Senin, November 03, 2008

Pengabdian

Oleh: Melisa


Malam ini De Ni cepat sekali tertidur setelah ia mencium keningku dan mengucapkan met bobo. Tapi entah mengapa aku belum bisa tidur. Sambil menatapi langit-langit kamar, aku mulai berpikir dan mengingat-ngingat apa saja yang telah aku lakukan hari ini untuk teman-temanku, keluargaku, dan tentu saja kekasihku.


Pagi-pagi benar ketika aku bangun, seperti biasa aku berdoa untuk orang-orang yang aku sayangi. Lalu aku pun mulai sibuk dengan pekerjaan rumah yang harus aku selesaikan. Aku harus mencuci pakaian, mandi, menyiapkan sarapan dan memasak air hangat untuk De Ni mandi. Kami pun dengan cepat melahap sarapan lalu berangkat ke kantor. Dan kami baru bertemu kembali sore hari saat De Ni menjemputku. Sampai di rumah kami beristirahat sebentar, lalu aku kembali menyiapkan makan malam, mandi dan menyetrika baju. Tapi De Ni tetap saja hanya sibuk dengan laptopnya. Setelah tugas ibu rumah tangga selesai, aku bergegas mengerjakan tugas kuliah. Dan setelah semuanya selesai, baru aku bisa tidur. Setiap hari aku menjalani kehidupan yang sama. Sungguh sangat melelahkan, bekerja, kuliah, mengurus rumah dan partner yang manjanya bukan main. Tapi, entah mengapa, aku tidak pernah menggerutu. Rasa lelahku serasa hilang ketika aku menyadari bahwa seseorang yang aku layani adalah orang yang sangat aku cintai. Entah mengapa aku selalu senang melakukan semuanya ini untuk kekasihku.

Seringkali De Ni berjanji menemaniku belajar, tapi dia selalu terlelah oleh pekerjaan kantornya, mengantuk dan langsung tidur. Aku pun tidak tega melihatnya lelah. Aku tidak tega membangunkannya.

Akhir-akhir ini De Ni menjadi manusia sibuk. Mulai dari tugasnya ke luar kota beberapa minggu lalu sampai sekarang. Aku sering mengiriminya sms, dan dia selalu bilang sibuk.

“Pagi sayang, udh jm 7 neh, udah mulai sibuk yah?”
“Iya, sbk.”

“Say, km udh srapan blm?”
“Tar aja.”

“Say, jaga kesehatan yah, met kerja…”
“Iya.”

“Say, dah jm 12 neh, mam yuk…”
“Ntar”

“Say, km lg pa? mang km ngapain ja?”
“Urus registrasi”

“Emm jam 2 neh, km dah mkn blm? Kalo blm mkn dulu ja, minta gantiin sm tman km dlu..”
“Sbk”

Begitulah sms-sms kami sewaktu De Ni di luar kota, dia hanya membalas 3 – 5 huruf,
“tar ja”, “blm”, “sbk”

Aku sempat BT karena hal ini berlangsung sampai 2 minggu. Tiga hari di luar kota dan selebihnya di Jakarta. Tapi aku coba memahami dan menempatkan diri di posisinya. Kalau dia sibuk, aku coba membayangkan betapa banyaknya pekerjaannya. Kalau dia lelah, aku coba mengerti dan membiarkan dia berisirahat.

Aku tidak pernah merasa bahwa harus ada timbal balik di antara kami. Aku tidak pernah berpikir kalau aku melayaninya, maka dia pun harus melayaniku. Tidak!! Aku akan tetap memberikan yang terbaik baginya. Sekali lagi aku katakan aku senang melayaninya. Walaupun dia selalu sibuk, aku yang akan selalu memberikan waktuku untuknya. Aku mengerti mengapa kita harus hidup dengan orang yang kita cinta, yaitu agar kita tidak akan pernah meresa lelah. Sungguh melelahkan melayani seseorang, tapi melayani orang yang dicintai tidak akan pernah memberi kelelahan. Aku tidak pernah lelah karena aku melayaninya dengan cinta. Cinta yang membuatku merasa nyaman didekatnya. Cinta yang membuatku rela melakukan apapun untuknya. Cinta yang akan membuatku tidak akan pernah merasa bosan mengabdi padanya. Cinta yang memberiku kekuatan dan semangat. Cinta yang membuat aku merasa bahagia melayaninya, dan cinta yang membuat aku menuliskan ini: "Kamu sungguh berharga Honey."

1 komentar: