Kamis, September 17, 2009

SIBUUUKKKKK!!!!!


Gawat, gawat, gawattttt ini!!!. Gara-gara kebiasaan menunda-nunda pekerjaan akhirnya overload kan? Hikh. Udah hampir seminggu ini aku mati gaya nongkrong di depan komputer. Nggak bisa YM-an, nggak bisa FB-kan, nggak bisa SMS-an, nggak bisa teleponan dan yang paling menyakitkan adalah nggak bisa tidur di meja kantor. Hikh hikh hikhssss

Si boss juga marah-marah mulu lantaran ada beberapa jurnal yang belum aku tulis. Sumpah dah boss dalam sebulan ini saya sudah coba menulisnya, cuma nggak ada ilham, iluminasi atau pencerahan, yang ada di otak saya cuma Mel, Mel, Mel dan Mel. Tapi tenang aja saudaraku setanah air, aku bakal tetep hidup di bumi ini secara kalau waktunya dah mepet biasanya aku suka dapat bisikan-bisikan ilahi yang bikin aku bisa menulis dalam waktu singkat. Ocreeekan? (Ngarep! Padahal teoriku ini belum teruji secara valid dan reliabel. Teori ini hanya sebagai sebuah harapan penulis yang muncul akibat tekanan).

Sampai di mana tadi tuh? Oh iya kesibukkan. Hikhssss. Kalau sibuk gini biasanya aku jadi lebih sensi. Bawaanya mau ke toilet mulu. Loh apa hubungannya sensi sama toilet? Yha jelas ada dong. Secara kalau sensi bawaaanya aku mau nangis mulu. Nah nggak mungkin kan aku nangis depan boss? Apalagi depan si Tommy, huh! bisa-bisa dia manggil ambulance dan bawa aku ke rumah sakit jiwa.

So, apa yang membuat aku pengen nangis? Nggak tahu! Kalau lagi sensi gini, apa aja bisa bikin aku nangis. Mulai dari ngeliat meja kerja yang berantakan, smsku yang nggak dibalas sama Mel, boss yang bersin melulu, OB yang kehabisan sabun saat nyuci piring sampai ngeliat tas monyet yang bikin heboh itu rasanya pengen nangis!!! Hikh hikh hikh hikh. Sampai-sampai mau copot neh mata.

Jadi bagaimana solusinya? Cuma satu, the only one, siji wae, yaitu mesti cari ilham buat nulis jurnal yang kena deadline itu.

Cuma gimana memulainya? Nggak tahu! Terus selama dua hari nongkrong di depan komputer ngapain aja? Em…. Pertama-tama cari ilham dengan membaca beberapa buku referensi, tapi tetep nggak nemu ilham. Akhirnya aku bengong aja, ngedipin mata, mencetin komedo, motongin kuku, guntingin bulu kaki, garuk-garuk kepala, terus baca koran Pos Kota liat-liat kolom iklan. Lama-lama aku jadi ngantuk. Terus? Terus nyender ke kursi lalu tidur bentar. Abis tidur? Abis tidur yha bangun dong, masa abis tidur joget! Iya terus ngapain? Terus cari makan dan langsung cabut kuliah. Loh bukannya kuliahnya malam? Iya dong malam. Jadi tidurnya berapa lama? Ah sebentar kok cuma dua jam. HAH!!! Terus tugas nulis jurnalnya udah selesai? Yha belumlah, jangankan selesai, mulai aja belum. Yeeeeee!!! Jadi kapan mulai nulisnya? Nantilah, deadline-nya kan 30 September toh? Aku mulai nulis tanggal 28 September deh, oke??? DASAR!!!

Rabu, September 09, 2009

NARSIS MODE OFF


Seorang sahabat pernah berkata, "Den kalau ampe lo putus sama Mel, mungkin nggak bakal ada cewek yang mau sama lo kali yha. Hahahhaha."

GUBRAK SIAULLLLL! Huh! Beneran tuh analisa? Sahih? Valid? Ya, ya, ya, mungkin juga benar. Secara kalau aku perhatiin, emang kayaknya aku itu pas-pasan banget deh.

Penampilan fisikku pas-pasan. Nggak kece deh. Ada bagian tubuhku yang aneh gitu, bahkan Mel aja sering memanggil aku dengan sebutan hidung jambu, bibir pentungan, betis tales, mata almond. Pokoknya secara fisik aku nggak keren. Emang seh nggak bisa dibilang jelek. Tapi kalau ada yang bilang aku cakep, aku jadi curiga jangan-jangan tuh orang lagi ngeboong, atau nyindir, atau mau menyebar fitnah.

Secara finansial aku juga pas-pasan banget. Selama ini aku bekerja untuk urusan sosial soalnya. Kerjaannya berat dan banyak tapi penghasilan ringan dan sedikit, malah kadang-kadang nggak menghasilkan apa-apa, bahkan nggak jarang malah harus mengeluarkan uang dari kas pribadi. Imbasnya, kalau kencan sama cewek aku cuma bisa traktir dia makan nasi goreng pinggir jalan yang seporsinya sepuluh ribu rupiah atau makan bakso yang semangkoknya delapan ribu rupiah. Juga kalau aku mau kasih dia hadiah, palingan cuma bisa kasih bunga mawar yang setangkai seharga lima ribu perak.

Aku juga bukan orang terpandang. Jabatanku di kantor juga pas-pasan. Hanya karyawan biasa yang sebenarnya bekerja sebagai editor, namun kini berubah fungsi jadi pembantu umum yang kerjanya serabutan lantaran kantor malas nambah karyawan baru. Jadi urusan disain buku, pemasaran, distribusi, sampai penagihan aku lakukan sendiri. Kadang-kadang malah aku jadi tukang parkir kalau boss datang dan beliau susah parkirin mobilnya.

Kecerdasanku juga pas-pasan aja. Hehehehe, aku nggak pernah expert pada suatu bidang tertentu. Aku tahu banyak hal tapi cuma mampu menguasainya sedikit-sedikit. Misalnya dalam hal bermain musik, aku bisa main keyboard tapi kemampuanku pas-pasan, jadi biasanya aku baru dipercayakan main musik di gereja kalau memang sudah tidak ada pemusik sama sekali. Termasuk dalam hal menciptakan lagu anak-anak, aku memang berhasil menciptakan beberapa lagu, namun aku yakin kalau lagu itu aku jual nggak bakal ada yang mau beli, denger pun kayaknya pada ogah. Hikh. Termasuk juga dalam hal menulis. Ya gini neh, hasil tulisanku pas-pasan. Masih dalam kelas kacangan.

Nah coba pikir siapa yang mau sama De Ni yang pas-pasan dan nggak jelas itu??? Baik tampang, finansial, jabatan maupun kecerdasannya nggak bisa dijadikan kebanggaan.

Kadang aku juga nggak habis pikir kenapa Mel mau sama aku. Padahal yang ngejar-ngejar buat dapetin Mel kan banyaaaaak banget. Ya iyalaaaaahhhh secara Mel itu bukan cuma cantik, tapi juga lemah lembut, pengertian, sabar, baik, pinter, dan yang paling bikin dia seksi dan keren adalah dia itu punya jiwa ibu rumah tangga yang rajin ngurus rumah dan "suami". Kerjaan nyuci, ngepel, nyapu, nyetrika dan semua kerjaan ibu rumah tangga lainnya, dijalankannya dengan sukacita. Bahkan semua kebutuhanku, dia yang nyiapin. Baik banget deh dia itu, sempurna. Sayang banget deh aku sama dia, pokoknya nggak ada yang sebaik dia deh... Loh kok jadi malah ngelantur muji-muji bini sendiri? tapi untunglah dari pada muji bini orang.

Nah coba aku test yha. Eit jangan mikir macem-macem loh yha! Ini cuma test aja kok. Cuma main-main. Cuma untuk membuktikan pendapat sahabatku itu. Serius, sumpah, suer! Ini cuma test loh yha. Oke? Lanjut...

So... melihat kondisiku dalam penuturanku di atas, sekarang aku mau tanya: SIAPA YANG MAU JADI PACARKU??? Hayo tunjuk tangan, jangan malu-malu! Tenang!!! Mel nggak bakal marah kok.

Kamis, September 03, 2009

Gempar Gempa


Siang itu aku ngantuk berat akibat kurang tidur. Selasa malam Mel sakit, jadi aku manja-manjain dia sampai larut malam. Kantor juga sepi banget, semua karyawan pada asik dengan komputernya masing-masing. Kecuali Tommy, temen kantorku yang paling gendut. Sudah beberapa kali lelaki itu bolak-balik ke ruanganku resah. "Aduh Den laper neh gue. Ada apa nggak gitu? biasanya lo bawa makanan."

"Mel lagi sakit, jadi hari ini gue nggak bawa makanan apa-apa. Lagian elo mah, asal dapat kerjaan dikit langsung lapar. Udah kelarin noh tumpukan uangnya. Ntar gue rampok loh!"

Tommy balik ke ruangannya lemas, nggak lama dia teriak, "Den, gue mau pesan Indomie. Lo mau nggak?"

