsernya?"
"Say, aduh say, sorry... sorry banget. Sebenarnya aku berat banget ngomong ini"
"Ngomong apa???"
"Duh, berat..."
"IYA APAAAAA? Ngomong aja!!!"
"Say, maaf, sekarang udah jam satu pagi..."
"APA????? JAM SATU. SAY KOK KAMU NGGAK BANGUNIN AKU!!!" Mel langsung duduk lemas.
"Aku udah bangunin kok say"
"Iya, tapi pasti kamu banguninnya nggak sungguh-sungguh."
"Sungguh-sungguh kok."
"Tapi kok aku nggak bangun?"
"Ye, Meneketongseng."
"Kamu tuh kalau bangunin aku untuk urusan yang 'itu' aja, bisa bikin aku ampe bener-bener bangun. Ini kan lebih penting say. Konser Jacko say."
"Iya, nanti juga bakal diputar ulang lagi kok ma RCTI."
"NGGAK MUNGKIN AMPE TIGA KALI!!!"
Si Mel buang muka lalu molor lagi. Aku langsung melongo dan ngucek-ngucek mata, nggak percaya semua ini terjadi. Dua kali konser Jacko, dua kali gagal nonton. Tapi anehnya kali ini aku kok nggak ngerasa sedih ya??? Ngeliat Mel ngambek aku malah jadi ketawa. Kasihan, tapi lucu. Lucu banget!!! Hahahaha!!!

Tadi pagi, aku godain Mel, sambil sesekali berjoget ala Jacko "Yihii". Si Mel ngambek berat. Dia nggak mau siapin sarapan, nggak mau bikinin kopi, nggak mau dipeluk, nggak mau dicium. Pokoknya dia ngambek beraaaat. Meski si mami dah ngomel-ngomelin dia karena nggak mau keluar kamar dan ngurusin keperluanku, tapi Mel tetep aja ngerem di kamar. Bibirnya maju ampe lima senti bikin aku pengen banget ngejepit bibirnya pake jepitan baju.

Lucu banget kekasihku itu. Bolak-balik, buang muka, cemberut, ngegerutu, "Kenapa kamu nggak bangunin aku???" Itu terus yang dia omongin.

Sebenernya seh pengen ketawa, tapi kasihan juga kalau ada yang ngambek dicuekin. Jadi, dari pada pusing, besok aku ke Glodok deh. Siapa yang mau temenin aku cari DVD ke Glodok??? Tar aku traktir makan mie dech.

Jumat, Juli 24, 2009

Tetang Masa Depan...



Pergilah ke langit dan hitunglah berapa jumlah bintang yang berkelip di sana, berlarilah ke pantai dan hitunglah berapa butir pasir yang bertebaran di sana, nikmatilah makananmu dan hitunglah berapa jumlah butir nasi dalam setiap piringnya, karena aku butuh kepastian.

Aku ingin semuanya pasti supaya aku bisa melangkah kepada tujuanku. Sebab waktu sedang mengejarku, ia berlari demikian cepat, secepat kilat menghantarkan anak perempuan yang barlari dengan kolor ke sana kemari menjadi perempuan dewasa. Rasanya baru kemarin aku lahir dan sekarang aku akan segera mati.

Aku sudah lelah pada sekelumit ritual. Bangun pagi, sarapan, kerja, makan, tidur lalu bangun lagi. Lama-lama aku akan menjadi lesbian bodoh yang membusuk dalam rutinitas. Aku ingin bangkit dan memandang matahari, melihat hari esok, dan berjalan dalam kemantapan. Jadi berikanlah aku sebuah kepastian supaya aku tidak galau, limbung, resah, gelisah dan gila.

Berikanlah kepastian tentang dunia masa depan kita, dunia di mana segala cita-citaku terwujud. Berikalah kepastian apakah kau akan ada di sana, tersenyum bersamaku, di puncak segala kesuksesanku.

Sebab jika kau tetap berdiri di sana. Menjadi orang pertama yang tersenyum atas segala keberhasilanku, maka kusebut diriku makhluk terbahagia di dunia ini. Namun jika kepastianmu adalah bahwa kau tidak akan berdiri di sana, bahwa kau akan berdiri di samping yang lain untuk mendampingi keberhasilannya, maka ijinkan aku berdiam hari ini.

Jangan kau suruh aku membencimu, sebab aku tidak akan pernah melakukan sesuatu yang tidak mungkin aku lakukan. Ijinkan aku tetap mencintaimu dalam persembunyianku, sebab sama seperti dulu aku mengagumimu dan mencintaimu dari jauh, aku pun ingin mengakhirinya dengan cara demikian.

