Selasa, Oktober 07, 2008

Tangis Dan Tawa di Pemakaman


Mel terbelalak ketika membaca tulisan di selembar karton putih yang ditempel pada dinding sebuah rumah sederhana, yang kami lewati ketika berangkat kerja.


Telah meninggal dunia pada tanggal 05 Oktober 2008
Nama: Alvin Kartasiwirya
Umur: 18 tahun

Pasalnya Alvin adalah teman baik Mel ketika mereka masih duduk di bangku SD. Aku dan Mel segera mencari tahu. Ternyata kematian Alvin disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Alvin yang mengendarai sepeda motor tabrakkan dengan sebuah angkot. Dan kecelakaan maut itu membelah kepala Alvin yang tanpa helm.

Suasana pemakaman begitu haru. Aku menangis, dan ini membuat Mel heran setengah mati. Secara aku tidak kenal Alvin, bahkan berjumpa pun tidak pernah. Aku hanya mengenalnya melalui cerita Mel dan lewat sebuah foto hitam putih besar di depan petinya.

"Kamu ngapain seh nagis say? Aku aja yang temannya nggak nangis"
"Hiks hiks hiks" Tangisku semakin menjadi
"Udahlah say, dia dah bahagia kok di surga. Kamu sabar yha!" Mel merangkul sambil mengelus punggungku.

Gubraaaaaak!!!! Saat suasana hening karena doa yang sedang dinaikan, aku dan Mel malah cekikikan

"Apaan seh loe, mangnya dia pacar gue apa?"
"Abis loe nangisnya kayak bini muda yang ditinggal lakinya."
"He..he.. Yha biar seru aja suasananya, biar lebih haru. He..he.." Mel memeriksa suhu tubuhku dengan menaruh tepak tangannya di keningku.
"Oh... pantas!"

Aku dan Mel makin cekikikan, sampai tiba-tiba salah seorang pelayat ngomel: "Lebih haru apanya? Malah jadi kacau. Stttttttt jangan berisik!"

Cekikikan di mulutku berganti menjadi cemberut dan senyum tipis. Aku dan Mel hening hingga pemakaman usai.

"Mel, kamu tahu nggak kenapa tadi aku nangis?"
"Karena penyakit saraf kamu lagi kumat kan?"
"Uh, dasar... bukan! aku tuh lagi ngebayangin kalau aku yang ada di peti itu"
"Hah?"
"Tiap hari kita naik motor, menempuh jarak sampai 100 Km, kita juga pernah kecelakaan, pernah juga nyaris mati ketabrak busway. Yha aku bayangin aja kalau aku mati. Dan kamu yang berdiri di antara salah satu pelayat itu sambil nangis-nangis. Pasti aku sedih banget. Indahnya surga juga mungkin gak bisa hibur hatiku yang meringis karena berpisah dengan kamu. Saat aku mati, apa kamu sudah siap melepasku? Apa aku juga udah siap meninggalkanmu? Apa aku sudah siap menghadap takhta pengadilan Tuhan? Apa aku sudah siap untuk mempersembahkan karya yang aku rintis selama aku hidup di muka bumi ini kepada Tuhan? Aku takut belum siap menghadapi semua"

"Hikh... hikh... hikh. Udah jangan diomongin lagi chayang, aku jadi nanis neh. Aku kan nggak mau jadi janda muda. Hikh... hikh... hikh" Kali ini gantian Mel yang nangis sambil mendoerkan bibir dan memeras-meras sapu tangan. Dan pula gantian aku memeriksa suhu tubuhnya lewat telapang tangan yang menyentuh keningnya.
"O.... pantes."
"Apa?" Mel mencubit pipiku.
"Waduuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuh"

4 komentar:

  1. aduh,,,,setiap yang bernyawa pasti mati Den...
    kamu bawa motor harus hati hati yaaaaa.... pake helm, ndak usah cepat cepat!
    (Nasihat dari wong tua)

    BalasHapus
  2. @ Arie, Iya oma... He..he..he..

    BalasHapus
  3. jadi melisa sekarang baru berumur 18 taon????

    ups, sori hehehe. aku mencoba mengubek ttg melisa :p

    btw, salam kenal ;)

    BalasHapus
  4. @Mata Hati, he..he.. masih muda banget yha?? Tapi dia dewasa kok. Suerrrrrrr!!!

    BalasHapus