"Gue lagi puasa. Hahahahaha."

"Ajegile lo puasa. Serius neh, kalau mau gue bayarin tapi nggak pake telor yha. Mahal!!!"

"Idiiiih dasar medit. Nggak ah..."

Tommy lanjut menyelesaikan tugasnya menaruh tumpukan uang ke beberapa amplof untuk dibagikan kepada para penulis jurnal. Nggak lama seorang perempuan datang dengan semangkuk mie goreng. Dan seperti biasa, Tommy langsung ngomel, "Kok lama banget seh Mbak? Saya udah laper neh! Kalau saya kurus gimana? Loh Kok nggak pake bawang goreng?"
"Ini bukannya saya udah kasih bawang goreng mas?"
"Iya kok dikit?"
"Dikit bukan berarti nggak ada kan?"
"Iya iya, bisa ditambah nggak bawang gorengnya?"
"Ya udah mangkoknya saya bawa lagi yha."
"Yaaaaaah. Udah deh nggak usah, saya udah laper."

Perempuan itu langsung pergi, kayaknya dia jengkel banget sama ulah si Tommy. Melewati ruanganku, perempuan itu sempet melirik dan bergumam pelan, "Bawel" sambil nunjuk ruangan si Tommy.

Aku nyahut pelan, "Embeeeerrr."

Baru saja perempuan itu berlalu, tiba-tiba ruang kerjaku terguncang. Awalnya aku kira itu ulah Tommy yang kebetulan emang sering loncat kesana kemari. Tapi ternyata guncangannya makin hebat. Si Tommy yang emang orangnya suka rada lebay, langsung teriak ke sekenceng-kencengnya, "TOLOOOOOOOONG!!! GEMPA!!! SEMBUNYI DI KOLONG MEJA!!!" Aku jadi ikutan panik dan pengen ikut sembunyi di kolong meja, tapi karena ruanganku berantakan dan amburadul, kolong mejaku penuh sesak dengan tumpukan dus, jadi hanya kepalaku aja yang bisa masuk ke kolong meja.

Si Tommy yang ngusulin sembunyi di bawah kolong meja malah kabur duluan. Sebelum turun dia sempet-sempetnya teriak, "DEN KALAU CUMA KEPALA LO DOANG YANG MASUK KOLONG MEJA, LO BISA TETEP MATI. DASAR OON. TURUNNNN TURUN SEMUAAAAA." (Hikh dasar congor lo Tom!!! Seluruh kantor jadi tahu deh kalau panik aku suka jadi OON).

Semua kacau deh, kak Santi salah satu teman kantorku jadi ikutan panik, dia langsung teriak "TAS MASUKIN KE DOMPET!!! TAS MASUKIN KE DOMPET." Padahal kan yang benar "Dompet masukin ke tas" Hehehehehe.

Pokoknya orang sekantor pada panik dan ngelakuin hal-hal yang nggak jelas. Mereka berebutan turun tangga. Aku juga ikutan lari, yang aku bawa saat itu hanya HP, secara yang ada di otakku cuma pengen menelepon Mel, keluarga dan temen-temen. Aku pusing dan limbung sampe-sampe nyusruk ke tembok.

Pas mau turun tangga aku baru sadar kalau aku mesti balik untuk mengambil tas secara banyak dokumen penting dalam tas itu. So, dengan tertatih Aku balik lagi ke ruanganku. Sesampainya kembali di ruangan, gempa sudah mulai reda, meski masih ada sedikit getaran. Tapi aku tetep kekeh mau turun karena takut ada gempa susulan. Pas mau turun lagi, niat itu aku batalkan saat melihat Mbak Tina, teman sekantorku yang lagi hamil tua cuma duduk diam sambil nangis. Aku menghampirinya, "Tenang Mbak. Jangan nangis. Ayo kita turun."

"Kaki Mbak lemas Den. Nggak bisa jalan."

"Ya udah ke ruanganku aja, di sini banyak kaca. Ngerri."

Aku menuntun Mbak Tina pelan. Aduh jujur aku pengen banget keluar dari gedung ini, tapi nggak mungkin aku tinggalin Mbak Tina sendirian. Aku tegang, meski akhirnya aku bisa menarik nafas panjang saat mendengar anak-anak disain masih kasak kusuk di ruangannya, berarti kami nggak sendiri. "Gedung ini kuat nahan gempa nggak seh?" Aku teriak kepada anak-anak disain.

"Tenang Den, ada Tuhan Yesus. Imannuel, Tuhan beserta kita."