Jumat, Juli 17, 2009

Mohon Bantuannya!!!


Si Mel dah ngefans banget sama Jacko. Sakin ngefansnya, hari senin lalu, dia udah nempel kertas gede-gede di kaca lemari. "Hari Kamis, 16 Juli 2009, pukul 22.000 ada konser Jakco di RCTI." Makin mendekati hari H dia makin semangat. Kemarin sore si Mel beberapa kali neleponin aku, "Say, pulang jangan telat yha. Biar pas mau nonton Jacko semua kerjaan rumah tangga dah aku kelarin. Sampe rumah jam setengah tujuh bisa nggak say?" Demi bini tercinta, terpaksa deh aku boyong semua kerjaan kantor yang belum kelar ke rumah. So, semua print-nan buku yang mau diedit memenuhi tasku ampe beraaaaaaaaat banget, serasa bawa seekor sapi beserta kandangnya.

Tadi malam dia ampe persiapan beli kacang koro, wafer, biskuit dan minuman ringan. Dia juga buru-buru rapiin semua kerjaan rumah. Nyuci piring, nyapu, rapiin kamar dan semprot obat nyamuk lebih awal, katanya biar ntar kalau nonton Jacko nggak diganggu nyamuk. Dia juga dah nekat ngangkat karpet ruang tamu yang beratnya setengah berat tubuhnya,lalu gelar karpet itu di kamar tepat di depan TV. Dia juga sibuk maksa aku ngelarin semua kerjaan kantor biar ntar bisa bener-bener konsen saat nemenin dia nonton. Hmmm... ngelihat semangat Mel, Aku ikutan jadi semangat kerja.

Mel nyengir-nyengir mulu. Udah pukul 8 malem. Berarti dua jam lagi konser dimulai. Semua kerjaan rumah tangga juga dia dah kelarin. Tinggal tugas kuliah yang masih dibikin berharap jam 10 semua dah kelar.

Tapi... tiba-tiba mati lampu. Si Mel panik secara takut nggak bisa nonton Jacko. Tapi aku berusaha nenangin dia, secara ini kan masih jam 8 malam. Mukin jam 10 listrik bakal nyala lagi.

Detik, menit dan jam berganti. Waktu udah nunjukin pukul 21:30, berarti 30 menit lagi konser dimulai, tapi litrik nggak juga nyala. Si Mel nyuruh aku teleponin PLN. Ternyata ada jaringan listrik yang meledug dan belum selesai dibetulin. Kata orang PLN, bisa makan waktu lama. Si Mel langsung putus asa. Dia bete, dan kalau lagi bete dia bakal lebih milih tidur. Akhirnya dia nugasin aku buat jagain listrik. Maksudnya, kalau listrik nyala aku harus bangunin dia buat nonton konser Jacko.
Jam 22:30, 23:00, 23:30, 00:00 listrik belum juga nyala. Ini berarti udah dua jam konser itu berjalan. Dalam remang aku ngeliat Mel udah tertidur. Pasti dia sedih banget. Beberapa menit kemudian lampu nyala.

Aku jadi seneng banget. Yang pertama aku lakukan adalah nyalahin TV, ternyata konsernya masih ada. Kalau aku nggak salah Jacko lagi nyanyi Billie Jean. Aku langsung bangunin Mel.Dia semangat banget. Matanya langsung melotot. Tapi... sayangnya itu adalah 2 lagu terakhir. Jadi Mel cuma nonton dua lagu dan acara konsernya langsung selesai.

Tadi pagi Mel bangun malas-malasan. Aku lihat di kaca lemari tulisan Mel "Hari Kamis, 16 Juli 2009, pukul 22.000 ada konser Jakco di RCTI." jadi ditambahin kalimat "Mati lampu!!! Hikh Hikh Hikh. Sedih banget!!!" Siapa coba yang nggak ikutan sedih kalau liat bini begitu? So, ada yang bisa bantu aku nggak, kasih tahu gimana caranya supaya aku bisa dapat rekaman konser Jacko semalam? Kalau tahu tolong bantu yha!!!

Kamis, Juli 16, 2009

Mawar Putih untuk Sahabatku


Kekasihku, ingatkah kau pada sahabat kita? Satu-satunya sahabat dunia maya yang pernah bertemu dengan kita. Ingatkah kau pada tawa kita saat pertama berjumpa dengannya? Ingatkah kau pada sikapnya yang telah berhasil mengembangkan senyum di bibirmu? Ingatkah kau pada keakraban yang terjalin di antara kita?

