Kamis, Desember 10, 2009

Tentang Ana


Ana namanya, sepupuku yang telah tinggal bersama keluarga kami sejak aku berusia 2 tahun. Perempuan itu sangat baik, penurut dan penyayang, meskipun agak kurang dalam intelektual. Bundaku pernah menyekolahkannya, namun dia menyerah di kelas 6 SD. Walau bisa membaca dan menulis dengan baik, tapi untuk berpikir abstrak, mengambil keputusan logis, sintesis dan analisis layaknya orang seusianya, ia tidak mampu.

Masa kecilku kuhabiskan bersamanya. Meski usianya terpaut 9 tahun dariku, tapi aku membalap tahap perekembangannya. Dulu, kami sering main lompat tali, petak-umpet, galaksin, masak-masakan, membentuk alat-alat rumah tangga dari tanah liat, meniup terompet pada malam tahun baru, memancing ikan di comberan, memanjat pohon cerry, dan bersepedah keliling komplek. Kami tumbuh bersama dalam asuhan dan kasih sayang bundaku.

Saat aku dan abang beranjak dewasa. Aku dan abang mulai sibuk dengan sekolah, berbagai les, kegiatan rohani dan organisasi, berlanjut dengan kuliah yang membuat aku hanya bisa kembali kerumah tiap akhir pekan, dan kemudian terjun ke dunia kerja yang tak kalah menyita waktu. Ana merasa kesepian pada masa-masa itu. Dan pada masa yang panjang itulah, bundaku menjadi satu-satunya teman dalam hidupnya. Ia menjadi begitu karib dengan bunda. Bersama bunda dia menghabiskan waktunya untuk belanja ke pasar, memasak, nonton TV, berdoa, bergereja, bahkan pergi ke taman rekreasi. Ke mana pun bunda pergi, dia selalu ada di sana dan apa pun yang bunda lakukan, ia akan lakukan juga.

Saat bunda divonis kanker payudara stadium 3b. Simpati orang semua tertuju kepada ayah, kakak, abang dan aku. Hanya kami berempat yang mendapat jabat hangat, pelukan, nasehat, dan kekutan dari orang-orang di sekeliling kami. Saat itu kami alpa pada seseorang, seseorang yang sebenarnya adalah orang yang paling terluka, orang yang paling takut kehilangan bunda, orang yang menjadikan bunda sebagai orang terpenting dalam hidupnya, dia adalah Ana...

Menjelang hari kematiannya, bunda tak berhenti memanggil nama Ana sebagai tanda betapa berat ia meninggalkan Ana. Mungkin dalam hatinya, bundaku selalu bertanya, apa jadinya Ana tanpanya? Siapa yang akan memperhatikannya? Siapa yang akan menerima segala kekurangannya?

Ah... kami benar-benar alpa. Saat bunda meninggal, kami menangis sejadi-jadinya, menganggap diri kami adalah manusia yang paling menderita. Semua orang menghampiri kami sekedar memberi kekuatan, tapi tak ada satu pun orang yang menghampiri Ana, perempuan yang memilih menangis sendiri di sudut dapur.

Satu bulan setelah kematian bunda, Ana pamit dan memilih tinggal bersama kakaknya. Sungguh berat aku untuk melepasnya, dia sudah begitu melekat di hatiku, 21 tahun hidup bersama bukanlah suatu masa yang singkat untuk mengikat kasih yang erat. Tapi ada banyak alasan yang memaksa aku melepasnya. Salah satunya adalah karena kesibukan kami bekerja. Sepanjang hari Ana hanya sendirian di rumah, ia kesepian. Berbeda dengan rumah kakaknya yang begitu ramai dan banyak anak kecil.

Kulepas kakak perempuanku itu dengan pecah tangis. Tiap waktu aku menjenguknya, jarang sekali aku bisa berjumpa dengannya. Entah karena dia sudah lelap tidur, atau karena dia sedang pergi ke rumah saudaranya yang lain, atau karena dia sedang bergereja. Jadi, hanya dari kata oranglah, aku tahu bahwa Ana baik-baik saja.

Kemarin aku mendapat kabar bahwa Ana terkena TBC dan gizi buruk. Hatiku sangat sakit mendengarnya. Bagaimana mungkin ia terkena gizi buruk? secara kakaknya adalah orang yang sangat menyayanginya dan hidup berkecukupan. Belum lagi ada donasi yang diberikan oleh keluarga kami.

Barusan aku menjumpainya. Memang benar tubuhnya begitu kurus. Ya, hanya tulang yang berbalut kulit. Beratnya yang dulu 46kg kini menjadi 25kg. Aku tertegun, saat mengetahui penyebab penyakitnya. Penyebabnya adalah karena bundaku. Ia sangat menyayangi bunda, sehingga ia mengalami pukulan yang sangat berat saat ibuku meninggal. Ia sudah tak memiliki keinginan untuk hidup. Ia tidak mau menyentuh makanan kalau tidak dipaksa dan diomeli.

Astaga! Betapa nistanya kami, orang-orang yang menyebut diri sebagai anak-anak dan suami dari bundaku. Orang yang menyebut diri sebagai orang-orang yang paling menderita atas kematian bunda. Hari ini aku sadar bahwa ada seseorang yang lebih nyeri merasakan penderitaan atas kematian bunda. Ya, dia... Dia yang tak lagi memiliki semangat hidup, dia yang ingin mati bersama dengan kematian bundaku. Hidup yang dihidupinya hanya karena paksaan orang yang memaksanya untuk hidup.

Ah... aku menangis Bunda...
Menangis saat melihatnya...
Juga saat aku menulis blog ini...

Hari ini hatiku terenyuh. Sakit sekali rasanya Bunda...
Betapa berartinya dirimu bagi kami.
Begitu melekatnya kasihmu dalam hati kami.
Begitu meradangnya luka kehilanganmu.

Tepatkah Tuhan memanggilmu hari itu???
Ataukah Dia salah mengambil kebijakan?
Mestinya Tuhan mengijinkanmu hidup bertahun-tahun lagi, untuk kami...


Tapi... Ah, masa Tuhan salah???

Selasa, Desember 01, 2009

Hiak, Huak, Huek


Hidupku jadi penuh dengan kesibukan saat opa antik ngotot bukunya bisa launching di Desember, alasan utamanya seh supaya selamatannya bareng sama perayaan Natal, jadi hemat. Huh! Imbasnya adalah waktuku jadi benar-benar terkuras. Sepanjang minggu aku tidur hingga larut malam. Lelah, letih, lesu, dan lunglai, efeknya aku jadi malas mengerjakan apapun.

Seperti hari itu saat Mel membangunkan aku di Minggu pagi,
"Honey, bangun! Ayo pergi Sekolah Minggu!"
"Aku nggak mau cekola minggu, aku antuk, mau bobo lagi..."
"Aduh... Ayo bangun dunk, kamu kan bukan anak sekolah minggu Hon, kamu tuh guru sekolah minggu!!!"

Mel menarik tubuhku hingga aku terduduk di kasur. Aku langsung memeluk pinggang Mel yang masih berdiri tepat di depanku. "Aku ngantuk...!!"
"Udah mandi sana, udah hampir telat loh!!!"

Mel melepaskan tanganku dari pinggangnya, perempuan itu berbalik dan mengambil sebuah handuk putih. Tubuhku terbaring lagi, tidur lagi...

"HONEEEEEEEYYYY!!!" Mel gemas, kali ini dia memukul pantatku dengan handuk. Aku terjaga lagi, duduk lagi di kasur, dan memeluk pinggang Mel lagi. Kali ini kekasihku tegas. Ia menarik tanganku dan mendorong aku hingga masuk ke kamar mandi.

10, 11, 12, 13 dan 15 menit berlalu, tapi Mel tidak juga mendengar suara riak air dari kamar mandi, hingga akhirnya dia menerobos ke dalam kamar mandi, dan menjadi geram lagi saat melihatku hanya jongkok dan terpaku di sudut kamar mandi.

"Ya, ampuuuuuuuunnnn, aku kira kamu dah selesai mandi. Ampun deh Hon, udah 15 menit tapi baju aja belum kamu buka?????"
"Dingin..."

Kali ini habis sudah kesabarannya, Mel langsung mengguyur badanku dengan seember air. Hm.. kalau sudah basah begini, mau tidak mau aku harus mandi.

Meski pagi itu aku berangkat dengan wajah cemberut tapi akhirnya aku sampai juga di gereja. Anak-anak sudah berkumpul bergerombol, mereka berlari kesana kemari, gelantungan, berguling, dan bermain tepuk ampar-ampar pisang.

Aku duduk dipojokan dengan mata sipitku yang makin menutup. Tak sadar aku sudah lelap, beberapa anak menertawai. Hingga akhirnya suara musik tanda sekolah minggu dimulai berhasil membangunkanku.

Kami bernyanyi gembira, melompat dan menari dalam sukacita, hingga akhirnya kekacauan terjadi karena sebuah aroma. Aroma? ya, aroma yang muncul dari seorang anak bernama Winda yang tanpa sengaja buang air besar di lantai gereja. Suasana jadi heboh, hampir semua anak-anak tertawa mengejek. Winda jadi malu, ia langsung lari ke kamar mandi, tapi kotorannya malah jadi berecetan kemana-mana. Semua guru memilih untuk mengamankan anak-anak, jadi mau tidak mau urusan Winda diberikan kepadaku. Dasar!!!

Aku menyusul Winda ke kamar mandi, menyebokinya dan mencuci celananya. Jijikkah aku??? Ya, eyalaaaaaaaah. Tapi mau gimana lagi kalau semua orang sudah menyerah? Baiklah, aku sudah selesai dengan winda dan celananya, aku juga sudah menyuruh Winda pulang dan mengganti baju secara rumahnya hanya berjarak 15 meter dari gereja. Tapi... tenyata tugasku belum selesai, kotoran yang berecetan dilantai telah menunggu. Aku mengambil kain pel, mencelupkannya ke dalam air, memeras dan kemudian menyeka kotoran itu sambil menahan nafas.

Semua kotoran itu telah terseka, baru saja aku mengangkat ember karena bermaksud hendak menggantinya dengan air bersih, tiba-tiba Mel telepon.
"Hallo, lagi ngapain Hon?"
"Tuh kan bener firasatku kenapa aku malas Sekolah Minggu hari ini beib. Sekarang aku lagi megang ember yang isinya kotoran."
"Heh? maksudnya?"
"Si Winda cepirit, mencret dia." Aku menaruh ember, dan duduk di sudut gereja
"Hehehehehe, wah beruntung kamu berarti. Emang yang lain pada kemana?"
"ASEM!!! Pada kabur tuh guru-guru."
"Hahahahaha, udah tenang... Hon, kamu buka tas kamu deh, aku ada sesuatu buat kamu!"
"Heh? Apaan tuh?"
"Udah buka aja." Aku mengambil tasku dan segera menemukan sebuah kotak makan berwarna biru."Udah dapat Hon?"
"Udah, apaan neh???"

Aku segera membuka kotak itu, wow ternyata isinya adalah roti bakar yang dibuat mirip sekali dengan wajahku. Di atas roti bakar yang bundar, Mel melukis wajahku dengan menggunakan coklat pasta. Dan di bawahnya ia menulis I LOVE HONEY!!! "Ya ampun lucu banget Beib! Aku suka, mukanya mirip aku. Thanks yha." Bergegas aku mengambil roti itu dan memakannya.

"Ntar dimakan yha Hon!"
"Udah kok, neh aku lagi makan. Enaaaaaaaaaaakkkk buaaaaaaaanget!!!"
"Loh? kok dimakan?"
"Loh? Emang nggak boleh?"
"Bukan, kok dimakan sekarang?"
"Aku dah nggak sabar, abis enak seh!"
"Bukan, maksudku, kamu udah selesai ngepelnya??? udah cuci tangan???"
"ASTAGA!!! HIAK, HUAK, HUEK..."
"Huahahahaha, dasar jorok. Pantesan aja tadi kamu bilang rasanya enaaaaaaaaaaaaaaaaakkk buaaaaaaaaanget!!!"
"HIAK, HUAK, HUEK!!!"
"Hallo, Hon, masih hidup kan???"
"HIAK, HUAK, HUEK!!!"

Jumat, November 20, 2009

Berikanlah Aku Penis


Berikanlah aku penis dan segala kelengkapannya, karena aku ingin membuahi sel telur dalam rahim Mel. Aku ingin rahimnya mengandung anak dari benihku, sebab aku ingin memiliki anak yang secantik maminya, namun memiliki mata sipit dan tulang pipiku.

