Marilah kita bercerita tentang Natal 2000 tahun silam. Hari di mana Yesus lahir. Bukan di sebuah tempat mewah, penuh hiasan meriah, kado-kado besar dan makanan-makanan yang lezat. Pada natal itu Yesus lahir dalam kesederhanaan, hanya dibungkus kain, diletakan di sebuah palungan dalam kandang domba yang dipandangan hina oleh manusia.
Dan marilah kita bercerita tentang Natal tahun ini. Di mana Yesus berulang tahun. Perayaan bukan dilakukan di sebuah kandang dengan tamu-tamu yang duduk di atas palungan tanpa disuguhi makanan. Pada Natal tahun ini, perayaan dilakukan di gedung-gedung mewah, ada pohon natal besar menjulang dengan hiasan bola-bola dan lampu kerlap kerlip. Ada hadiah-hadiah istimewa yang dibagikan. Ada daging rendang, ayam goreng, capcay, ikan bakar, puding, acar, minuman dan buah.
Tidak, tidak aku bukan bermaksud menolak perayaan Natal yang dilakukan secara istimewa. Aku pun menikmati hiasan pohon Natal, aku juga menerima pemberian kado Natal dari para karib dan tentunya aku senang berada di tengah meja panjang berisi makanan-makanan yang tersaji secara prasmanan.
Tapi, aku cuma tidak mau natal lewat begitu saja dari tahun ke tahun. Aku tak mau kita mengenal natal hanya sebatas pada pohon cemara dengan hiasan-hiasannya, kado-kado besar dan makanan. Aku ingin kita mengalami Natal yang berbeda tahun ini.
Oleh karena itu, mari kita menengok 2000 tahun silam. Sadarilah, Natal adalah sebuah pengorbanan dalam kesederhanaan. Pengorbanan Yesus, Tuhan yang rela menjadi manusia, pengorbanan Maria perawan suci yang rela mengandung sebelum masa pernikahannya, pengorbanan Yusuf yang rela menikahi perempuan yang tengah mengandung namun bukan dari benihnya dan pengorbanan para Majus yang rela datang dari Timur untuk memberi persembahan bagi bayi Yesus. Dan semua pengorbanan itu dilakukan dalam kesederhanaan.
Juga mari kita melongok natal tahun ini, Natal adalah hari ulang tahun Yesus. Sadarilah, sepatutnya Yesuslah yang menerima kado ulang tahun dari kita, bukan kita yang menerima kado dari sesama.
Iya, iya aku tahu, kita menerima kado tanpa diharapkan. Kado itu datang karena ada banyak orang yang simpatik pada kita. Aku pun menerimanya dengan senang hati dan tidak membuangnya ke dalam tong sampah. Tapi mari mendekat kepadaku, mari aku bisikan sesuatu, "Ayo, buat natal tahun ini berbeda dengan memberi kado ulang tahun buat Yesus."
Stttt, stop. Jangan keburu nafsu pergi ke Carrefour lalu belanja kaos dan celana untuk di kadokan kepada Yesus. Please deh, Yesus nggak butuh kaos dan celana jeans. Juga jangan kasih komputer atau laptop, Yesus juga nggak perlu itu, mending laptopnya dikasih ke mas Tukul atau ke koko De Ni hehehehehehe. Sini-sini aku kasih tahu. Coba tengok kanan kiri. Aduh... bukan! bukan! bukan cewek seksi yang pake rok mini dan kaos pink ketat yang lagi duduk di pinggir jalan itu loh. Aduh please dong, fokus githu loh. Itu loh yang di sana, nah! anak-anak yatim piatu itu, orang-orang yang kelaparan itu, janda-janda dan orang-orang miskin itu loh. Nah mereka adalah wakilnya Tuhan. Kalau mau kasih kado ulang tahun buat Yesus, kasihlah kepada mereka. Karena ketika kita memberi kado natal kepada mereka, kita sedang memberi kado ulang tahun kepada Yesus. Jadi buruan kasih kado buat Yesus, soalnya merayakan ulang tahun Yesus tanpa memberi kado, kan jadi gimana githu loh! iya nggak seh?
Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
Matius 25:40