
"Apa pak? Ini serius yha? coba sekali lagi pak, tapi lebih keras yha biar kuping bolot saya ini bisa denger dengan jelas."
Jidad si Boss berkerut. Aku yakin sebenernya dia malas banget mengulang omongannya. Tapi demi mencapai tujuan, maka si Boss terpaksa mengulangi omongannya dengan suara yang lebih keras meski dengan nada bicara yang malas-malasan "Deniii, sayaaaa mau pinjam motor kamu. Boleh tidak???"
"Iya bolehlah pak. Tapi Bapak serius mau naik motor? Motor saya belum dicuci loh Pak. Gimana kalau saya panggilin taksi aja?"
"Aduh Den, nggak bisa ini udah telat, rapat di gedung YYYY, sudah harus dimulai 10 menit lagi. Kalau pakai mobil pasti terjebak macet malah bisa memakan waktu 45 menit"
"Loh kenapa nggak berangkat dari tadi Pak?"
"Nah itu.. Si Yono dari tadi saya cari nggak ada, teleponnya nggak diangkat. Bahkan sekarang teleponnya mati. Kan kunci mobil sama dia Den. Jadi saya pinjam motor kamu aja yha???"
"Hm... Emang bapak bisa naik motor yha???"
"Wah, jangan meragukan dong. Waktu SMA kan saya selalu naik motor ke sekolah."
Aku menarik nafas, enggak percaya sama si boss yang biasa naik BMW sekarang malah pengen naik motor, motornya boleh minjam pula. Okelah demi terwujudnya kemajuan perusahaan, maka dengan sangat terpaksa kuijinkan boss meminjam motorku (lagaknyaaaaaaaaaaa). Hehehhehe
Nah berhubung boss tidak pernah mampir ke parkiran motor, maka aku mengantar Boss ke parkiran sembari menunjukkan motorku yang saat itu 90% berlumpur. Si Boss sempet geleng-geleng kepala liat motorku yang kotornya naujubileh.
"Gak dicuci yha Den?"
"Maklum, musim hujan Pak."
Aku mengambil helm fullface yang masih nangkring di spion dan dengan malu-malu memberikannya kepada Si Boss. Melihat helmku yang udah dekil, Si Boss jadi ogah banget memakai helm itu. Berkali-kali dia nanya:
"Ada helm lain nggak Den?"
"Kagak"
"Emang mesti pake helm yha?"
"Ya terserah Bapak, tapi ingat kalau tertangkap polisi Bapak nggak punya SIM C loh!"
Si Boss masih terpaku, membolak-balik helm dan celingukan ke kanan dan kiri, berharap ada helm ngangur, tentunya yang lebih bersih dan boleh dipinjam. Sayangnya pencariannya tak membuahkan hasil. So, dengan sangat terpaksa dan sambil menahan nafas si Boss masukan kepalanya ke dalam helm. BLEP!
Nah sehubungan dengan jalan jakarta yang penuh dengan debu dan polusi, jadi aku sengaja minjemin jaketnya Pak Rano buat si Boss. Maksudnya supaya baju kerennya si Boss nggak kotor sama debu. Jadi lengkaplah si Boss yang biasa duduk manis di dalam BMW-nya karena ada Pak Yono yang nyupirin, kini malah nyetir motor yang dekil dengan menggukan helm yang bau dan jaket yang kumel.
Dari sinilah kesialan si Boss dimulai. Saat boss ingin mengeluarkan motorku dari tempat parkiran tiba-tiba dia melihat sebuah kunci motor yang masih nyangkut di motornya. Dengan maksud ingin berbuat baik dan menyelamatkan motor tersebut dari pencurian. Si Boss mengambil kuncinya.
"Dasar ceroboh"
"Biar saya yang kasih security Pak." Aku menawarkan diri
"Udah biar saya saja." Si boss ngotot
"Ya sudah."
Si Boss melaju menuju pos satpam dan menyerahkan kunci motor itu. Tapi emang dasar si Boss, dia sendiri lupa jenis motor dan nomer polisi motor tersebut. Saat satpam tanya, "Ini motor yang mana pak?" si Boss malah celingukan.
Aku yang paham situasi segera menghampiri, "Itu loh pak, motor warna biru, mereknya XXXX, nomer polisinya BYYYYZZ"
Mendengar itu serentak seorang pemuda yang kebetulan lagi duduk di pos satpam langsung berdiri, "Oh, motor XXXX yha??? itu motor saya. Aduuuhhhh kok saya bisa lupa yha nyabut kuncinya????"
Si boss langsung senyum dan menyerahkan kunci motor tersebut kepada si Pemuda. Nah yang bikin aku kaget setengah mati adalah tiba-tiba si pemuda menyalami boss dengan selembar uang yang dilipat-lipat di tangannya.
"Ini pak buat uang rokok." Sumpah aku mau ngakak ngiliat tampang si boss yang langsung aseeeem.
"Saya nggak ngerokok Pak. Terima kasih." Si boss berusaha menolak dengan halus.
Tapi emang dasar si pemuda batu, untuk keduakalinya dia mendorong uang itu ke tangan boss sambil bilang, "kalau gitu buat jajan Pak."
Tampang si boss yang asem berubah jadi pahit. Akhirnya si boss terpaksa nerima uang itu. wajahku dan wajah security kantor sama-sama merah nggak sanggup menahan tawa.
Si boss langsung menepi dan memanggilku. Dia memberikan uang yang diterimanya dari pemuda batu itu ke tanganku sambil berbisik, "Emang penampilan saya kayak OB yha???"
Aduh sumpah deh perutku mules banget nahan ketawa. Aku cuma angkat jempol dan bilang, "Nggak dong. Bapak Guanteng kok!!!"
Dibilang ganteng si boss langsung nyegir dan langsung ngacir. Beberapa menit setelah nbos ngacir aku berjalan balik ke kantor, aku langsung ketawa terbahak-bahak setelah membuka uang yang diberikan pemuda itu kepada Boss. Ya aaaaaaaammmmmpuuuuuuuun, tebak deh si boss dapat uang berapa? GOCENG alias lima ribu alias limongewu. Kasihan deh lo boss!!! (Sampai sekarang uang itu masih aku simpan untuk kujadikan jimat berkhasiat membangkitkan tawa).
Saat aku belum habis dengan tawa, tiba-tiba aku ngeliat Mas Yono keluar dari ruang bujang (ruang buat istirahat driver dan satpam saat dapat tugas malam). Muka Mas Yono lecek banget, matanya sepet, dan mulutnya nguap berkali-kali. Yaelah pantes aja si cumi laut susah banget dihubungi, secara dia abis molor di Ruang Bujang.
Tanpa rasa berdosa Mas Yono malah nyamperin aku dan dengan enteng melontarkan pertanyaan, "Bapak kemana Den???"
"Ngojek." jawabku ngasal...
Mas Yono langsung cengo lebingungan, lalu celingak celinguk nyariin Boss. Bodo ah...
Dasar Yono, si cumi laut, asal nempel bantal langsung molor. Aduh Mas, siap-siap deh, soalnya bentar lagi Boss bakal minta pertanggung jawaban Mas soal pelecehan yang diterimanya melalui uang lima ribu perak. Kalau udah gini, aku nggak berani ikut-ikutan deh!!!