Aku ingin tahu bagaimana rasanya menemani Mel selama ia mengandung anakku. Memberikannya susu, buah, sayur, daging, berbagai vitamin dan makanan yang bergizi demi pertumbuhan janinnya. Dalam perut maminya anakku akan mendapatkan belaian kasih sayang dan kesejukan musik klasik Mozzart. Dalam perut maminya, anakku bertumbuh sempurna.

Aku ingin menemani Mel membeli perlengkapan bayi. Dari mulai tempat tidur dengan kelambunya, batal dan gulingnya, perlak bayi, kain bedong, bak dan perelengkapan mandi, baju bayi, cat tembok warna-warni, kain gendong, botol susu, dot, kaos kaki, sarung tangan, topi dan perlengkapan makan.

Aku ingin mendampingi Mel saat ia gemetar menahan rasa sakit bersalin. Akan kupeluk tubuhnya erat, menyeka keringatnya dan menyemangatinya hingga seorang bayi mungil merobek vaginanya untuk tiba di bumi. Tangis anakku kencang sekencang lonjakkan kegembiraan hatiku. Kupeluk dan kuciumi Mel untuk mengucapkan terima kasih atas semua pengorbanannya. Anakku perempuan, dia cantik, mirip seperti maminya, kulitnya putih, rambutnya sedikit. Aku menghela nafas kelegaan ketika melihat hidung anakku yang mirip dengan hidung maminya. Fiuh! Akhirnya doa yang kupanjatkan siang dan malam agar hidung anakku tidak mirip dengan hidungku, dijawab oleh Tuhan. Tubuh anakku sesempurna tubuh maminya. Setelah dokter selesai membersihkannya, anakku diberikan kepada maminya untuk disusui. Agak perih memang, tapi Mel berusaha menahannya demi buah hati kami. Aku mencium anakku dalam, seakan tidak mau melepaskannya.

Aku ingin tahu bagaimana rasanya menggendong bayi mungil. Anakku menangis pagi, siang, sore dan malam. Entah karena dia ngompol, atau karena ingin menyusu pada maminya. Kami dibuat pusing oleh pekerjaan menyusui dan menganti popok. Pada malam hari, Mel harus bangun dua jam sekali untuk menyusui anakku. Aku siasati dengan memompa air susunya dan menaruhnya di botol. Ah, Mel bisa tidur lebih lama, sebab dua jam berikutnya, akulah yang akan bangun dan memberikan susu yang telah ditampung di botol kepada anakku. Repot memang, tapi aku dan Mel tidak akan pernah lelah, karena anakku adalah buah cinta kasih kami. Kebanggan orangtuanya.

Aku ingin kamarku beraroma minyak telon. Di atas tempat tidurku berserakan bedak, baby oil, cotton bud, tissu, kapas dan botol minyak kayu putih. Aku dan Mel sibuk belajar memandikan bayi. Mel menaruh anakku di dalam sebuah bak yang berisi air hangat, perempuan itu memegang tubuh anakku dan aku yang mengambil tugas menyabuninya, mulai dari badannya yang kemudian beralih ke kepalanya, ups! jangan guyur kepalanya! Cukup basahi dengan handuk, berikan sampoo dan bersihkan dengan hati-hati. Dalam hal memandikan bayi ini, Mel pernah marah besar kepadaku lantaran aku sudah menyiapkan sikat gigi mungil dan pasta gigi rasa jeruk padahal anakku belum bergigi.

Setelah anakku selesai mandi, Mel akan mengangkatnya, membalutnya dengan sebuah handuk besar dan menaruhnya di atas tempat tidur kami. Mel akan mengeringkan tubuh anakku, melumurinya dengan minyak telon, lalu menaburi tubuh anakku dengan bedak, kemudian Mel akan memakaikannya baju berwarna merah jambu. Ah, anakku telah wangi sekarang. Aku menggendong anakku dari tangan maminya. Kuajak dia berjalan ke persawahan untuk menghirup udara pagi. Matanya mendelik, wajahnya berseri. Anakku tahu betapa aku mencintainya.

Selesai jalan-jalan anakku akan menangis karena rindu pada dada maminya. Kemudian gelak tawa akan meledak di rumah kami saat aku dan anakku berbebutan menyusu pada maminya. Tapi aku tidak akan pernah menang melawan anakku, karena Mel akan segera mengusir dan mengetuk kepalaku dengan sendok sayur.

Setelah kenyang menyusu, anakku akan tidur lagi. Dalam lelap anakku, aku dan Mel akan mencuci popok, gurita, kain bedong dan beberapa baju mungil yang kami beli di mall kemarin, lalu menjemurnya di belakang rumah.

Sekarang semua sudah selesai, Mel telah menyiapkan semua keperluan kerjaku. Tapi aku tak mau juga beranjak. Aroma minyak telon, bayi mungil dan seorang mami yang cantik membuatku ingin berdiam diri di rumah. Namun mengingat kewajibanku terhadap Mel dan anak kami, maka dengan langkah berat aku berangkat ke kantor. Sebelumnya, kuciumi anakku yang masih lelap dengan sayang, maminya pun tak luput dari sentuhan bibirku. Kutinggalkan kedua orang yang kucintai dengan berat hati. Baru saja aku melangkah keluar rumah namun aku sudah kangen mereka lagi. Ya Tuhan, betapa sempurnanya hidup ini.

Ah, tapi ternyata aku adalah perempuan yang bervagina dan berbuah dada. Sungguh, aku ingin berpenis agar aku bisa membuahi sel telur dalam rahim Mel. Aku ingin rahimnya mengandung anak dari benihku sebab aku ingin memiliki anak yang secantik maminya, namun memiliki mata sipit dan tulang pipiku.

Berikanlah aku penis...

Kamis, November 12, 2009

Tari Hula-hula


Bagiamana mengatasi partner yang lagi ngambek? Ada banyak cara untuk membujuk partner. Bisa dengan pelukan, bunga, permohonan maaf atau ucapan sayang. Tapi berbeda dengan Mel. Kalau ngambek, perempuan gokil ini hanya mau ditaklukan dengan tarian. Setiap kali ngambek dia akan menyuruh aku menari ala Jacko dengan sentuhan-sentuhan khas di bagian itu loh... atau menari jaipong dengan goyangan dada yang aduhai atau menari hula-hula ala Hawaii dengan pakaian khasnya.

Kenapa mesti menari? Apakah karena De Ni jago menari? Jawabannya adalah justru karena aku tidak bisa menari sama sekali, sehingga dengan otomatis aku akan menghasilkan gerakan-gerakan tari yang kaku, aneh, ancur dan patut untuk diberikan timpukan. Nah ternyata tarian seperti inilah yang diharapkan oleh Mel, tarian yang bisa membangkitkan gelak tawanya. Tarian yang membuatnya terbahak-bahak. Mel terhibur bukan dari bagusnya tarian, namun justru dari amburadulnya tarian itu. Namun bagiku tarian itu adalah ngengat yang siap menggerogoti image dan gambar diriku yang keren, menarik, cool dan berwibawa. Tarian itu hanya akan membuat Om Deni yang macho menjadi seperti banci kaleng yang sedang kehilangan jepit rambut.

Seperti hari itu, saat Mel ngambek gara-gara aku nekat makan setoples kripik singkong, secara selama ini memang Mel mengharamkan aku untuk makan semua jenis gorengan lantaran penyakit radang tenggorokanku yang gampang kumat jika bersentuhan dengan gorengan. Waktu itu Mel marah berat dan meminta aku menari hula-hula. Ayolah sis! Jangan bayangkan aku menari dengan kemeja kerja dan baju tidur. Ini emang gokil, tapi nyata. Mel menyuruh aku menari dengan menggunakan atribut Hawaai yaitu bra, mahkota rumbai dan rok dalam. Kalau mencari bra seh gampang, secara aku sendiri kan punya banyak bra. Kalau mahkota biasanya aku buat dengan menggunakan hiasan pohon natal berbentuk rumbai yang dipotong hingga ukurannya sama dengan lingkaran kepala. Nah yang paling sulit adalah mencari rok dalam. Hm... aku nggak punya rok dalam, maka biasanya aku meminjam rok dalam Mami. Eh sebenernya bukan minjam seh tapi mengambil tanpa seijin pemiliknya. Kenapa aku nggak minta ijin ke mami? Please deh! Ini bukan masalah moral, tapi kalau seandainya mami tanya, "Buat apa?," entah jawaban apa yang bisa kuberi. Jadi pinjam secara diam-diam adalah pilihan paling tepat. Toh cuma sebentar kan?

Oke Beib semua udah lengkap. Ada Om De Ni, ada Bra, ada mahkota dan ada rok dalam. Sekarang tinggal putar musiknya dan saksikan Om menari. Seiring dengan tarian yang aku sajikan, Mel berguling-guling di kasur sambil tertawa tanda bahwa dia menikmati tarianku. Setelah beberapa menit menari tiba-tiba Mel terdiam sejenak. Aku jadi ikutan bengong. Tapi tiba-tiba dia tertawa lebih keras dari sebelumnya. Melihat Mel sangat bahagia, aku melah semakin hot menari. Pertanda baik neh, berarti ngambeknya akan cepat hilang. Namun dalam tawa Mel yang makin keras tiba-tiba aku mendengar samar-samar suara tawa asing yang ikut nimbrung. Aku terdiam, kusadari ada yang tidak beres. Ada audience ilegal yang tiba-tiba masuk ruang pertunjukan tanpa tiket. Ingin rasanya aku segera memanggil security untuk mengamankan ruang pentas. Tapi mana ada security??? Aku pasrah. Aku menengok perlahan untuk mengetahui siapa penonton yang tak bertiket itu. ASTAGA!!! Aku terbelalak bukan kepalang. MAMI??? Si Mami berdiri di belakangku sambil terus memperhatikan rok dalam coklat miliknya. Aku meremas rok itu menahan takut dan malu. Mampus deh, diomelin deh neh, aku pakai rok mami nggak bilang-bilang.

"Maaf tadi belum bilang... Pinjam Mi roknya yha, buat latihan main drama. Hehehehe..."

Si mami terdiam, keringat dingin mengucur. Mami berjalan berkeliling mengitari tubuhku sambil melihat dengan seksama dari ujung rambut hingga jempol kakiku yang seksi. Mel ikut terdiam dan tegang. Aduh gimana ini??? Aku dan Mel saling berpandang, wajah kami sungguh cemas. Suasana kamar hening saat itu. Sampai akhirnya mami berkata-kata,

"Udah lama Den?"

Aku menunduk, "Baru kali ini kok Mi, baru kali ini saya pinjam rok mami nggak bilang-bilang. Beneran deh Mi. Maaf yha Mi..."

"Nggak, mami bukan tanya soal rok. Maksudnya Mami mau tanya, kamu udah lama gila???" Pertanyaan Mami diiringi dengan tawanya yang besar. Mel yang saat itu bengong jadi ikutan tertawa. Kali ini tertawanya lebih besar dari sebelumnya. Ibu dan anak itu duduk di kasur berdampingan sambil tak putusnya menertawakan penari hula-hula, eh penari gila. Emang beneran kayak orang gila apa???

Huh!!! Mereka tertawa, dan tinggallah aku manyun sendiri dengan mahkota, bra dan rok dalam. Siallll betullll....


Kekuatiran terhadap hal-hal buruk hanya akan menekan jiwa yang mestinya gembira...

Sabtu, November 07, 2009

Satu Jam Milik Kita


Waktu adalah penjahat. Dia adalah pencuri ulung dan pelari tercepat. Sebel aku kepadanya. Katanya satu hari berjumlah 24 jam, Halah! Bohong! Dusta! Untukku, waktu hanya memberi 1 jam dalam sehari. Waktu telah merampas 23 jam milikiku yang dihilangkannya entah kemana. Gila!!! Hanya ada 60 menit untuk bisa bercengkrama, bercerita, bercanda, membagi cinta, bercumbuan dan berkelut dalam asmara bersama kekasihku, sebab 23 jam lainnya telah dicuri oleh segudang pekerjaan, kegiatan sosial dan keagamaan, kuliah, belajar dan beristirahat.

Aku benci pada kata-kata "Happy weekend" karena kami tidak pernah mempunyai weekend. Mel kuliah penuh pada hari Sabtu, sedangkan pada hari Minggu gantian akulah yang penuh dengan kegiatan keagamaan dan mengajar anak jalanan. Jadi kapan kami weekend? kapan kami bisa punya hari nyengnyong? jawabku adalah "TIDAK ADA!" Bahkan libur hari raya atau libur nasional pun telah terisi jadwal kegiatan bersosialisasi dengan keluarga, kerabat, teman kerja, teman gereja atau pun teman kuliah.

Meski hidup bersama, namun aku merasa begitu jauh dari kekasihku. Ada banyak kisahku sepanjang hari ini yang belum didengar Mel, demikian juga ada banyak peristiwa dalam harinya yang belum terceritakan kepadaku. Kami jadi tak peka untuk membaca bahasa rindu, amarah, lelah dan gelisah.

Kadang kami hanya saling memandang tanpa kata, tubuh saling memeluk seakan ingin menyampaikan semua hal yang tak terceritakan. Kutangkap bahasa cintanya, namun tetap aku butuh waktu untuk berbicara banyak hal kepadanya. Aku ingin menceritakan tentang awan biru di pagi hari, tentang boss yang sedang sakit flu, tentang Tommy yang lupa menutup sereting celananya, tentang OB yang isterinya melahirkan, tentang HP-ku yang rusak, tentang pengendara motor yang hampir saja menabrak anak kecil, tentang anak-anak kecil yang giginya ompong namun tak berhenti tersenyum kepadaku, tentang hujan gerimis di sore hari, tentang dosen yang baru saja operasi gigi, tentang harga buku kuliah yang mahal, tentang tugas kuliah yang numpuk, tentang sahabat L yang baru saja jadian, tentang beberapa tulisan di Sepoci Kopi, tentang tetangga yang mau pinjam uang, tentang tanaman mawar kesayangan yang layu, tentang rice cooker yang rusak, tentang soup jagung yang kurang garam, tentang sabun cuci yang sudah habis, tentang tikus yang masuk ke dalam botol minyak, tentang ayam tetangga yang suka buang kotoran sembarangan, tentang camilan tempe yang enak, tentang deodoran yang sudah harus dibeli atau tentang sepatu yang sudah harus diganti. Banyak sekali kisah-kisah sederhana yang ingin aku sampaikan, namun semua ditelan oleh keangkuhan waktu.

Untungnya, aku dan Mel tidak pernah menyesali kehidupan yang kami jalani. Mungkin tak banyak kata terucap, tak banyak kisah terungkap, tapi ada banyak cinta yang membuat satu jam itu menjadi begitu berarti.

Senin, Oktober 26, 2009

Ketika Boss Naik Motor


"Apa pak? Ini serius yha? coba sekali lagi pak, tapi lebih keras yha biar kuping bolot saya ini bisa denger dengan jelas."

Jidad si Boss berkerut. Aku yakin sebenernya dia malas banget mengulang omongannya. Tapi demi mencapai tujuan, maka si Boss terpaksa mengulangi omongannya dengan suara yang lebih keras meski dengan nada bicara yang malas-malasan "Deniii, sayaaaa mau pinjam motor kamu. Boleh tidak???"

"Iya bolehlah pak. Tapi Bapak serius mau naik motor? Motor saya belum dicuci loh Pak. Gimana kalau saya panggilin taksi aja?"
"Aduh Den, nggak bisa ini udah telat, rapat di gedung YYYY, sudah harus dimulai 10 menit lagi. Kalau pakai mobil pasti terjebak macet malah bisa memakan waktu 45 menit"
"Loh kenapa nggak berangkat dari tadi Pak?"
"Nah itu.. Si Yono dari tadi saya cari nggak ada, teleponnya nggak diangkat. Bahkan sekarang teleponnya mati. Kan kunci mobil sama dia Den. Jadi saya pinjam motor kamu aja yha???"
"Hm... Emang bapak bisa naik motor yha???"
"Wah, jangan meragukan dong. Waktu SMA kan saya selalu naik motor ke sekolah."

Aku menarik nafas, enggak percaya sama si boss yang biasa naik BMW sekarang malah pengen naik motor, motornya boleh minjam pula. Okelah demi terwujudnya kemajuan perusahaan, maka dengan sangat terpaksa kuijinkan boss meminjam motorku (lagaknyaaaaaaaaaaa). Hehehhehe

Nah berhubung boss tidak pernah mampir ke parkiran motor, maka aku mengantar Boss ke parkiran sembari menunjukkan motorku yang saat itu 90% berlumpur. Si Boss sempet geleng-geleng kepala liat motorku yang kotornya naujubileh.
"Gak dicuci yha Den?"
"Maklum, musim hujan Pak."

Aku mengambil helm fullface yang masih nangkring di spion dan dengan malu-malu memberikannya kepada Si Boss. Melihat helmku yang udah dekil, Si Boss jadi ogah banget memakai helm itu. Berkali-kali dia nanya:

"Ada helm lain nggak Den?"
"Kagak"
"Emang mesti pake helm yha?"
"Ya terserah Bapak, tapi ingat kalau tertangkap polisi Bapak nggak punya SIM C loh!"

Si Boss masih terpaku, membolak-balik helm dan celingukan ke kanan dan kiri, berharap ada helm ngangur, tentunya yang lebih bersih dan boleh dipinjam. Sayangnya pencariannya tak membuahkan hasil. So, dengan sangat terpaksa dan sambil menahan nafas si Boss masukan kepalanya ke dalam helm. BLEP!

Nah sehubungan dengan jalan jakarta yang penuh dengan debu dan polusi, jadi aku sengaja minjemin jaketnya Pak Rano buat si Boss. Maksudnya supaya baju kerennya si Boss nggak kotor sama debu. Jadi lengkaplah si Boss yang biasa duduk manis di dalam BMW-nya karena ada Pak Yono yang nyupirin, kini malah nyetir motor yang dekil dengan menggukan helm yang bau dan jaket yang kumel.

Dari sinilah kesialan si Boss dimulai. Saat boss ingin mengeluarkan motorku dari tempat parkiran tiba-tiba dia melihat sebuah kunci motor yang masih nyangkut di motornya. Dengan maksud ingin berbuat baik dan menyelamatkan motor tersebut dari pencurian. Si Boss mengambil kuncinya.
"Dasar ceroboh"
"Biar saya yang kasih security Pak." Aku menawarkan diri
"Udah biar saya saja." Si boss ngotot
"Ya sudah."

Si Boss melaju menuju pos satpam dan menyerahkan kunci motor itu. Tapi emang dasar si Boss, dia sendiri lupa jenis motor dan nomer polisi motor tersebut. Saat satpam tanya, "Ini motor yang mana pak?" si Boss malah celingukan.

Aku yang paham situasi segera menghampiri, "Itu loh pak, motor warna biru, mereknya XXXX, nomer polisinya BYYYYZZ"

Mendengar itu serentak seorang pemuda yang kebetulan lagi duduk di pos satpam langsung berdiri, "Oh, motor XXXX yha??? itu motor saya. Aduuuhhhh kok saya bisa lupa yha nyabut kuncinya????"

Si boss langsung senyum dan menyerahkan kunci motor tersebut kepada si Pemuda. Nah yang bikin aku kaget setengah mati adalah tiba-tiba si pemuda menyalami boss dengan selembar uang yang dilipat-lipat di tangannya.

"Ini pak buat uang rokok." Sumpah aku mau ngakak ngiliat tampang si boss yang langsung aseeeem.

"Saya nggak ngerokok Pak. Terima kasih." Si boss berusaha menolak dengan halus.

Tapi emang dasar si pemuda batu, untuk keduakalinya dia mendorong uang itu ke tangan boss sambil bilang, "kalau gitu buat jajan Pak."

Tampang si boss yang asem berubah jadi pahit. Akhirnya si boss terpaksa nerima uang itu. wajahku dan wajah security kantor sama-sama merah nggak sanggup menahan tawa.
Si boss langsung menepi dan memanggilku. Dia memberikan uang yang diterimanya dari pemuda batu itu ke tanganku sambil berbisik, "Emang penampilan saya kayak OB yha???"
Aduh sumpah deh perutku mules banget nahan ketawa. Aku cuma angkat jempol dan bilang, "Nggak dong. Bapak Guanteng kok!!!"

Dibilang ganteng si boss langsung nyegir dan langsung ngacir. Beberapa menit setelah nbos ngacir aku berjalan balik ke kantor, aku langsung ketawa terbahak-bahak setelah membuka uang yang diberikan pemuda itu kepada Boss. Ya aaaaaaaammmmmpuuuuuuuun, tebak deh si boss dapat uang berapa? GOCENG alias lima ribu alias limongewu. Kasihan deh lo boss!!! (Sampai sekarang uang itu masih aku simpan untuk kujadikan jimat berkhasiat membangkitkan tawa).

Saat aku belum habis dengan tawa, tiba-tiba aku ngeliat Mas Yono keluar dari ruang bujang (ruang buat istirahat driver dan satpam saat dapat tugas malam). Muka Mas Yono lecek banget, matanya sepet, dan mulutnya nguap berkali-kali. Yaelah pantes aja si cumi laut susah banget dihubungi, secara dia abis molor di Ruang Bujang.

Tanpa rasa berdosa Mas Yono malah nyamperin aku dan dengan enteng melontarkan pertanyaan, "Bapak kemana Den???"
"Ngojek." jawabku ngasal...

Mas Yono langsung cengo lebingungan, lalu celingak celinguk nyariin Boss. Bodo ah...
Dasar Yono, si cumi laut, asal nempel bantal langsung molor. Aduh Mas, siap-siap deh, soalnya bentar lagi Boss bakal minta pertanggung jawaban Mas soal pelecehan yang diterimanya melalui uang lima ribu perak. Kalau udah gini, aku nggak berani ikut-ikutan deh!!!

Selasa, Oktober 20, 2009

Aku dan Alam Ini


Mungkin matahari begitu marah pada bumi, hingga panas amarahnya terasa membakar tubuh. Meski hari itu masih jam tujuh pagi, namun sengatnya telah masuk ke celah-celah jaket dan membuat tubuhku banjir keringat. Global warming telah membuat kita tak mampu lagi menikmati kesejukan pagi. Ini adalah salah bumi yang seenaknya menebang serta membakar hutan tanpa henti dan tanpa regenerasi. Kemanakah kesejukan alamku pergi?

Mungkin burung, kodok dan jangkrik marah pada bumi, hingga mereka bersembunyi entah di mana. Tiap hari kucari suaranya bernyanyi, tapi yang kudapat hanya sunyi. Sejak persawahan berganti jadi perumahan, burung, kodok dan jangkrik menjadi makhluk yang susah ditemui, padahal aku sangat rindu pada suara mereka bersenandung. Kini alamku terasa begitu hampa. Ini adalah salah bumi yang merubah persawahan yang luas menjadi perumahan yang gersang. Kemanakah nyanyian alamku pergi?

Mungkin air marah pada bumi, sehingga berbondong-bondong mereka menyerang, menyergap dan membuat manusia panik pada bencana banjir. Bukan cuma harta benda yang lenyap, tapi nyawa orang tercinta pun ikut terenggut. Ini adalah salah bumi yang membuang sampah sembarangan dan menebang pepohonan penahan air tanpa henti. Kemanakah gemericik air sungai yang tenang di alamku pergi?

Mungkin anak-anak marah pada bumi, sehingga mereka mengurung diri di rumah dan bermain play station. Padahal dulu mereka berjingkrak, berkejaran dan meledak dalam tawa di lapangan rumput yang luas. Ada banyak permainan di sana, sepakbola, galaksin, kasti, enggrang, petak umpat, petak jongkok, petak batu, dampu gunung, taplak, lompat tali dan memanjat pohon. Tapi kini semua sibuk pada permainannya sendiri. Anak-anak menjadi individual, tak kenal permainan tradisional yang sebenarnya sangat bermanfaat mengajarkan anak menjadi kreatif dan mampu bersosialisasi dengan baik. Dalam permainan tradisional itu, anak-anak diajarkan bekerja sama dalam team, berjuang mencapai kemenangan dan menerima kekalahan. Dalam permainan modern seperti play station, maka pelajaran tentang arti bersosialisasi ini tidak akan didapat. Ini adalah salah bumi yang mengambil alih lapangan rumput yang hijau membentang, menebang pohon-pohon besar yang rindang dan merubah lahan itu menjadi pabrik kecap yang menambah polusi dan limbahnya mengotori bumi. Anak-anak tidak punya tempat bermain, kadang mereka harus menggunakan jalan raya untuk bermain bola dan layang-layang. Sungguh mengenaskan. Kemanakah gelak tawa alamku pergi?

Siapa yang patut disalahkan??? Semua orang merusak alam untuk kepentingannya sendiri. Mereka punya uang dan kekuasaan untuk merubah bumi menjadi apa yang mereka mau. Tinggalkah aku sendiri menangis dan merengkuk tanpa daya. Ingin rasanya aku mencegah mereka menebangi pohon-pohon di hutan atau memaksa mereka menanam kembali pohon-pohon baru, tapi apa dayaku??? Ingin rasanya aku berkacak pinggang mempertahankan hamparan sawah yang luas dengan kicauan burung, suara jangkrik dan nyanyian kodok, tapi apa dayaku??? Ingin rasanya aku menghajar mereka yang sembarangan melempar sampah ke kali dan memaksa mereka membersihkan sampah-sampah yang membendung, tapi apakah dayaku??? Ingin rasanya aku mempertahankan lapangan rumput tempat aku dan anak-anakku menghabiskan waktu sorenya dengan bermain gembira, tapi apakah dayaku??? Seandainya aku punya daya, maka akan kubeli bumi ini, kujadikan asri dan lestari demi kelangsungan hidup generasi di bawahku kelak.

Tapi apa dayaku????

Aku lemah tak berdaya. Aku pecundang, bodoh dan cacat. Aku hanya bisa menangisi kehancuran alamku pada tempat persembunyianku. Aku hanya berani mengungkapkan kepedihanku pada goresan naskah ini. Semoga suatu saat akan tampil orang-orang yang lebih berani untuk menyuarakan kepedihannya, untuk membangkitkan para pecundang bodoh seperti aku agar mampu berteriak lebih keras.

Selamatkan bumiku....

Kamis, Oktober 15, 2009

Doa Hari Ini


Oleh: Melisa

Tuhan, aku bersyukur untuk cinta yang selalu ada di antara kami. Antara aku dan perempuan itu. Tak sadar kami telah melewati berbagai masalah dan cobaan hidup dalam menjalani hubungan ini.

Tuhan, aku bersyukur untuk kasih sayang yang selalu ada di antara kami. Antara aku dan perempuan itu. Tak sadar kami telah menyelesaikan banyak pertengkaran dan kesalahpahaman yang menyakitkan dalam mejalani hubungan ini.

Tuhan aku bersyukur untuk sukacita yang selalu ada di antara kami. Antara aku dan perempuan itu. Tak sadar kami telah tersenyum untuk banyak keindahan dan tertawa untuk semua kisah lucu yang terjadi dalam menjalani hubungan ini.

Tuhan, aku beryukur untuk kekuatan yang selalu ada di antara kami. Antara aku dan perempuan itu. Tak sadar kami telah melewati suka dan duka yang mewarnai hubungan kami.

Tuhan, terima kasih untuk cinta, kasih sayang, sukacita dan kekuatan. Sehingga hari ini aku masih bisa merayakan hari ulang tahun orang yang sangat aku cintai. Ulang tahun perempuan yang disebut sebagai kekasihku.

Tidak hanya hati yang akan kuberikan untuknya, tapi juga seluruh hidupku!

Happy Birthday Honey
Jesus and i will always love you!!!

Selasa, Oktober 13, 2009

Dunia Lesbian yang Kacau


Dalam dunia yang fana ini, hiduplah dua orang perempuan dalam ikatan cinta yang membara (Fuih!). Mereka adalah femme dan soft andro. Mereka tinggal bersama dalam kehidupan rumah tangga lesbian yang kacau balau. Bagaimana ceritanya? Mengapa bisa kacau balau? Berdasarkan penelitian yang dilakukan di tempat kejadian perkara, maka dapat disimpulkan beberapa hal yang menimbulkan kekacauan:

1. Lesbian couple tersebut adalah dua perempuan yang sama-sama sensitif dan cengeng

Akibat perasaan sensitif dan cengeng itu, maka saat menonton sinetron Safa dan Marwah terjadilah sebuah percakapan yang hanya ada di dunia L yang kacau.

Andro : Sedih ya say sinetronnya? (sambil nangis sesenggukan)
Femme : Iya Hon, papanya galak banget yach? (Sambil ngelap air mata)
Andro dan Femme : Hikh Hikh Hikh (Menangis berpelukan)

Sumpah dua perempuan itu mirip kayak teletubies.

2. Lesbian couple tersebut adalah dua perempuan yang punya kebiasaan memakai barang-barang milik partnernya

Akibat kebiasaan buruk ini, maka timbullah berbagai masalah yang hanya ada di dunia L yang kacau.

Femme : Hon, kamu mesti beliin aku kolor lagi.
Andro : Loh kenapa?
Femme : Gara-gara kamu sering pake kolor aku, semua kolorku jadi pada kendor
Andro : Makanya belinya jangan yang sepuluh ribu tiga, jadi cepat pensiun tuh.
Femme : Itu karena badan kamu yang gembrot
Andro : Iya iya (nggak lama kemudian si andro celingukan) Loh? Kok nggak ada yah?
Femme : Cari apa?
Andro : Bra-ku mana yha? Perasaan tadi aku taruh di atas kasur. Yang biru itu loh. Aku mau pakai, yang lainnya masih pada basah. Hujan mulu seh.
Femme : Yah... dah terlanjur aku pake tuh
Andro : Kamu pake???? Teganya... Hikh hikh hikh, masa hari ini aku nggak pake bra???

Waduh gawat... Jangan sampai deh si Andro beneran nggak pake bra terus keluyuran kesana kemari. Sumpah SEREM!!!

3. Lesbian couple tersebut adalah dua perempuan yang memiliki hobby yang sama

Dua perempuan ini disinyalir memiliki kesamaan hobby yaitu memasak. Dan kesamaan hobby ini ternyata telah membuahkan kekacauan yang hanya bisa ditemui di dunia L yang kacau.

Andro : Biar aku aja yang numis sayurnya say
Femme : Aku aja deh Hon, aku suka numis-numis
Andro : Udah kamu istirahat aja sana, nonton TV
Femme : Kamu aja yang bobo sana, udah aku bikinin kamu kopi tuh.
Adnro : Kamu ini gimana? disuruh bobo kok malah dibikinin kopi? Aneh!!! (Mengambil kuali) Aku aja yah say yang numis, aku hobby masak.
Femme : Aku aja Hon, aku juga suka.
Andro : Aku aja.
Femme : Aku Aja.
Andro : Kamu ngalah dikit kenapa seh???
Femme : Kamu juga nggak pernah mau kalah!!!
Andro : Jadi kamu ini maunya apa??? Ya udah tuh kamu yang masak. Aku ngalah!!!
Femme : Aku udah nggak mood!!!

Akhirnya mereka nggak jadi masak tumis buncis... Padalah udah sama-sama laper... Hikh

4. Lesbian couple tersebut adalah dua perempuan yang sama-sama ingin disayang

Rasa ingin disayang dan dimanja ini, menimbukan kekcauan yang hanya bisa terjadi di dunia L yang kacau.

Andro : Kamu udah lama yha nggak bikin roti bentuk love lagi
Femme : Kamu juga udah lama nggak kasih aku bunga
Andro : Loh bukannya baru seminggu yang lalu aku kasih kamu bunga?
Femme : Aku juga baru enam hari yang lalu bikinin kamu roti bentuk love itu
Andro : Ya mestinya tiap hari dong. Biar aku semangat kerja
Femme : Kamu juga dunk, berarti harus kasih aku bunga tiap hari
Andro : Kok kamu jadi ikut-ikutan aku seh
Femme : Emang cuma kamu yang mau disayang?
Andro : Kamu juga, emang cuma kamu aja yang mau dikasih bunga?
Femme : Oh jadi selama ini kamu ngiri gitu? minta dikasih bunga? Ya ampun Hon, kamu aja nggak pernah bikinin aku roti bentuk love?
Andro : ya ampun say, ternyata kamu pengen juga roti bentuk love itu??? kamu itu orangnya ngirian yha???
Femme : Cape aku sama kamu!!!
Andro : Aku juga cape!!!

Padahal kalau mau dipikir, mereka itu ngiri sama siapa seh? masa ngiri sama partner? masa ngiri sama diri sendiri? Bingung neh jadinya...

5. Lesbian couple tersebut adalah dua perempuan yang otaknya udah rusak dan yang sisa cuma saraf-saraf gilanya

Akibat kerusakan perangkat otak ini, maka di tempat kejadian perkara ditemukan sebuah percakapan yang hanya bisa terjadi di dunia L yang kacau.

Andro : Kenapa ayam jantan nggak bertelor yha say?
Femme : Oh, masa gitu aja kamu nggak tahu. Itu karena kambing betinanya nggak suka mandi
Andro : Kalau begitu mestinya gajah makan kacang dong?
Femme : Yaeyalah Hon, makanya setiap hari petugas kebun binatangnya selalu nyediain satu tandan pisang.
Andro : Ah masa? Kok petugas kebun bintang mau aja dirinya disebut induk sapi?
Femme : Nggak tahu deh, kayaknya emang begitu sifat kuda nil, suka merendam diri di air.
Andro : Hahahahaha, oh iya yah, untung kamu ingetin. Kalau nggak kacau deh. Soalnya selama ini aku berpikir kalau burung unta itu bisa terbang loh.
Femme : Makanya Hon, biar pinter dan tahu banyak hal tentang binatang, banyakin tuh baca primbon.
Andro : Ogah ah, baca koran berbahasa madarin kan bikin pusing say, secara aku nggak bisa baca huruf mandarin.
Femme : Makanya belajar ngaji dong say!
Andro : Kemarin udah nyoba kok, cuma kantor kelurahannya tutup. Katanya aku mesti balik lagi hari senin supaya KTP-nya cepat selesai.
Femme : Ya ampun.. gokil deh kamu. Udah beberapa kali aku bilang, makanya kalau bikin SIM tuh yah di pabrik kecap dunk Hon, jadi kena akibatnya kan???

Kalau percakapan di atas membuat anda pusing dan butuh dokter, maaf kami tidak bisa memberikan dana pengobatan kepada Anda. Saran kami, cobalah berkunjung ke dokter Jo, karena ada diskon khusus bagi member blog Sejarah Cinta.

***

Demikianlah kekacauan di dunia L yang bisa dilaporkan oleh penulis. Kami berharap Anda tidak menebak-nebak bahwa dunia L di atas adalah dunia L-nya DeNi dan Mel, karena sungguh memalukan. Hikh!

Jumat, Oktober 09, 2009

Asmara


Warning: Untuk 18 tahun ke atas!!!

Bermandikan cahaya bulan malam itu, saat aku dan kamu terbakar oleh asmara. Deru nafas kita beradu, lembut namun menyegarkan. Dalam remang matamu masih terlihat begitu indah. Kau ada dalam kekuasaanku dan aku terikat dalam penjaramu.

Aku tak mampu menipu gairah asmara yang bangkit oleh karena wangi tubuhmu. Kau yang tanpa baju ada dalam dekapanku. Kupeluk kau erat seakan hari esok tidak pernah ada. Dan dalam beratnya nafas menahan rindu, kau dan aku bercumbu.

Bulan mengintip dari balik pintu, tapi kita sudah terlanjur gila malam itu. Kau dan aku berguling, mencium, mengulum, menjilat, menghisap lalu mendesah. Indahnya percintaan yang memuncak dalam percumbuan asmara.

Tubuhmu adalah alam semesta yang keindahannya mengalahkan nirwana dan aku adalah sang petualang yang mejelajahi setiap ruang dalam alammu. Maka, janganlah kekasihku bersembuyi malu-malu di balik selimutmu. Sebab aku ingin menikmati hamparan pasir, bukit, sungai dan lembah. Aku adalah sang petualang sejati yang menari gemulai di atas bukit-bukit saljumu dan tenggelam dalam telaga hangatmu. Hujan turun dan deras membanjiri pusat alam. Dan aku berjingkrak gembira, melompat dan bersenandung dalam derasnya air yang turun membasahi seluruh tubuh. Kita bermandikan hujan malam itu. Hujan pelangi, hujan yang berisi butiran kenikmatan tiada tara.

Kau adalah gairahku hai gadis. Kau memompa jatungku hingga masuk dalam khilaf. Tenggelam aku dengan sejuta kenikmatan yang kau hadiahkan. Saat tersadar, tiba-tiba kita sudah telanjang dan saling menghangatkan dalam pelukan. Kuciumi lekuk tubuhmu, hangat, indah, mempesona. Kau adalah pesona di antara para gadis. Mencumbuimu adalah candu bagiku. Kita sudah terlalu mabuk malam itu, jadi kuberanikan diri untuk menghentikan waktu dan mencuri malam demi percumbuan para gadis yang dahaga asmara.

Kekasihku... Fajar pagi telah merekah, matahari telah tersenyum gembira. Berkali-kali ia menggodai kita. Kuyakin, bulan telah memberitahu apa yang dilihatnya semalam. Tapi tak kita hiraukan segala goda matahari, sebab aku dan kamu masih berpelukan dan tersenyum untuk sisa asmara.

Sayang, sekali lagi kita melakukannya dan membakar semuanya menjadi abu. Persetan dengan moral dan norma. Yang ada hanya kita, yaitu aku, kamu dan asmara.

