Senin, November 10, 2008

Hidung Hoki


Aku berhasil memenangkan undian 100 juta rupiah. Sumpah, saat aku makan salah satu merk wafer, aku menemukan stiker hologram di dalam bungkusnya. Ternyata di bungkus itu tertera tulisan "Selamat Anda memenangkan 100 juta rupiah." Aku melonjak. Kuhubungi nomer telp customer service produk tersebut untuk meminta kepastian. "Iya benar, berarti Anda menerima 100 juta rupiah, mohon datang hari jumat pagi untuk mengurus administrasinya. Jangan lupa membawa kartu identitas"

Hatiku berbunga-bunga. Aku mulai menari hula-hula sampai jaipong, roll ke depan dan guling ke belakang, salto dari ruang tamu sampai dapur, meloncat riang dari sofa ke tempat tidur, menyikat WC, mencuci piring, mengepel dan betulin genteng. Aku sungguh bahagia. Aku mulai memikirkan untuk apa uang ini akan kubelanjakan, usaha apa yang akan kubuat. Ah, hari-hari menjadi begitu indah. Kopi menjadi begitu nikmat.

Dan tiba hari penyerahan uang. Aku datang pagi-pagi benar, menggunakan kemeja lengan panjang dan blazer. Intinya aku berdandan serapi mungkin, "Kali-kali aja difoto" pikirku. Dengan gemetar aku menandatangai surat tanda terima. Pajak undian dibayarkan oleh penyelenggara undian. Jadi murni aku menerima 100 juta rupiah.

"Oke, sekarang administrasinya sudah lengkap. Dan kami akan memberikan uang tersebut tunai."

Seorang perempuan muda mengambil sekantong coklat yang kutaksir isinya uang. Jantungku mulai dagdigdug seperti kompornya tukang nasi uduk yang meleduk di Ciledug. Beberapa kamera menyorotiku. Seorang pria setengah baya yang adalah direktur utama perusahaan wafer memberikan kantung coklat ke tanganku. Ruangan menjadi begitu meriah, lampu kamera menyala bersautan. Senyum menyembang. Aku merasa menjadi manusia paling hoki sedunia. Mereka menyuruhku memberi kata sambutan yang tentunya direkam oleh kamera. Dan akan disiarkan dalam iklan-iklan di TV, aku akan ngetop.

"Saya bersukur untuk berkat yang saya peroleh hari ini... "
Pidatoku terhenti ketika suara Mel begitu jelas membisik di telinga.
"Say, say, say... say..."

Tiba-tiba, kantung coklat itu hilang dari tanganku, pria setengah baya, perempuan muda, kamera-kamera, keramaian dan gedung putih itu seketika lenyap berganti dengan kegelapan, plafon putih, tempat tidur, kipas angin dan Mel yang barbaring disampingku sambil mengoyak tubuhku keras.

"Say, Say bangun... Say bangun say..."
Aku membuka mataku dengan malas.
"Ah Mel uang kita, uang kita hilang 100 juta"
"Hah?"
"Uh... ternyata cuma mimpi. Aku ngimpi dapat undian 100 juta. Pas nerima uang malah dibangunan. Uh... kamu... Ada apa ngebangunin?"
"Nggak, aku cuma mau bilang hidung kamu tuh hidung jambu."
"Udah gitu doang? Huh! Iya.. iya... selain hidung gede, sekarang bertambah jadi hidung jambu yha?"

Aku membalikan badan kesal, mel memelukku dari belakang
"Say, kata temanku, hidung jambu itu hidung hoki."
"Hah? hoki? Cuma mau ngomong itu?"
"Iya kamu hoki, makanya dapetin aku."
"Hehehehehehe... Iya seh..."

Yha aku memang hoki mendapatkan Mel. Bukan cuma cantik, tapi Mel juga anak baik-baik. Dia juga ibu rumah tangga yang bertanggung jawab. Dia begitu patuh dan hormat padaku. Iya, aku memang hoki. Benar-benar hoki, mengingat ada begitu banyak cowok keren dan mapan yang mengantri untuk mendapatkannya.

"Kalau aku mau dituker sama uang 100 juta kamu mau nggak?" Mel melanjutkan
"Hah? kamu tahu dari mana mimpiku?"
"Kan tadi kamu yang bilang."
"Walaaaah tekor aku, jempol kamu aja 1 milyard."
"Hehehehhe"

Aku berbalik, wajah kami saling berhadapan, kubelai rambutnya lembut. Dengan penuh cinta kuucapkan: "Sayang aku memang hoki banget dapetin kamu."
"Duh say, kamu kok bau banget yha." Mel menutup hidung.
"Uh, enak aja loe. Itu karena mulut loe yang deket sama hidung loe sendiri."
"O, jadi maksud loe mulut gue yang bau?"
Mel berguling menindihku sambil mengepalkan tinju. Persis gaya Mark Walhberg waktu menghabisi lawannya.
"Biar gue tinju neh hidung jambu loe."
"Toloooooooooooooooooooooooong, sumpah punya bini preman kayak loe, gue kagak hokiiiiiiiiii"

2 komentar:

  1. Waaaaaaah, gue pikir elo beneran dapet 100 juta, Den. Kan lumayan buat beli rokok satu truk hahahahaa

    BalasHapus
  2. @ Jo, Uh gue kasih loe rokok 1 bungkus aja Mei dah Protes. Apa lagi 1 truk. Bisa digorok samurainya orang Jepang gue. Hahahahahah

    BalasHapus