Aku jadi tambah lega meski perutku terasa mual sekali. Kuambilkan segelas air hangat untuk mbak Tina. Aku langsung menelepon Mel dan memastikan dia baik-baik saja, memberi tahu teman chatku tentang terjadinya gempa ini. Lalu menghubungi Jo untuk memastikan dia juga dalam keadaan baik.

Mbak Tina masih gemetaran saat deringan HP berbunyi dari ruangan Tommy. Kulongok ruangnya. Semua barang-barangnya masih lengkap di mejanya. HP, laptop, tas, meski puluhan lembar uang seratus ribuan bercecer di lantai. Entah uang-uang itu tercecer karena gempa atau karena kepanikan Tommy yang akhirnya membuat dia nabrak sana sini.

"Si Tommy sakin paniknya keluar nggak bawa apa-apa loh mbak. Aku jadi malu sama dia. Aku masih bawa barang tadi."

Mbak Tina tersenyum. Aku melongok ke jendela. Di parkiran kulihat puluhan teman-temanku beserta para boss sudah berkumpul di sana. Tak sulit untuk menemukan Tommy yang tambun di antara kumpulan orang. Astaga... Si Tommy itu malu-maluin deh!!! Untung nggak ada stasiun TV yang meliput kantor kami saat kejadian gempa itu. Kalau ampe ada yang meliput, bisa rusak image kantorku di hadapan seantero Indonesia.

"Mbak Tina, liat deh apa yang diselamatkan si Tommy."

Mbak Tina ikut ngelongok ke jendela. Sepontan kami tertawa terbahak-bahak. Ayo tebak, apa yang Tommy selamatkan? Si Tommy itu hanya menyelamatkan semangkok mie goreng yang barusan dia pesan. Yang lebih geblek lagi, di parkiran dia malah mondar mandir kebingungan sambil terus menyuap mie ke dalam mulutnya sampai mienya habis.

"Tommy emang rada-rada kali yha mbak, orang panik gini dia masih sempet-sempetnya ngabisin mie."

"Otaknya nggak jauh-jauh dari makan. Hahhahaha" kami ketawa lagi

"Sekarang masih lemes Mbak?"

"Nggak. Thanks yha Den. Tuhan emang baik, Dia kirim Tommy untuk bikin kita jadi nggak tegang lagi. Heheheheh. O iya Den, tadi pas turun kamu bawa apa?"

"HP, kenapa Mbak?"

"Hm... Saat panik orang akan membawa hal yang dianggapnya sangat penting. Dan menurut Mbak, yang terpenting dalam hidupmu adalah keluarga dan sahabat, makanya kamu bawa HP untuk hubungi mereka. Betul nggak?"

"Amin."

Aku kembali menatap keluar jendela. Si Tommy masih nenteng mangkok mie kesana kemari sambil mewawancarai beberapa orang. Aku menarik nafas panjang... Semoga semua keluarga, teman dan sahabatku dalam keadaaan baik.

Selasa, September 01, 2009

Ayo Berbagi Pengalaman!!!


Udah jatuh ketimpa tangga, digigit anjing, ditabrak bajaj, kelindas mesin giling lalu diketawain tetangga. Sial banget dah tuh!!! Serangkaian kesialan ini seharusnya cuma ada di sitkom, situasi komedi yang memang berniat memancing tawa penonton atas segala kesialan yang menimpa sang tokoh.

Tapi pernahkah hal ini terjadi dalam kisah nyatamu? Pernahkah kau mengalami kesialan yang berubi-tubi? Ayo ceritakan di sini pengalamanmu itu. Sebab ternyata ini bukan hanya sebuah sekenario sitkom. Dalam kehidupan nyata semua hal ini mungkin bisa terjadi. Bahkan aku dan Mel adalah saksi hidup terhadap fenomena gaib kesialan beruntun ini.

Yang bener neh? serius? sumpah? emang ada yha? masa seh? ntar boong lagi?. Ssssttt, makanya dengar dulu ceritanya. Ini kisah nyata, nggak dibuat-buat...

Pada suatu malam yang pekat, aku dan Mel pulang kerja dengan menggunakan sepeda motor. Kami bernyanyi gembira mulai dari lagu Hill The World-nya Jacko sampai lagu Belah Duren-nya Jupe. Tiba-tiba motor kami doyong ke kiri dan kanan. Hatiku bertanya-tanya, ada apa gerengan? Huh! Ternyata ban motor kami bocor, padahal saat itu aku dan Mel membawa sebuah dus besar yang berat berisi buku-buku cetakan kantor.