Tahukah mereka betapa nikmatnya bercinta?

Rabu, Oktober 07, 2009

Musuhan Dengan Bajaj!!!



Pokoknya aku musuhan sama kamu Bajaj!!! Hari ini aku kesel banget sama kamu. Pergi sana... jangan dekat-dekat aku dulu. Menurutku, kamu adalah kendaraan teraneh di bumi Jakarta ini. Dan tahukah bahwa hari ini kamu sudah sangat menyakiti hatiku?

Ah masa kamu lupa? Keterlaluan kamu Bajaj!!! setelah melukai kedalaman hatiku, kamu masih bisa pura-pura lupa? Baiklah kujelaskan apa dosamu hari ini:

Pertama, kamu sudah melukai pernafasanku. Saat aku terjebak macet dan harus mengantri di belakangmu. Dengan serta merta kamu malah mengeluarkan asap hitam dari kenalpotmu yang dengan serta merta juga langsung masuk ke lubang hidungku yang besar (ups!) melalui celah-celah helm. Kamu langsung membuatku terbatuk-batuk dan pusing. Namun kuampuni kau Bajaj, karena aku masih mencoba sabar menghadapimu.

Sayangnya, kamu malah bikin ulah yang kedua. Ini lebih parah, karena kamu hampir membuatku terguling dari motor. Wahai Bajaj, benarlah perkataan teman-temanku bahwa kemana pun kau menikung hanya kamu dan Tuhan yang tahu. Bisakah kamu lebih tertib dengan memakai lampu sen? Kamu itu Bajaj... sadarkah kamu bahwa hari ini kamu belok sembarangan dan langsung memotong di jalurku? Aku kaget dan hampir saja tabrakan denganmu. Tapi kumaafkan kau, karena aku masih mencoba bersabar menghadapimu.

Namun... untuk yang ketiga ini, hatiku benar-benar terluka Bajaj. Kamu kan tahu bahwa Jakarta itu sarang macet. Dan seharusnya kamu juga tahu bahwa celah-celah jalur adalah milik pengendara motor, tapi kenapa kamu ikut nyelip juga? Sehingga aku dan beberapa motor di belakang tidak bisa jalan sama sekali karena terhalang oleh tubuh tambunmu. Yang lebih parah lagi adalah... ah, tega nian kau terhadap aku hari ini Bajaj. Kau paksa untuk masuk ke celah jalan sempit seenakmu. Dan tahukah apa yang terjadi denganku? Kakiku terlindas oleh rodamu Bajaj. Ya ampunnnnn Jaj, keterlaluan bangettttt kau. Oke, memang kakiku tidak berdarah, memar atau luka. Tapi... sumpah, kau berhasil merobek sepatu kesayanganku.

Bajaj, habis sudah kesabaranku menghadapimu hari ini. Aku ngambek, marah dan kecewa pada kinerjamu.

Dan... untuk kakiku yang perih dan sepatuku yang rusak, maka kuputuskan untuk bermusuhan denganmu hari ini....

Mungkin besok kita bisa baikan lagi... Mungkin... Jika kau tidak mengulang kesalahanmu kembali...

Kamis, Oktober 01, 2009

Tentang Kamu


Mel, dalam kesibukanku, tak sengaja aku menemukan secarik kertas lusuh. Itu adalah kertas yang berisi tulisanmu, em... mungkin lebih tepatnya berisi curhatmu. Aku yakin tulisan itu telah lama kau tulis, jauh sebelum kita menjadi sepasang kekasih. Ingatkah kamu? Ah mungkin kamu juga sudah lupa bahwa kamu pernah menulisnya. Tapi... hari ini aku menangis membacanya dan ingin sekali merapatkan tubuhku dalam pelukanmu.

Dalam dunia ini, ada begitu banyak hal yang tidak mampu aku mengerti.
Mengapa aku dilahirkan di keluargaku?
Mengapa aku punya teman-teman yang berbeda karakter?
Dan...
Mengapa aku mencintai dia, seseorang yang tidak mungkin aku miliki?
Aku gak ngerti...
Aku gak tahu apa maksud Tuhan dibalik semuanya ini
Tapi aku juga tidak bisa marah sama Tuhan
Malah aku bersyukur karena Tuhan telah mendekatkan aku kepadanya.
Walaupun aku tahu... tak bisa selamanya aku memilikinya, tapi aku bersyukur untuk waktu yang sudah Tuhan beri bagi kami
Untuk sukacita
Untuk kebahagiaan
Dan untuk cinta yang tumbuh diantara aku dan dia.
Dia... perempuan itu... Kakak rohaniku


Sayang... Mengertikah kamu bahasa air mataku saat ini? Aku sangat memahami bahwa jauh sebelum kamu memutuskan untuk menjadi kekasihku, ada dilema besar yang harus kamu hadapi, ada pertarungan antara benar dan salah, ada perasaan takut dan bahagia, ada bingung dan teryakinkan.

Aku menangis mensyukuri sekian banyak hari yang telah kita lewati. Pahit, manis, suka dan duka telah berhasil aku lalui oleh kekuatan cintamu. Kusadari betapa belianya engkau saat memberikan hidupmu untuk mendampingiku.

Aku tersanjung...

Sayang... Hari ini aku menangis oleh karena betapa rindunya aku padamu. Pada sorot redup matamu dan genggaman jemarimu yang lembut. Sebab telah kutelusuri seluruh penjuru bumi, namun tak pernah kutemukan perempuan sepertimu yang mampu membuatku tergila-gila dan mabuk asmara.

Kamis, September 17, 2009

SIBUUUKKKKK!!!!!


Gawat, gawat, gawattttt ini!!!. Gara-gara kebiasaan menunda-nunda pekerjaan akhirnya overload kan? Hikh. Udah hampir seminggu ini aku mati gaya nongkrong di depan komputer. Nggak bisa YM-an, nggak bisa FB-kan, nggak bisa SMS-an, nggak bisa teleponan dan yang paling menyakitkan adalah nggak bisa tidur di meja kantor. Hikh hikh hikhssss

Si boss juga marah-marah mulu lantaran ada beberapa jurnal yang belum aku tulis. Sumpah dah boss dalam sebulan ini saya sudah coba menulisnya, cuma nggak ada ilham, iluminasi atau pencerahan, yang ada di otak saya cuma Mel, Mel, Mel dan Mel. Tapi tenang aja saudaraku setanah air, aku bakal tetep hidup di bumi ini secara kalau waktunya dah mepet biasanya aku suka dapat bisikan-bisikan ilahi yang bikin aku bisa menulis dalam waktu singkat. Ocreeekan? (Ngarep! Padahal teoriku ini belum teruji secara valid dan reliabel. Teori ini hanya sebagai sebuah harapan penulis yang muncul akibat tekanan).

Sampai di mana tadi tuh? Oh iya kesibukkan. Hikhssss. Kalau sibuk gini biasanya aku jadi lebih sensi. Bawaanya mau ke toilet mulu. Loh apa hubungannya sensi sama toilet? Yha jelas ada dong. Secara kalau sensi bawaaanya aku mau nangis mulu. Nah nggak mungkin kan aku nangis depan boss? Apalagi depan si Tommy, huh! bisa-bisa dia manggil ambulance dan bawa aku ke rumah sakit jiwa.

So, apa yang membuat aku pengen nangis? Nggak tahu! Kalau lagi sensi gini, apa aja bisa bikin aku nangis. Mulai dari ngeliat meja kerja yang berantakan, smsku yang nggak dibalas sama Mel, boss yang bersin melulu, OB yang kehabisan sabun saat nyuci piring sampai ngeliat tas monyet yang bikin heboh itu rasanya pengen nangis!!! Hikh hikh hikh hikh. Sampai-sampai mau copot neh mata.

Jadi bagaimana solusinya? Cuma satu, the only one, siji wae, yaitu mesti cari ilham buat nulis jurnal yang kena deadline itu.

Cuma gimana memulainya? Nggak tahu! Terus selama dua hari nongkrong di depan komputer ngapain aja? Em…. Pertama-tama cari ilham dengan membaca beberapa buku referensi, tapi tetep nggak nemu ilham. Akhirnya aku bengong aja, ngedipin mata, mencetin komedo, motongin kuku, guntingin bulu kaki, garuk-garuk kepala, terus baca koran Pos Kota liat-liat kolom iklan. Lama-lama aku jadi ngantuk. Terus? Terus nyender ke kursi lalu tidur bentar. Abis tidur? Abis tidur yha bangun dong, masa abis tidur joget! Iya terus ngapain? Terus cari makan dan langsung cabut kuliah. Loh bukannya kuliahnya malam? Iya dong malam. Jadi tidurnya berapa lama? Ah sebentar kok cuma dua jam. HAH!!! Terus tugas nulis jurnalnya udah selesai? Yha belumlah, jangankan selesai, mulai aja belum. Yeeeeee!!! Jadi kapan mulai nulisnya? Nantilah, deadline-nya kan 30 September toh? Aku mulai nulis tanggal 28 September deh, oke??? DASAR!!!

Rabu, September 09, 2009

NARSIS MODE OFF


Seorang sahabat pernah berkata, "Den kalau ampe lo putus sama Mel, mungkin nggak bakal ada cewek yang mau sama lo kali yha. Hahahhaha."

GUBRAK SIAULLLLL! Huh! Beneran tuh analisa? Sahih? Valid? Ya, ya, ya, mungkin juga benar. Secara kalau aku perhatiin, emang kayaknya aku itu pas-pasan banget deh.

Penampilan fisikku pas-pasan. Nggak kece deh. Ada bagian tubuhku yang aneh gitu, bahkan Mel aja sering memanggil aku dengan sebutan hidung jambu, bibir pentungan, betis tales, mata almond. Pokoknya secara fisik aku nggak keren. Emang seh nggak bisa dibilang jelek. Tapi kalau ada yang bilang aku cakep, aku jadi curiga jangan-jangan tuh orang lagi ngeboong, atau nyindir, atau mau menyebar fitnah.

Secara finansial aku juga pas-pasan banget. Selama ini aku bekerja untuk urusan sosial soalnya. Kerjaannya berat dan banyak tapi penghasilan ringan dan sedikit, malah kadang-kadang nggak menghasilkan apa-apa, bahkan nggak jarang malah harus mengeluarkan uang dari kas pribadi. Imbasnya, kalau kencan sama cewek aku cuma bisa traktir dia makan nasi goreng pinggir jalan yang seporsinya sepuluh ribu rupiah atau makan bakso yang semangkoknya delapan ribu rupiah. Juga kalau aku mau kasih dia hadiah, palingan cuma bisa kasih bunga mawar yang setangkai seharga lima ribu perak.

Aku juga bukan orang terpandang. Jabatanku di kantor juga pas-pasan. Hanya karyawan biasa yang sebenarnya bekerja sebagai editor, namun kini berubah fungsi jadi pembantu umum yang kerjanya serabutan lantaran kantor malas nambah karyawan baru. Jadi urusan disain buku, pemasaran, distribusi, sampai penagihan aku lakukan sendiri. Kadang-kadang malah aku jadi tukang parkir kalau boss datang dan beliau susah parkirin mobilnya.

Kecerdasanku juga pas-pasan aja. Hehehehe, aku nggak pernah expert pada suatu bidang tertentu. Aku tahu banyak hal tapi cuma mampu menguasainya sedikit-sedikit. Misalnya dalam hal bermain musik, aku bisa main keyboard tapi kemampuanku pas-pasan, jadi biasanya aku baru dipercayakan main musik di gereja kalau memang sudah tidak ada pemusik sama sekali. Termasuk dalam hal menciptakan lagu anak-anak, aku memang berhasil menciptakan beberapa lagu, namun aku yakin kalau lagu itu aku jual nggak bakal ada yang mau beli, denger pun kayaknya pada ogah. Hikh. Termasuk juga dalam hal menulis. Ya gini neh, hasil tulisanku pas-pasan. Masih dalam kelas kacangan.

Nah coba pikir siapa yang mau sama De Ni yang pas-pasan dan nggak jelas itu??? Baik tampang, finansial, jabatan maupun kecerdasannya nggak bisa dijadikan kebanggaan.

Kadang aku juga nggak habis pikir kenapa Mel mau sama aku. Padahal yang ngejar-ngejar buat dapetin Mel kan banyaaaaak banget. Ya iyalaaaaahhhh secara Mel itu bukan cuma cantik, tapi juga lemah lembut, pengertian, sabar, baik, pinter, dan yang paling bikin dia seksi dan keren adalah dia itu punya jiwa ibu rumah tangga yang rajin ngurus rumah dan "suami". Kerjaan nyuci, ngepel, nyapu, nyetrika dan semua kerjaan ibu rumah tangga lainnya, dijalankannya dengan sukacita. Bahkan semua kebutuhanku, dia yang nyiapin. Baik banget deh dia itu, sempurna. Sayang banget deh aku sama dia, pokoknya nggak ada yang sebaik dia deh... Loh kok jadi malah ngelantur muji-muji bini sendiri? tapi untunglah dari pada muji bini orang.

