Senin, Oktober 27, 2008

Masa Seh Tuhan Jahat?

Aku tertegun, air mata berlomba turun di pipi. Mel, yang datang tergesa-gesa, segera duduk disampingku dan berusaha membuatku lebih tenang. Ia menggenggam tanganku erat. Sambil membasuh air mataku dengan sapu tangannya. Aku terdiam. Masih kurasakan sisa-sisa kelelahan perjuanganku membayar cicilan motor yang aku pakai untuk berbagai kegiatan gereja dan kegiatan sosial kepada kaum marginal. Ternyata motor yang begitu susahnya aku dapatkan, hilang seketika dengan begitu mudahnya.

Seorang teman kantor berkata: "Yha sebuah motor apalah artinya, nanti juga kamu bisa beli lagi."

Aku menanatap wajahnya nanar. Ah, seandainya kau tahu. Bagiku 15 juta bukanlah uang sedikit. Dengan sekuat tenaga aku mencicilnya dari hasil keringatku. Tak jarang aku harus lembur dan tidak tidur bermalam-malam untuk mencukupi kebutuhan hidupku, mencukupi kebutuhan hidup keluargaku, untuk menyekolah dan menguliahkan beberapa anak, untuk menyumbang sekian rupiah bagi yayasan kaum marginal. Sungguh bagiku motor itu adalah harta. Selebihnya, hanya ada beberapa ratus ribu rupiah dalam tabungan.

Aku menangis, Mel pun menangis, merasakan betapa berharganya harta yang menurut sekian banyak orang tak terlalu bernilai.

Aku menangis, Mel pun menangis, mengingat betapa banyak kenangan yang kami ukir di atas motor itu. Mulai dari masa PDKT sampai kami menjadi sepasang kekasih.

Aku menangis, Mel pun menangis, mengingat betapa penting motor itu untuk kami. Jarak kantor ke rumah sekitar 50 Km, berarti dalam satu hari motor itu kupakai untuk menempuh jarak minimal 100 Km.

Aku mengangis, Mel pun menangis, mengingat bahwa sebulan yang lalu aku baru saja bersorak gembira atas kelunasan motorku. Aku bercerita kepada sahabat-sahabatku bahwa cicilan motor akan berakhir. Selebihnya aku memliki 1,3 juta perbulan untuk kukelola. Dan masih teringang saat aku menyampaikan sebuah pesan kepada Mel, sebuah pesan yang aku terima dari Lakhsmi, "Say ada pesan dari ci Lakhsmi, setelah motor ini lunas, uang kita harus dipenjarakan, harus ditabung."

Aku menangis, Mel pun menangis, mengingat bahwa kami hampir tidak pernah meminta apa-apa kepada Tuhan. Di saat hampir semua pelayan gereja mendapat inventaris motor, aku menolak menerimanya, kuingat uang kas gereja yang tak seberapa. Jadi aku hanya meminta kekuatan dan kesehatan dari Tuhan agar aku dapat membeli sebuah motor dari hasil jerih lelahku sediri, dari gajiku yang tak seberapa. Hanya itu yang aku minta dari Tuhan.

Jahatkah Tuhan kepadaku? Apakah Dia tidak sayang padaku? mengapa Dia ijinkan semua ini terjadi? Sungguh aku tidak tahu. Tapi, demi air mata yang menetes di pipiku dan Mel. Dalam kesadaran, dalam kelemahan, dalam kekecewaan dan tanpa sebuah alasan, aku berucap kepada kekasihku:
"Say, Tuhan gak pernah jahat."
"Hah?"
"Tuhan gak pernah bisa berbuat jahat, Dia gak punya sifat jahat. Jadi apa yang kita alami ini adalah demi kebaikan kita. Suatu saat kita akan mengerti. Suatu saat kita akan tersenyum untuk semua kejadian ini. Percaya itu."
"Amen." Mel memelukku erat.

5 komentar:

  1. Yah, Tuhan ga pernah jahat :)

    BalasHapus
  2. Amin. Tuhan pasti punya rencana yang indah buat kamu, Den. Percaya ya. Semua akan indah pada waktunya. Tuhan ga akan memberi kamu cobaan kalau Dia pikir kamu ga sanggup untuk menjalaninya. Aku selalu percaya di balik musibah ada hikmat yang tersembunyi. Yang tabah ya, Den. Aku selalu berdoa untuk kamu.

    BalasHapus
  3. Bener kata Mel, Tuhan Maha Tahu apa yang terbaik buat umatnya. Kalo kita dikasih musibah, itu bukan karena kita di benci tapi justru itu merupakan tanda kasih Tuhan buat kita.

    Seandainya motor lo gak ilang, gak menutup kemungkinan kan kalo hari ini ada kejadian di jalan yang berhubungan dengan nyawa kalian bedua?

    Kalo kita coba cari tahu, pasti ada 1001 macam kemungkinan lagi mengapa cobaan ini diberikan kepada orang seperti kalian yang justru sehari2nya selalu dekat denganNya. Mudah2an hikmah dari hilangnya hasil keringat kamu itu secepatnya bisa kamu rasakan ya, den... Tetap semangat!

    BalasHapus
  4. Aku tidak tahu harus berkata apa. Tak bisa kubayangkan betapa sedihnya perasaanmu, mengingat hasil jerih payah dan susahmu hilang begitu saja.

    Di sisi lain, aku bersukacita, karena mata Tuhan sedang tertuju padamu, Tuhan sedang menjalankan rencanaNya untukmu. Ia sedang menguji kualitas hati seorang De Ni.

    Apakah De Ni tetap mengasihi Tuhan, walau Tuhan ijinkan motor De Ni hilang.

    Apakah kasih De Ni kepada Tuhan itu bersyarat.

    Apakah De Ni mau tetap melayaniKu?

    Jika De Ni berbalik membenciNya, Tuhan tau, "Oh, ternyata De Ni hanya segitu."

    Tapi kenyataannya tidak kan? Kualitas hati De Ni telah diuji. Dan saya yakin, De Ni akan mendapat upah dariNya atas kesetiaan De Ni kepadaNya.

    Kasih Tuhan senantiasa melimpahimu. Something big will happen to you. Keep your faith!!

    BalasHapus
  5. @ Mata Hati, itu hikmat yang aku dapat dari kejadian ini
    @ JO, amen, karena Tuhan adalah Bapa kita, maka yang terbaiklah yang akan Dia berikan kepada anak2nya
    @ Jupie. Wah wah wah ini Jupie bukan yha? Ayo ngaku loe siapa? jupie gak mungkin sewaras ini (*Plak, ditampar jupie) Ampuuuuuuuuuuuuuuuuuuunnnnnnnnn
    @ Audrey, Itulah yang aku syukuri. Dalam Kelemahan aku semakin mengenal dan mengasihi Tuhan.

    BalasHapus