Terpaksa aku harus mendorong motor ke pinggir, dan Mel menopang kardus besar nan berat itu. Nah, penderitaan tak cukup sampai disitu, serta merta hujan turun bercampur geledek. Langsung deras dan membasahi tubuh beserta dus besar yang kami bawa. Waduh!!! Aku bergegas lari memanggul dus besar menuju sebuah kios agar buku yang ada dalam dus besar itu tidak basah. Setelah mengamankan buku, aku mendorong motorku ke tepi. Tukang tambal ban! Aduh di mana dia??? Aku bertanya-tanya kesana-kemari.

"Ada tapi jaraknya satu kilo." Kata tukang rokok.

Aku berjalan mendorong motorku, sekuat tenaga. Mel aku tinggal di kios besama dengan sedus buku. Aku membuka bagasi motor berniat mengambil jas hujan, tapi ternyata jas hujanku ketinggalan di rumah, so aku terpaksa hujan-hujanan.

Ban motorku ternyata bukan bocor, tapi robek. Jadi harus ganti ban. Tukang tambal ban-nya aseeeeeem banget, masa dia ngasih harga ganti ban ampe 50 ribu. Huh! Mentang-mentang saat itu hujan deras. Kalau ingat jadi pengen pentung kepalanya deh!

Setelah selesai berurusan dengan tukang tambal ban, aku menjemput Mel. Hujan deras telah redah namun bajuku basah kuyup hingga membuat aku mengigil. Aku hendak menaikkan sedus besar buku ke motorku, tapi emang dasar sial, akibat kedinginan aku jadi limbung. Tanpa sengaja dus besar itu jatuh dari tanganku dan tenggelam di genangan air yang akhirnya membasahi seluruh buku yang aku bawa. Hikh hikh hikh, ampun deh berarti aku harus ganti 400 ribu. Huaaaaaaa mami!!!!!

"Sabar, tabah, tawakal adalah kunci ketenangan" kekasihku mengingatkan. So, akhirnya aku lanjutkan perjalanan pulang. Namuuuun, sesampainya di rumah ternyata rumah kami gelap gulita akibat mati lampu. Hikh hikh hikh. Yang membuat aku tambah sedih adalah kamar kami kebajiran akibat genangan air yang tak tahu mau disalurkan ke mana. Hikh hikh hikh. Jadi malam itu aku mengigil kedinginan, kegelapan dan kelelahan.

Pernahkah? pernahkah oh pernahkah hidupmu seperti ini???

Dulu juga pernah, saat aku dan Mel sangat sangat sangat membutuhkan uang untuk membetulkan rante motor yang putus. Saat itu kami sama sekali nggak punya uang, jadi kami perlu mencari ATM. Setelah meninggalkan motor di bengkel aku dan Mel jalan kaki mencari ATM secara kami nggak punya uang buat ongkos ke ATM, nyari taksi nggak ada, ojek pun tak nongol-nongol.

Dengan sabar kami berjalan bergandengan tangan, sampai kurang lebih 1 kilo meter kami baru menemukan Alfamart dan memutuskan untuk ambil tunai BCA. Tapi syaratnya kami harus belanja minimal 20 ribu terlebih dahulu. So segala macam makanan yang nggak jelas jadi terpaksa dipilih, yang penting bisa tarik tunai. Setelah semua barang discan dan siap untuk dibayar, ternyata eh ternyata kartu ATM-ku ketinggalan di kantor. Hikh Hikh Hikh.

Bagaimana ini? SOS!!! SOS!!! Oh Iya, telepon saudara? suruh datang bawain uang! Siiiip, tapi pas aku mau telepon, tiba-tiba operatornya dengan enteng bilang, "Sisa pulsa anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini." Hikh. Bagaimana dengan HP Mel? Sumpaaaaaaaah, HP-nya lowbat dan mati total jendral. Hikh Hikh Hikh

Maluuuuuuu.... malu sama siapa? yha sama Mbak kasir Alfa-nyalah, secara aku dan Mel mau nggak mau harus mengembalikan semua barang-barang belanjaan ke raknya semula. Malu sama tukang bengkelnya juga, secara saat itu aku jadi terpaksa ninggalin KTP dan baru menyelesaikan pembayaran besoknya. Maluuuuu...

Hikh hikh hikh...

Pernahkan, pernahkah or pernahkah, kesialan datang kepadamu bertubi-tubi seolah-olah kamu adalah bulan-bulannya mereka? Kalau kamu pernah, yuk berbagi cerita di sini. Siapa tahu justru kesialanmu dulu membawa tawa bagi kita semua hari ini. So, apa pengalamanmu???

Sebab Tuhan mampu mengubah berbagai penderitaan yang berhasil dilewati umat-Nya menjadi sebuah senyum dan tawa ketika sang umat mengingatnya kelak.