Kekasihku, aku tahu, dia adalah satu-satunya sahabat terbaikmu. Dan aku tahu, kau selalu bercerita tentang masalah kita kepadanya tanpa sepengetahuanku, sebab kau selalu bilang, "Jangan bilang-bilang De Ni yha kak!" Tapi kekasihku, kau tidak pernah tahu bahwa aku pun sering bercerita tentang masalah kita kepadanya tanpa setahumu sebab aku selalu memesan kepadanya, "Jangan kasih tahu Mel yha!"

Entah berapa banyak cerita tentang pertengkaran kita yang telah ia tampung tanpa bosan. Baik dari sudut kau memandang pertengkaran, maupun dari cara aku melihatnya. Mungkin dia satu-satunya orang yang paling memahami mengapa kita bertengkar dan mengapa kita segera baikkan lagi.

Kekasihku, ingatkah kau padanya? Pada sahabat kita. Yang untuk kita, ia telah bersedia melapangkan waktu seluasnya di tengah waktunya yang sempit. Ingatkah kau pada genggaman tangannya yang hangat dan perhatiannya yang tak pernah berhenti.

Ah, ada yang kamu belum tahu kekasihku. Kubisikan rahasia ini di telingamu, sama sepertimu, sahabat kita itu jatuh cinta pada mawar putih.

Hari ini, aku berjanji akan menghadiahkan mawar putih pada ketulusan hatinya. Tapi justru dia mengucapkan kalimat yang membuatku lirih, "White rosenya ntar dibawa ke pemakaman gue aja." Aku tahu dia bercanda, tapi hatiku tiba-tiba menjadi sedih. Berat rasanya membayangkan kehilangan sahabat terbaik.

Kekasihku, beri tahu padanya bahwa dia harus tetap ada di sini, di dunia maya kita untuk mendengarkan semua cerita tentang aku dan kamu. Yakinkan padanya, dia harus tetap ada di sini, di dunia maya kita untuk tetap memberi kekuatan dan melemparkan nasehat. Ya, dia harus tetap ada di sini, di dunia maya kita untuk menerima ribuan mawar putih dari kita.

Hari ini kupersembahkan mawar putih untuk sahabatku yang juga adalah kakaknya Mel, Frizzy Jo

Rabu, Juli 15, 2009

Berlarilah... Karena Aku Rindu Kekasihku...


Entah berapa kali mata kita saling memandang dalam tatapan sayang, entah berapa kali bibir kita saling bersentuhan dalam ciuman hangat, entah berapa kali tubuhku dan tubuhmu merapat dalam dekapan. Entah berapa kali... mungkin seratus, seribu atau sejuta. Yang jelas aku tidak pernah jenuh.

Semalam, kita saling menatap, berciuman dan berpelukan hingga fajar datang. Dan beberapa jam lalu, berkali-kali aku menciumimu untuk mengucap selamat pagi, berkali-kali aku memelukmu untuk mengucap selamat kerja. Berkali-kali, seolah hari ini aku akan mati. Seolah itu adalah ciuman dan dekapan terakhirku.

Berkali-kali aku mencium dan memelukmu, tapi sekarang aku sudah tak sabar untuk melakukannya lagi. Kapan aku bertemu kamu lagi kekasih? Beberapa jam lagi kan? Tapi mengapa kerinduanku begitu menggila? Dadaku begitu sesak manahan kangen.

Kekasih, aku tak pernah bosan dengan kehidupan yang kita jalani berdua. Tak pernah jemu dengan matamu, ciumanmu dan dekapanmu. Semakin lama aku semakin mencintaimu, semakin menginginkanmu selalu di sisiku, semakin tergila-gila padamu.

Entah kusebut apa semua rasa ini? Entahlah... yang jelas aku sangat merindukanmu saat ini...

Ah, mengapa waktu berjalan begitu lambat saat aku tak bersamamu dan mengapa ia menjadi begitu cepat saat aku disisimu... Berlarilah waktu!!! Hantarkan aku pada kekasihku secepat yang kau bisa lakukan. Hantarkan aku pada sorot matanya yang indah, pada tubuh rampingnya yang menawan pada bibir merah muda-nya yang seksi. Berlarilah... karena aku rindu kekasihku...

Ditulis: Rabu, 15 Juli 08.53 am. (Saat aku telah berpisah 53 menit dari kekasihku)

Jumat, Juli 10, 2009

Redup, Terang, Tapi Tidak Mati


Kekasihku, entah ke mana akan kita bawa percintaan kita ini. Semakin hari aku semakin mencintaimu. Aku semakin tak ingin jauh darimu. Aku sudah menggantung seluruh hidupku pada cintamu. Entah apa jadinya hidupku tanpamu.

Kekasihku, tahukah kau seberapa resah, takut dan gundahku memikirkan masa depan kita. Seandainya cinta ini tak melanggar moral dan norma, maka cinta kita berdua adalah terkuat, terkokoh dan terhebat. Tapi... jalan-jalan yang kita tempuh membuat norma dan moral begitu melekat erat di bahu kita.

Aku ingin meludahi moral dan norma, membakar semua tugas kerohanian yang kusadang ke dalam api amarah, membawamu kabur ke negeri yang baru, memelukmu erat dan tak melepaskan sampai akhir hayat.

Aku ingin berkacak pinggang dan menantang dunia, "Silahkan pisahkanlah kami, maka aku akan membunuhmu, memutilasi tubuhmu dan meleparkan potongan tubuhmu ke dalam tungku api!!!" Tapi... itukah aku? itukah kau? Jangankan membunuh, melukai hati orang saja sudah membuat kita merasa terbunuh.

Jadi haruskah dunia berkuasa dan menentukan segala arah hidup kita? Haruskah kita berpasrah pada kemauan orang banyak?

***

Diam... diamlah wahai dunia... ijinkan kami menangis dan memukul dada karena perbuatanmu, ijinkanlah kami memakai kain perkabungan dan menumpahkan abu di kepala. Karena saat dunia memisahkan kami berdua... Maka tinggalah sepi, sedih, luka, duka dan derita yang menjadi karib sejati bagi kami.

Bolehkah dunia menjadi lebih ramah? Bolehkah aku hidup hanya dengan orang yang bisa membuat aku tergila-gila? Sebab aku hanya mau dia, hanya dia. Bolehkan sinar kami selalu menyala? Dalam badai, dalam gelombang, dalam gemuruh, biarkalah kami menyala. Redup, terang, redup, terang, tapi tidak mati...

Selasa, Juli 07, 2009

Demam Jacko


Mel jadi ikutan demam Jacko. Perasaan waktu Jacko meninggal si Mel nyantai-nyantai aja. Aku malah yang ampe nangis-nangis. Nah pasca meninggalnya Jacko kan muncul tuh berbagai kontroversi, masalah, rahasia-rahasia tersembunyi dan berbagai kejutan dari kehidupan Jacko yang baru kita tahu.

Tiba-tiba si Mel jadi fans fanatik Jacko dadakan. Pokoknya tiap hari ngomonginnya Jacko melulu. Mulai dari soal anak-anaknya, konsernya, isterinya,tempat di mana dia bakal dimakamanin ampe petinya yang terbuat dari emas 14 karat. Kalau ada berita tentang Jacko dia langsung nafsu berat buat nonton, ngalahin nafsunya kalau melihat aku bugil, halah!

Pagi-pagi si Mel merengek,
"Say, Tar ke mall nggak?"
"Nggak!!!"
"Ke Mall dunk!!!"
"Heh? Napa?"
"Say beliin DVD Michael Jackson yha!"
"Yang banyak ya say, pokoknya yang ada video klipnya. Tapi yang Jacko masih muda ya, yang rambutnya masih kriting. Okay? kamu baik deh!!! Cakep deh!!!"
"Aduh nggak bisa cinta, hari ini aku banyak kerjaan."
"Pokoknya aku marah kalau kamu nggak beli DVD-nya!!!"
GLEK!!!

***

Di pagi berikutnya, Mel merengek lagi
"Hon, tar ke mall nggak?"
"Aduh kan udah DVD-nya."
"Say, beliin aku poster Michael Jackson yha! Yang cakep, yang masih muda."
"yang rambutnya masih kriting."
"Betul!!! Hebat kamu? Kok Tahu?"
"Kamu kok jadi demam Jacko gitu seh??"
"Biarin aja napa!!!"
Huh! untung aja aku dan Mel tinggal di indonesia, kalau di Amerika mungkin dia dah minta tiket pemakaman Jacko kali tuh!

***

Di pagi berikutnya saat akan berangkat kerja, si Mel ngeliatin aku aja, tiba-tiba dia ngomong asal nyabalak
"Say, kalau aku perhatiin kamu mirip sama Michael Jackson."
Hah? Wah dah ngaco nih bini!!! Ngaco total. Mesti kudu berangkat sekarang neh.
"Ayo berangkat ke Dokter say!"
"Loh???"
"Kamu kayaknya bukan demam Jacko neh, tapi demam beneran."

Si Mel aku tarik-tarik, mau langsung diserahkan kepada dokter yang berwajib secara kalau cuma minta DVD ma poster seh, okay-lah, tapi kalau bilang aku mirip Jacko, bohong banget!!! Fitnah!!!

Dokter... Tolooooooooooooooooooooooooong!!!

Kamis, Juli 02, 2009

The Red Flag



Di kantorku ada peraturan, yaitu kalau ada karyawan yang mejanya paling berantakan bakal dapet bendera merah. Aku adalah juara bertahan, secara sejak peraturan ini ditegakkan setahun yang lalu, bendera itu cuma berkibar si satu meja, yaitu meja De Ni seorang. Nah bulan lalu bendera itu berkibar di mejanya si Tommy. Mengapa demikian? itu karena Mel. Waktu dia bolos kerja, dia maksa buat main ke kantorku. Sesampai di ruanganku, jiwa inemnya kambuh terus dia langsung ngerapiin semua berkas-berkas yang numpuk di meja yang sumpah berantakaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaan banget, Mel juga nyuciin piring-piring yang kotor dan bersihin debu-debu yang tebel yang bercokol pada lemari arsip cetakan buku di ruanganku. Semua dia lakukan karena cinta ama Om De Ni, tanpa paksaan, tanpa bayaran. Duh bahagia deh kalau bini tiap hari nemenein aku di kantor.

Ternyata beneran, manager ampe muji-muji aku. "Wah Bapak salut Den sama kamu. Ternyata jiwa feminim kamu udah tumbuh. Sekarang meja kamu rapi banget. jadi untuk bulan ini Bapak ambil bendera merahnya ya."

Seneng seh dipuji-puji, apalagi pas liat si Tommy ampe berkali-kali ke ruanganku cuma buat bilang "Kok bisa seh Den? Kok bisa lo rapi? Siaul tuh bendera sekarang nangkring di meja gue. Gimana kalau ada cewek-cewek yang liat, kan malu gue. Bisa-bisa nggak ada yang naksir." Yha elah Tom nyantai aja kale. Semua cewek-cewek di kantor juga udah pada ill feel ma lo bukan karena meja lo berantakan tapi gara-gara lo suka kentut sembarangan.

Tapi... Ternyata kebahagiaan tidak berlangsung lama. Pas si boss telepon minta data ini itu, aku jadi kebelinger nyari file-fileku, nggak tahu deh si Mel taruh di mana.
"Den tolong kirim data penulis jurnal. Saya mau ajukan honor buat mereka."
"Heh? sekarang Pak."
"Iya, discan terus diemail ya!"

Waduh di mana tuh data. Aku dah nyari-nyari ampir setangah jam nggak ketemu-ketemu. nggak lama si boss sms, "Saya sudah buka email kok belum masuk ya?". Aku jadi keblingsatan, terpaksa aku neleponin si Mel, "Say file nama penulis jurnal, kamu simpen di mana?"
"File apa?"
"Itu loh kertas selembar yang aku simpan di atas tumpukan kertas di meja."
"Yang mana???"
"Yang aku corat-coret. Kertasnya dah jelek deh. Ada bekas minyak gara-gara sempet aku jadiin tatakan waktu kita makan gorengan. Di mana say? Kan waktu itu kamu yang beresin."
"Oh... aku buang deh kayaknya, aku kira dah nggak dipake. Lagian kamu jorok amat seh say."
"Aduuuuuuhhhh, mampus dah gue Mel."

Nggak lama si boss telepon lagi, "Dah ketemu Den?"
"Wah kayaknya hilang pak."
"Kok bisa? emang kamu kemanain filenya?"
Waduh nggak mungkin dunk aku bilang dipakai buat bungkus gorengan.
"Ada seh pak kemarin"
"Sekarang???"
"Nggak ada pak. Apa dimakan tikus kali ya?"
"Mana mungkin??? Duh kamu tuh... Ya udah bikin lagi sana."

Hikh hikh hikh lembur deh karena aku harus teleponin penulisnya satu-satu untuk pendataan ulang.

Perasaan waktu ruang kerja berantakan nyari apa-apa gampang, pas udah rapi malah aku nggak tahu itu file pada ngumpet di mana. So... bulan Juni kemarin aku back to habit.

Dan tahu apa hasilnya???

Aku senyum-senyum melihat bendera merah bulan Juli ini berkibar lagi di mejaku. Kali ini aku nggak sedih, malah bangga, malah senang, sesenang si Tommy yang merasa dirinya tambah keren karena bebas dari bendera merah.