Nah coba aku test yha. Eit jangan mikir macem-macem loh yha! Ini cuma test aja kok. Cuma main-main. Cuma untuk membuktikan pendapat sahabatku itu. Serius, sumpah, suer! Ini cuma test loh yha. Oke? Lanjut...

So... melihat kondisiku dalam penuturanku di atas, sekarang aku mau tanya: SIAPA YANG MAU JADI PACARKU??? Hayo tunjuk tangan, jangan malu-malu! Tenang!!! Mel nggak bakal marah kok.

Kamis, September 03, 2009

Gempar Gempa


Siang itu aku ngantuk berat akibat kurang tidur. Selasa malam Mel sakit, jadi aku manja-manjain dia sampai larut malam. Kantor juga sepi banget, semua karyawan pada asik dengan komputernya masing-masing. Kecuali Tommy, temen kantorku yang paling gendut. Sudah beberapa kali lelaki itu bolak-balik ke ruanganku resah. "Aduh Den laper neh gue. Ada apa nggak gitu? biasanya lo bawa makanan."

"Mel lagi sakit, jadi hari ini gue nggak bawa makanan apa-apa. Lagian elo mah, asal dapat kerjaan dikit langsung lapar. Udah kelarin noh tumpukan uangnya. Ntar gue rampok loh!"

Tommy balik ke ruangannya lemas, nggak lama dia teriak, "Den, gue mau pesan Indomie. Lo mau nggak?"

"Gue lagi puasa. Hahahahaha."

"Ajegile lo puasa. Serius neh, kalau mau gue bayarin tapi nggak pake telor yha. Mahal!!!"

"Idiiiih dasar medit. Nggak ah..."

Tommy lanjut menyelesaikan tugasnya menaruh tumpukan uang ke beberapa amplof untuk dibagikan kepada para penulis jurnal. Nggak lama seorang perempuan datang dengan semangkuk mie goreng. Dan seperti biasa, Tommy langsung ngomel, "Kok lama banget seh Mbak? Saya udah laper neh! Kalau saya kurus gimana? Loh Kok nggak pake bawang goreng?"
"Ini bukannya saya udah kasih bawang goreng mas?"
"Iya kok dikit?"
"Dikit bukan berarti nggak ada kan?"
"Iya iya, bisa ditambah nggak bawang gorengnya?"
"Ya udah mangkoknya saya bawa lagi yha."
"Yaaaaaah. Udah deh nggak usah, saya udah laper."

Perempuan itu langsung pergi, kayaknya dia jengkel banget sama ulah si Tommy. Melewati ruanganku, perempuan itu sempet melirik dan bergumam pelan, "Bawel" sambil nunjuk ruangan si Tommy.

Aku nyahut pelan, "Embeeeerrr."

Baru saja perempuan itu berlalu, tiba-tiba ruang kerjaku terguncang. Awalnya aku kira itu ulah Tommy yang kebetulan emang sering loncat kesana kemari. Tapi ternyata guncangannya makin hebat. Si Tommy yang emang orangnya suka rada lebay, langsung teriak ke sekenceng-kencengnya, "TOLOOOOOOOONG!!! GEMPA!!! SEMBUNYI DI KOLONG MEJA!!!" Aku jadi ikutan panik dan pengen ikut sembunyi di kolong meja, tapi karena ruanganku berantakan dan amburadul, kolong mejaku penuh sesak dengan tumpukan dus, jadi hanya kepalaku aja yang bisa masuk ke kolong meja.

Si Tommy yang ngusulin sembunyi di bawah kolong meja malah kabur duluan. Sebelum turun dia sempet-sempetnya teriak, "DEN KALAU CUMA KEPALA LO DOANG YANG MASUK KOLONG MEJA, LO BISA TETEP MATI. DASAR OON. TURUNNNN TURUN SEMUAAAAA." (Hikh dasar congor lo Tom!!! Seluruh kantor jadi tahu deh kalau panik aku suka jadi OON).

Semua kacau deh, kak Santi salah satu teman kantorku jadi ikutan panik, dia langsung teriak "TAS MASUKIN KE DOMPET!!! TAS MASUKIN KE DOMPET." Padahal kan yang benar "Dompet masukin ke tas" Hehehehehe.

Pokoknya orang sekantor pada panik dan ngelakuin hal-hal yang nggak jelas. Mereka berebutan turun tangga. Aku juga ikutan lari, yang aku bawa saat itu hanya HP, secara yang ada di otakku cuma pengen menelepon Mel, keluarga dan temen-temen. Aku pusing dan limbung sampe-sampe nyusruk ke tembok.

Pas mau turun tangga aku baru sadar kalau aku mesti balik untuk mengambil tas secara banyak dokumen penting dalam tas itu. So, dengan tertatih Aku balik lagi ke ruanganku. Sesampainya kembali di ruangan, gempa sudah mulai reda, meski masih ada sedikit getaran. Tapi aku tetep kekeh mau turun karena takut ada gempa susulan. Pas mau turun lagi, niat itu aku batalkan saat melihat Mbak Tina, teman sekantorku yang lagi hamil tua cuma duduk diam sambil nangis. Aku menghampirinya, "Tenang Mbak. Jangan nangis. Ayo kita turun."

"Kaki Mbak lemas Den. Nggak bisa jalan."

"Ya udah ke ruanganku aja, di sini banyak kaca. Ngerri."

Aku menuntun Mbak Tina pelan. Aduh jujur aku pengen banget keluar dari gedung ini, tapi nggak mungkin aku tinggalin Mbak Tina sendirian. Aku tegang, meski akhirnya aku bisa menarik nafas panjang saat mendengar anak-anak disain masih kasak kusuk di ruangannya, berarti kami nggak sendiri. "Gedung ini kuat nahan gempa nggak seh?" Aku teriak kepada anak-anak disain.

"Tenang Den, ada Tuhan Yesus. Imannuel, Tuhan beserta kita."

Aku jadi tambah lega meski perutku terasa mual sekali. Kuambilkan segelas air hangat untuk mbak Tina. Aku langsung menelepon Mel dan memastikan dia baik-baik saja, memberi tahu teman chatku tentang terjadinya gempa ini. Lalu menghubungi Jo untuk memastikan dia juga dalam keadaan baik.

Mbak Tina masih gemetaran saat deringan HP berbunyi dari ruangan Tommy. Kulongok ruangnya. Semua barang-barangnya masih lengkap di mejanya. HP, laptop, tas, meski puluhan lembar uang seratus ribuan bercecer di lantai. Entah uang-uang itu tercecer karena gempa atau karena kepanikan Tommy yang akhirnya membuat dia nabrak sana sini.

"Si Tommy sakin paniknya keluar nggak bawa apa-apa loh mbak. Aku jadi malu sama dia. Aku masih bawa barang tadi."

Mbak Tina tersenyum. Aku melongok ke jendela. Di parkiran kulihat puluhan teman-temanku beserta para boss sudah berkumpul di sana. Tak sulit untuk menemukan Tommy yang tambun di antara kumpulan orang. Astaga... Si Tommy itu malu-maluin deh!!! Untung nggak ada stasiun TV yang meliput kantor kami saat kejadian gempa itu. Kalau ampe ada yang meliput, bisa rusak image kantorku di hadapan seantero Indonesia.

"Mbak Tina, liat deh apa yang diselamatkan si Tommy."

Mbak Tina ikut ngelongok ke jendela. Sepontan kami tertawa terbahak-bahak. Ayo tebak, apa yang Tommy selamatkan? Si Tommy itu hanya menyelamatkan semangkok mie goreng yang barusan dia pesan. Yang lebih geblek lagi, di parkiran dia malah mondar mandir kebingungan sambil terus menyuap mie ke dalam mulutnya sampai mienya habis.

"Tommy emang rada-rada kali yha mbak, orang panik gini dia masih sempet-sempetnya ngabisin mie."

"Otaknya nggak jauh-jauh dari makan. Hahhahaha" kami ketawa lagi

"Sekarang masih lemes Mbak?"

"Nggak. Thanks yha Den. Tuhan emang baik, Dia kirim Tommy untuk bikin kita jadi nggak tegang lagi. Heheheheh. O iya Den, tadi pas turun kamu bawa apa?"

"HP, kenapa Mbak?"

"Hm... Saat panik orang akan membawa hal yang dianggapnya sangat penting. Dan menurut Mbak, yang terpenting dalam hidupmu adalah keluarga dan sahabat, makanya kamu bawa HP untuk hubungi mereka. Betul nggak?"

"Amin."

Aku kembali menatap keluar jendela. Si Tommy masih nenteng mangkok mie kesana kemari sambil mewawancarai beberapa orang. Aku menarik nafas panjang... Semoga semua keluarga, teman dan sahabatku dalam keadaaan baik.

Selasa, September 01, 2009

Ayo Berbagi Pengalaman!!!


Udah jatuh ketimpa tangga, digigit anjing, ditabrak bajaj, kelindas mesin giling lalu diketawain tetangga. Sial banget dah tuh!!! Serangkaian kesialan ini seharusnya cuma ada di sitkom, situasi komedi yang memang berniat memancing tawa penonton atas segala kesialan yang menimpa sang tokoh.

Tapi pernahkah hal ini terjadi dalam kisah nyatamu? Pernahkah kau mengalami kesialan yang berubi-tubi? Ayo ceritakan di sini pengalamanmu itu. Sebab ternyata ini bukan hanya sebuah sekenario sitkom. Dalam kehidupan nyata semua hal ini mungkin bisa terjadi. Bahkan aku dan Mel adalah saksi hidup terhadap fenomena gaib kesialan beruntun ini.

Yang bener neh? serius? sumpah? emang ada yha? masa seh? ntar boong lagi?. Ssssttt, makanya dengar dulu ceritanya. Ini kisah nyata, nggak dibuat-buat...

Pada suatu malam yang pekat, aku dan Mel pulang kerja dengan menggunakan sepeda motor. Kami bernyanyi gembira mulai dari lagu Hill The World-nya Jacko sampai lagu Belah Duren-nya Jupe. Tiba-tiba motor kami doyong ke kiri dan kanan. Hatiku bertanya-tanya, ada apa gerengan? Huh! Ternyata ban motor kami bocor, padahal saat itu aku dan Mel membawa sebuah dus besar yang berat berisi buku-buku cetakan kantor.

Terpaksa aku harus mendorong motor ke pinggir, dan Mel menopang kardus besar nan berat itu. Nah, penderitaan tak cukup sampai disitu, serta merta hujan turun bercampur geledek. Langsung deras dan membasahi tubuh beserta dus besar yang kami bawa. Waduh!!! Aku bergegas lari memanggul dus besar menuju sebuah kios agar buku yang ada dalam dus besar itu tidak basah. Setelah mengamankan buku, aku mendorong motorku ke tepi. Tukang tambal ban! Aduh di mana dia??? Aku bertanya-tanya kesana-kemari.

"Ada tapi jaraknya satu kilo." Kata tukang rokok.

Aku berjalan mendorong motorku, sekuat tenaga. Mel aku tinggal di kios besama dengan sedus buku. Aku membuka bagasi motor berniat mengambil jas hujan, tapi ternyata jas hujanku ketinggalan di rumah, so aku terpaksa hujan-hujanan.

Ban motorku ternyata bukan bocor, tapi robek. Jadi harus ganti ban. Tukang tambal ban-nya aseeeeeem banget, masa dia ngasih harga ganti ban ampe 50 ribu. Huh! Mentang-mentang saat itu hujan deras. Kalau ingat jadi pengen pentung kepalanya deh!

Setelah selesai berurusan dengan tukang tambal ban, aku menjemput Mel. Hujan deras telah redah namun bajuku basah kuyup hingga membuat aku mengigil. Aku hendak menaikkan sedus besar buku ke motorku, tapi emang dasar sial, akibat kedinginan aku jadi limbung. Tanpa sengaja dus besar itu jatuh dari tanganku dan tenggelam di genangan air yang akhirnya membasahi seluruh buku yang aku bawa. Hikh hikh hikh, ampun deh berarti aku harus ganti 400 ribu. Huaaaaaaa mami!!!!!

"Sabar, tabah, tawakal adalah kunci ketenangan" kekasihku mengingatkan. So, akhirnya aku lanjutkan perjalanan pulang. Namuuuun, sesampainya di rumah ternyata rumah kami gelap gulita akibat mati lampu. Hikh hikh hikh. Yang membuat aku tambah sedih adalah kamar kami kebajiran akibat genangan air yang tak tahu mau disalurkan ke mana. Hikh hikh hikh. Jadi malam itu aku mengigil kedinginan, kegelapan dan kelelahan.

Pernahkah? pernahkah oh pernahkah hidupmu seperti ini???

Dulu juga pernah, saat aku dan Mel sangat sangat sangat membutuhkan uang untuk membetulkan rante motor yang putus. Saat itu kami sama sekali nggak punya uang, jadi kami perlu mencari ATM. Setelah meninggalkan motor di bengkel aku dan Mel jalan kaki mencari ATM secara kami nggak punya uang buat ongkos ke ATM, nyari taksi nggak ada, ojek pun tak nongol-nongol.

Dengan sabar kami berjalan bergandengan tangan, sampai kurang lebih 1 kilo meter kami baru menemukan Alfamart dan memutuskan untuk ambil tunai BCA. Tapi syaratnya kami harus belanja minimal 20 ribu terlebih dahulu. So segala macam makanan yang nggak jelas jadi terpaksa dipilih, yang penting bisa tarik tunai. Setelah semua barang discan dan siap untuk dibayar, ternyata eh ternyata kartu ATM-ku ketinggalan di kantor. Hikh Hikh Hikh.

Bagaimana ini? SOS!!! SOS!!! Oh Iya, telepon saudara? suruh datang bawain uang! Siiiip, tapi pas aku mau telepon, tiba-tiba operatornya dengan enteng bilang, "Sisa pulsa anda tidak cukup untuk melakukan panggilan ini." Hikh. Bagaimana dengan HP Mel? Sumpaaaaaaaah, HP-nya lowbat dan mati total jendral. Hikh Hikh Hikh

Maluuuuuuu.... malu sama siapa? yha sama Mbak kasir Alfa-nyalah, secara aku dan Mel mau nggak mau harus mengembalikan semua barang-barang belanjaan ke raknya semula. Malu sama tukang bengkelnya juga, secara saat itu aku jadi terpaksa ninggalin KTP dan baru menyelesaikan pembayaran besoknya. Maluuuuu...

Hikh hikh hikh...

Pernahkan, pernahkah or pernahkah, kesialan datang kepadamu bertubi-tubi seolah-olah kamu adalah bulan-bulannya mereka? Kalau kamu pernah, yuk berbagi cerita di sini. Siapa tahu justru kesialanmu dulu membawa tawa bagi kita semua hari ini. So, apa pengalamanmu???

Sebab Tuhan mampu mengubah berbagai penderitaan yang berhasil dilewati umat-Nya menjadi sebuah senyum dan tawa ketika sang umat mengingatnya kelak.

Senin, Agustus 31, 2009

Horeeee, Sekolah Lagi!!!


Aku memang bodoh dan tak berhikmat. Tapi entah mengapa Tuhan selalu membuka jalan bagiku untuk mengenal orang-orang hebat. Kemarin, saat rapat pleno, boss memperkenalkan aku pada orang-orang besar yang bergerak dalam bidang pendidikan. Mereka adalah para pendidik, para guru besar, para pemilik sekolah dan para motivator. Biasanya aku hanya mengenal mereka dari majalah, surat kabar, internet atau televisi. Tapi, ajaib! Kemarin aku duduk semeja makan dengan orang-orang hebat itu.

Aku yang sebenernya adalah perempuan pemalu (hehehehe), jadi merasa makin kecil di antara para pembesar. Mereka berbicara mengenai pendidikan di Indonesia. Tentang baik dan buruk, tentang langkah dan strategi, tentang visi dan misi. Dan aku hanya terpaku melihat ide-ide segar yang muncul dari otak brilian mereka. Saat itu aku bagaikan seekor kecebong di sebuah danau yang luas.

Kusadari aku ini bodoh dan tak berpengetahuan. Otak ini masih lapar ilmu, jiwa ini masih haus pengajaran. Aku jadi ingin mengisi sepanjang hidupku dengan belajar. Aku ingin secerdas mereka yang bisa memberi hikmat besar kepada orang yang butuh hikmat.

Aku ingin menyulap impianku yang masih mengambang di udara menjadi nyata. Aku ingin membawa bintang yang menggantung di langit turun ke pangkuanku. Aku ingin menyulam gulungan benang menjadi baju hangat. Aku ingin wujudkan semua mimpi, harapan dan khayalanku menjadi sebuah kenyataan yang tercapai.

Jadi untuk semua alasan itu, aku putuskan untuk sekolah lagi. Horeeeeeeee!!!

So, thanks buat semua orang yang telah mewujudkan impianku. Tanpa kalian, maka impianku hanya mampu menari dalam dunia khayal.

Selasa, Agustus 25, 2009

Selama Kau Besertaku, Ku Melihat Ada Mujizat Setiap Hari


Kami berhadapan, malam itu terasa begitu kelu. Keremangan yang tercipta dari lampu tidur tetap memampukanku melihat matanya yang berkaca.

"Kenapa kamu bohongin aku? Kenapa kamu baru cerita sekarang?" Aku hanya menunduk saat jutaan pertanyaan dihantamkan Mel kapadaku. Matanya penuh kepedihan dan amarah. "Hon jawab! Kamu pikir aku ini siapa? Aku bukan orang penting yang perlu tahu tentang semua masalah kamu? Kenapa aku harus tahu dari orang lain?"

"Aku cuma nggak mau menambah beban pikiran kamu."

"Beban pikiran apa? Hon justru beberapa minggu ini pikiranku terbebani oleh berbagai pertanyaan ada apa dengan kamu. Aku orang yang paling dekat dengan kamu. Tentu aku tahu kalau beberapa minggu ini kamu gelisah. Aku juga tahu kalau hampir tiap malam kamu terbangun hanya untuk berdoa dan menangis."

"Maaf yah, sekarang aku memang udah nggak berguna. Kamu boleh tinggalin aku."

"Gimana caranya? Ajari aku caranya Hon. Selama bersama kamu, kamu sudah ajarin aku banyak hal. Kamu ajarin aku bagaimana mencintai dengan tulus, bagaimana menjaga kesetiaan dan memberikan kejutan-kejutan romantis. Tapi kamu nggak pernah ajarin aku gimana caranya untuk meninggalkan kekasih saat ia menghadapi masalah, karena selama ini kamu selalu ada buat aku dalam suka dan duka. Jadi aku nggak bisa melakukannya."

"Tapi sekarang aku bukan siapa-siapa dan nggak punya apa-apa buat kamu."

"Aku cinta kamu bukan karena aku melihat siapa kamu, tapi karena aku melihat siapa aku saat bersama kamu. Cuma kamu orang yang membuat aku merasa berharga Hon."
Aku memeluk Mel erat. Air matanya membasahi punggungku.

Tetesan air ikut meleleh dari mataku, "Thanks Beib. Thanks buat kesetiaan kamu."

Tangan lembutnya memegang kedua pipiku, ia menatapku berkali-kali, "Aku cinta kamu Honey. Pegang dan jadikan itu sebagai kekuatan untuk kamu hadapi semua masalah ini."

Sepuluh kali dalam sehari Mel mengucapkan kata cintanya. Hari itu tujuh belas bulan kamu berpacaran, itu berarti sudah lebih dari lima ribu kali telingaku mendengar ucapan cintanya. Tapi malam itu, kata cinta diucapkan dengan cara yang berbeda. Kata cintanya dikumandangkan dalam sebuah kesejatian yang mampu membuatnya menerimaku apa adanya. Malam itu, cintanya sangat menyejukkan hatiku dan memberi kekuatan pada jiwaku yang telah berlama lemah.

"Hon, hanya orang-orang yang dipandangan-Nya kuat yang akan diberikan cobaan berat. Semua untuk mengangangkat dan memurnikan iman kita. Seperti katamu, Tuhan tidak pernah jahat karena Tuhan tidak pernah bisa berbuat jahat. Sabar ya. Kita hadapi bersama." Mel menarik tanganku dan membawanya dalam lipatan tangannya.

Kami berdoa dalam malam yang hening itu. Hatiku meresapi segurat rasa damai, syukur, pasrah dan berserah. Sebait lagu bergema di hatiku.

Tiada berubah kuasa namaMu
Tiada berkesudahan kasih setiaMu
Pabila Tuhan sudah berfirman
Maka semuanya jadi

Selama kumenyembahMu
Kupercaya bahwa mukjizat masih terjadi
Selama Kau besertaku
Ku melihat ada mukjizat setiap hari


Tuhan, malam itu aku telah melihat mujizat-Mu dalam diri kekasihku. Terima kasih karena telah menganugerahkannya kepadaku.

Senin, Agustus 24, 2009

Abang dan Ramadhan


Bulan Ramadhan adalah bulan sejuta warna. Kampung menjadi berubah nuansa dalam sekejap. Dalam keteduhan pagi, para pemuda sudah berbaik hati membunyikan kelontongan untuk membangunkan sahur. Aku suka pada segerombolan pemuda yang lewat dengan ember atau galon yang dipukul bersahutan. Sambil teriak, "Sahur, sahur... sahur sahur..."

Saat gerombolan melewati depan rumahku, aku dan Mel segera keluar rumah untuk menyaksikan mereka. Mereka berhenti sejenak saat melihat kami.
"Kak Den, mau ikutan puasa ya? Jam segini sudah bangun."
"Nggak ikutan puasa kok. Cuma mau ikutan sahur. Hehehehehe."

Mereka berlalu, setelah menerima sekotak kue pia dari kami. Suara ramai berubah menjadi sayup. Rumah kami kembali hening. Aku jadi teringat abangku. Lelaki yang seayah dan seibu denganku, pasti sekarang ia sedang mempersiapkan menu sahurnya. Dulu di pagi buta bulan Ramadhan biasanya aku, abang dan ibu selalu gaduh di dapur mempersiapkan menu sahur buat abang. Ibu memasak ini itu, abang membuat susu dan aku sibuk mencicipi makanan buatan ibu dan susu bikinan abang. Kenangan itu membuatku segera menelepon abang.
"Halo, lagi apa lo?"
"Hahahaha, cewek geblek tumben lo bangun pagi. Gue lagi masak buat sahur."
"Sahur pakai apa?"
"Ini cuma goreng nugget doang, susah seh nggak ada mama."
"iya lo kebiasaan dimanja mama seh. Makanya cepet kawin Ko."
"Emang lo kira nyari bini gampang? Cariin dong yang cakep dan baik kayak bini lo."
"Hahhahaha, dia mah stoknya dah abis. Dah nggak diproduksi lagi."
"Hahahaha."
"Oke deh Ko. Yang lancar ya puasanya. Jangan marah-marah dan tepe-tepe melulu."
"Oke oke boss."

Si abang mengingatkanku pada tiga Ramadhan silam saat di hadapan semua keluarga dia dengan yakin mengatakan, "Saya sudah jadi muslim." Saat itu seisi keluarga terkejut. Tapi tidak ada yang marah, tidak ada yang menghakimi, dan tidak ada yang menuduh. Kami semua hanya diam hingga suaraku memecahkan kesunyian, "Nggak apa-apa ko, yang penting jalanin aja baik-baik."

Ayahku juga ikut menimpali, "Iya jadi umat beragama yang baik." Ibuku yang sedari tadi diam jadi ikut angkat bicara, "Berarti besok kamu puasa ya? Mama mesti bangun pagi nih. Padahal rencananya besok mama mau bangun jam 11 siang. Hahahahahha."

Kami sekeluarga tertawa. Sejak saat itu kami hidup dalam perbedaan keyakinan dengan saling menghormati satu sama lain. Tanpa sinis, marah, benci atau kecewa. Entah apa yang dipikirkan ayah dan ibuku? tapi aku yakin bahwa mereka memiliki pemikiran yang sama denganku, yaitu bahwa semua orang berhak untuk menentukan jalan hidupnya masing-masing, asal tetap berjalan dalam kebenaran, asal jangan menjadi sampah masyarakat, asal jangan merugikan orang lain.

Dan ternyata si abang pun punya pemikiran yang sama. Seperti saat aku berhadapan dengan abangku dan berkata, "Aku dan Mel pacaran.", maka ia menjawabku dengan jawaban yang senada, "Emang kenapa? Nggak apa-apa kok. Jalanin aja baik-baik."

Selasa, Agustus 18, 2009

Hari Kemerdekaan: Berbagai Perlombaan dan Maknanya


Hari kemerdekaan Indonesia biasanya dirayakan dengan serangkaian perlombaan. Kemarin aku dan Mel juga mengadakan serangkaian perlombaan untuk anak-anak. Mereka bergembira, bersemangat dan bersukaria. Tahukah kamu bahwa ternyata perlombaan-perlombaan yang biasa diselenggarakan ternyata memiliki makna?

Apa maknanya? Dari hasil perenungan aku dan Mel di pinggir kali Ciliwung sambil rebutan makan combro, maka didapat kesimpulan bahwa:

Lomba makan kerupuk adalah lambang perjuangan untuk menggigit, merebut dan menghabiskan. Kerupuk diibaratkan sebagai tantangan hidup yang harus kita lawan dan taklukan. Sehebat apa pun kerupuk bergoyang pada talinya, tapi agar bisa disebut sebagai juara, mulut kita harus bisa mendapatkan dan memakannya hingga habis. Sama dengan hidup ini, sehebat apa pun masalah dan ringtangan yang menghadang langkah kita, jangan pernah lari dari masalah, hadapi, kalahkan dan telan agar segala rintangan mampu kita taklukan. Dan saat kita mampu menaklukan rintangan, maka kita disebut sebagai pemenang. So, taklukanlah!

Lomba tarik tambang adalah lambang perjuangan untuk menyatukan hati, menggalang kekuatan, dan mempertahankan posisi. Dalam hidup ini, tidak ada manusia yang mampu berdiri sendiri. Manusia adalah lemah. Dan dalam kelemahan manusia butuh sesama yang mampu menopang dan memberi kekuatan sehingga manusia mampu bertahan pada posisinya semula. Maksudnya, mereka tidak menjadi jatuh, ambruk dan amburadul karena ada sahabat-sahabat sejati yang senantiasa menjadi penopang, penasehat dan penolong. So, bersahabatlah!

Lomba panjat pinang adalah lambang perjuangan untuk bahu-membahu membuat formasi untuk mengapai hadiah yang digantung di tempat tinggi. Orang yang berhasil adalah orang yang memiliki cita-cita sebab cita-cita akan menjadi motivator kuat yang akan mendorong manusia berjuang mencapai keberhasilan. Hadiah-hadiah yang menggantung di puncak tiang pinang adalah ibarat sebuah cita-cita yang perlu kita gapai. Memang tidak mudah, licin dan penuh rintangan. Tapi dengan membangun relasi yang baik dengan sesama, berteman dengan orang-orang yang membangun, menolong dan menopang (bukan berteman dengan orang-orang yang menjerumuskan kita pada kejahatan) akan membuat langkah kita menjadi lebih mudah untuk menggapai cita-cita. So, gapailah!

Lomba joget balon adalah lambang perjuangan untuk tetap menghibur penonton meski kita sendiri tengah susah payah berjuang mempertahankan balon agar tidak terjatuh. Ini adalah pekerjaan sulit ketika kita mesti harus menjadi penghibur bagi sesama, padahal kita sendiri sedang menghadapi masalah dan butuh dihibur. Memang sulit, tapi kalau kita mampu menjadi "pejoget balon" sejati, maka kita adalah orang yang benar-benar hebat. Ingat, seseorang yang hebat adalah orang yang mampu membuat orang lain tertawa, meski sebenarnya dia sedang menangis. Membuat orang lain bahagia adalah sebuah ibadah. Jangan pernah tunjukan kesedihanmu jika itu akan membuat dunia di sekelilingmu menjadi bersedih. Bawalah kebahagiaan senantiasa sehingga dunia di sekelilingmu akan bersuka karena kehadiranmu. So, bergembiralah!

Lomba masukan pensil dalam botol adalah lambang perjuangan untuk fokus pada lobang. Ini neh yang aku nggak demen, kalau ngomong lobang langsung deh tuh mata pada melotot. Maksudnya lobang yang di botol itu loh. Nah, kalau kamu mau hidupmu sukses, kamu mesti fokus dengan apa yang kamu kerjakan. Fokus juga berarti ketekunan. Tidak ada orang yang berhasil kalau hidupnya tidak difokuskan kepada goal yang ingin dicapai. Jadi walaupun terjadi gluduk, gempa, sakit hati, putus cinta. Kita mseti tetap semangat mencapai tujuan. Jangan biarkan patah hati membuatmu menjadi patah arang, tidak mau kuliah, berenti kerja, nggak mau makan dan sulit buang air besar. Hidup harus berjalan. Fokuskan pikiranmu pada tujuan. So, fokuslah!

Lomba balap karung adalah lambang perjuangan untuk semangat mencapai garis akhir dengan sekuat tenaga, meski berkali-kali jatuh tapi akan bangkit lagi. Manusia yang gagal adalah manusia yang tidak mau bangkit dari kegagalan. Gagal dan berhasil adalah masalah biasa, hanya saja bagaimana kita melewati serangkaian kegagalan dengan tekat dan semangat untuk berhasil? Seperti pembalap karung, saat mereka terjatuh mereka akan bangkit lagi dan melompat hingga ke garis finish. Mungkin saat ini kamu gagal, tapi jangan berhenti. Bangkit, semangat dan gapai garis finish. Tunjukkanlah bahwa kamu bisa, tidak peduli jadi juara atau tidak yang jelas gapai garis finish itu sebab dunia yang kejam ini akan menjadi jinak kepada orang-orang yang mampu menaklukannya, kepada orang-orang yang pantang menyerah. So, bangkitlah!

Lomba membawa kelereng dengan sendok adalah lambang perjuangan untuk menjaga agar kelereng yang dimiliki tidak jatuh. Nah kalau boleh aku tarik maknanya pada dunia lesbian kita, maka dapat aku umpamakan kelereng sebagai parner, dan sendok adalah cinta dan kasih sayang kita. Kita yang perlu menjaga partner agar tidak keluar dari cinta dan kasih sayang kita. Rintangan dan godaan buat selingkuh dan berpaling memang besar. Sebab percintaan seperti kelereng yang menggeliat di ujung sendok, siap jatuh kapan pun mereka mau. Tapi ketenangan, kesetiaan dan kesabaran akan membuat kita mampu mempertahankan partner hingga ke garis finish. So, pertahankanlah!

Hehehe, itulah berbagai perlombaan dan maknanya menurut versi De Ni dan Mel. Bagaimana menurut versi kamu???

Jumat, Agustus 14, 2009

Gara-gara Pantat



Kemarin aku dan Mel ketemu cowok geblek. Gimana nggak disebut geblek, bayangin aja masa tuh cowok ngajak aku ribut di jalan. Sebenernya seh mungkin karena dia kira aku cowok dan dia cemburu gara-gara aku ngeliatin pantat ceweknya.

Jujur, sumpah dan suer aku mah nggak maksud ngeliatin pantat ceweknya. Aku dah bosen sama pantat. Lah wong pantat biniku juga diliatin nggak abis-abis. Tapi berhubung pantat ceweknya keliatan ampe belahan pantatnya padahal itu di jalanan umum, ya tentu secara otomatis langsung jadi pusat perhatian orang.

Sebenernya seh hampir semua cowok juga pada ngeliatin pantat ceweknya itu. Tapi nggak ada kayak aku yang motornya ampe ngikutin di belakang motor tuh cowok. Eits sebenernya seh bukan ngikutin, emang jalanan lagi macet jadi secara kebetulan aku di belakang motornya secara continue. Pertama-tama tuh cowok ngeliatin dari kaca spion, terus mungkin dia mikir aku cowok jadi langsung deh cemburu buta karena dia mikir aku nepsong ama pantat ceweknya. (Yaelahhhhhhh Bro, Please deh!!! Nggak liat apa neh gue juga lagi bonceng cewek cakep yang lebih bohay). Tuh cowok kayak kesundut api aja, tiba-tiba dia langsung ngajak ribut berkali-kali. Dia tambah kesel karena aku cuekin. Ulahnya makin menjadi, dia ngepot-ngepot dan beberapa kali mau nabrak kami. Untuk aja aku rada jago ngeliuk, kalau nggak mah kemarin kami udah nyusruk. Tepuk tangan untuk om De Ni!!!

Di tengah jalan kami dicegat, motornya langsung malang di depan motor kami. Kami disuruh turun dan langsung ngajak ribut. Aku kesel banget dan pengen ikutan adu otot. Cuma aku mikir karena aku cewek pastilah aku kalah kalau adu jotos. Akhirnya aku cuma teriak "MAU APA SEH LO???"

Teriakanku mungkin melengking banget. Kalau ibarat paduan suara teriakanku tuh termasuk golongan sopran. So tuh cowok langsung sadar kalau aku cewek yang manis dan imut. Pas dia tahu aku cewek, dia langsung malu banget. Nunduk, dan langsung tancap gas. Dasar Geblek!!!

Si Mel yang dari tadi mules karena ketakutan jadi lega. Tapi aku tetep kesel, dongkol rasanya ketemu cowok model gitu. Kekesalanku ampe terbawa ke rumah. Di rumah aku diam aja, nggak mau ngomong. Kerjaanku cuma bolak-balik buku cerita anak dan langsung tidur.

Tadi pagi si Mel cekikikan nyeritain apa yang terjadi semalam ketika aku tidur. Aku ngigo. Ya, aku memang suka ngigo apalagi kalau ada kekesalan dan masalah yang mengganjal, pasti kebawa-bawa ampe mimpi. Dan inilah isi igauanku, yang menurut Mel aku ucapkan secara berturut-turut,
"Apa Lo? Ayo ribut sini."
"Sini lo kalau berani."
"Lo pikir gue takut sama lo???"
"Biar lo cowok juga gue nggak takut."
"Ayo ribut!!!"
"Loh kok lo keroyokan??? Jangan main keroyokan dong."
"Ampun, ampun!!!"
"Tolong, tolong, tolooooooooong pak polisi."
"Ambulance ambulance dong!!!."
"Aduh, aduh, aduuuuhhhh sakiiiit."

Berdasarkan monolog igauanku bisa disimpulkan bahwa dalam mimpi itu aku jadi berkelahi dengan tuh cowok, tapi karena dia main keroyokan aku jadi babak belur sehingga aku minta tolong sama polisi. Lalu aku dibawa ke rumah sakit pakai ambulance. Dan kayaknya aku menderita banget deh. Kayaknya benjol, bonyok atau patah tulang gitu.

Aduuuh, syukur deh kemarin nggak jadi berantem. Ngeri uey!!

Tuhan memiliki berbagai cara untuk membuat umat-Nya sadar akan kasih dan perlindungan-Nya. Tanpa mimpi aku tidak akan pernah memahami bahwa kemarin Tuhan telah meluputkan aku dari celaka.

Kamis, Agustus 13, 2009

Dengan Imanku


Dunia ini fana, maya dan abstrak. Kehidupan adalah misteri yang sulit diterka. Kita dan semesta yang memenuhi dunia adalah ketidakjelasan. Siapa yang mampu menerka apa yang terjadi hari ini atau apa yang akan terjadi besok? Manusia yang baik maupun jahat datang dalam hidup kita tanpa bisa kita terka.

Dunia tidak memiliki nilai absolut mutlak. Dunia labil dan berjalan semaunya. Terkadang kita menjadi korban dari sebuah kelabilan. Kadang kita bisa nangis dan dalam sekejab tangisan berubah jadi tawa. Mampukah kita menerka kapan kita menangis dan kapan kita akan tertawa? Semua adalah misteri.

Dalam dunia yang fana aku mengenal kata iman. Iman kepada Tuhan. Iman yang artinya bukan hanya percaya sepenuhnya kepada Tuhan, tapi juga berserah kepada kedaulatan Tuhan yang absolut. Iman adalah percaya dan berserah, percaya dan berserah kepada kebijakan Tuhan, percaya dan berserah kepada kebaikan dan pertolongan Tuhan.

Sebab hanya percaya dan berserah yang mampu menjadi pandu dalam sesatnya dunia. Hanya percaya dan berserah yang mampu menjadi pelita dalam kekelaman hidup. Hanya percaya dan berserah yang mampu menjadi benteng kekuatan dalam kerapuhan jiwa.

Dalam menjalani hidup ini aku ingin memliki iman yang penuh. Tanpa bimbang dan ragu, tanpa tanya dan curiga. Aku ingin membiarkan Tuhan menuntun hidupku sepenuhnya. Sebab hanya dalam tangan-Nya jiwaku berserah dan hanya dalam dekapan-Nya hatiku percaya.

Tuhan, jadilah pandu, pelita dan benteng hidupku. Tuntun aku dalam melewati semua pencobaan ini. Bawa aku memahami makna ikhlas dan tabah.

Dengan imanku air mata t'lah lenyap
Dengan imanku semua berlalu
Gunung-gunung kesusahan
Gunung-gunung pencobaan
Dengan imanku semua berlalu